Tiap – tiap batang diambil satu setek, maka ujung batang tebu dipotong sepanjang 35 cm dan jika diambil dua setek maka ukurannya 60 – 70 cm. Setek –
setek yang baik lalu dipotong – potong dengan pisau tajam, sehingga setek itu kira – kira yang tinggal 30 cm panjangnya. Memotong jangan miring dan tempat yang
dipotong hendaknya jangan ditempat yang patal seperti pada urat setek. Pada satu setek biasanya terdapat dua mata. Baiknya sebelum dipotong – potong bibit tebu itu
direndam dalam air 24 jam lamanya supaya tidak lekas kering. Setek itu hanya baik ditanamkan di tanah yang tidak terlalu kering atau jika musimnya kemarau tidak
terlalu terik. Dikebun perusahaan tebu waktunya menanamkan tebu umumnya dibulan mei sampai pertengahan bulan juli, sedang pemungutan hasil dari kebun yang
tua biasanya baru dimulai bulan pada akhir bulan mei atau dalam bulan juni.
5.3.4. Kebun Bibit
Kebun bibit itu biasanya dibuat beberapa tempat diantaranya kebun – kebun bibit, supaya dalam pengangkutannya setek dikemudian hari tidak sukar. Cara
mengerjakannya tanah dan menanami kebun bibit sama dengan kebun tebu. Waktunya menanamkan setek dikebun bibit ialah bulan Oktober – Nopember. Jadi
setelah tanaman berumur 5 – 6 bulan, pucuknya dipenggal. Jika tunas yang ada diatas sendiri kira – kira berumur satu bulan, dapatlah sudah dipergunakan sebagai bibit
rayungan. Ruas yang ada rayungannya dipotong – potong dari batangnya dan dapat terus ditanamkan. Bibit rayungan yang diambil dari kebun bibit cukup banyaknya sisa
tanamannya dibiarkan terus tumbuh untuk kemudian digiling hasilnya. Memungutnya hasil sama dengan caranya menebang tanaman tebu. Apalagi mengingat biaya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengangkutan bibit dari satu kebun ke kebun lainnya. Supaya sifat – sifatnya yang baik tetap terpelihara.
5.3.5. Menggarap Tanah
Ada dua cara dalam melakukan penggarapan lahan pada tanaman tebu sebagai berikut :
• Cara menggarap tanah dengan bajak
Cara ini biasanya dijalankan di tanah kering yang ringan dan di tanah kering. Setelah tanahnya tidak tidak terlalu basah lagi, lalu dibajak dan sesudah itu
ditinggalkan beberapa waktu, supaya kena sinar matahari. Kemudian tanah tadi dibajak lagi, tanah yang hendak ditanami tebu biasanya dibajak, tanahnya dibiarkan
beberapa waktu atau beberapa haris. Supaya gumpalan – gumpalan tanah pecah dan tanahnya rata. Pekerjaan menggaruh itupun dijalankan beberapa kali, dengan
demikian maka tanah yang digarap itu betul – betul masak. Adapun lapaisan tanah yang digarap dengan bajak itu kira – kira tebalnya 20 cm. Setelah itu ditariknya
larikan tempat tanaman dengan berujul, ialah perkakas seperti bajak, yang dapat menyisihkan tanah ke kanan dan ke kiri.
Larikan tanaman itu hendaknya dibuat ke arah timur – barat , supaya kelak sinar matahari dapat masuk dengan keluasan di sela – sela larikan. Setelah larikan selesai
dibuat, barulah dilakukan penggalian saluran – saluran air. Saluran itu gunanya untuk mengairi tanaman dan untuk membuang air yang berkelebihan. Terutama di kebun
yang tanahnya liat dan letaknya rendah penggalian saluran untuk membuang air yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berkelebihan perlu diperhatikan benar – benar. Di kebun yang tanahnya ringan air hujan mudah meresap, sehingga saluran tidak perlu banyak. Jadi banyaknya saluran,
lebarnya serta dalamnya tergantung kepada sifat dan letaknya tanah. Umumnya dimulai dengan penggalian selokan, yang mengelilingi persil kebun tebu. Saluran itu
disebut got keliling.dalamnya 1 – 1,20 meter dan lebarnya 60 – 90 cm. Tergantung dari sifat dan letaknya tanah. Pembuatan parit – parit yang jaraknya satu dengan yang
lain ada 50 – 125 meter, biasanya 100 meter. Parit ini disebut got mujur, lebarnya 60 – 80 cm dan dalamnya 50 – 70 cm. Diantara got mujur digali got malang ialah parit –
parit yang menghubungkan got – got mujur, masing – masing dengan jarak 10 meter. Got malang pda umumnya dibuat lebar 40 – 50 cm dan dalam 30 – 40 cm. Dengan
demikian maka tanah bakal kebun tebu itu seakan – akan dibagi menjadi petak petak persegi panjang yang lebarnya kira – kira 10 meter dan panjangnya 50 – 100 meter.
• Menggarap tanah cara reynoso
Jerami yang masih berdiri di sawah dibabad lalu dibakar. Segera dilakukan pemasangan ajir – ajir untuk menentukan tempat saluran – saluran dan jalan untuk
memeriksa tanaman, setelah itu dilakukan penggalian saluran – saluran yang diperlukan, yang pertama dilakukan adalah pembuatan got mujur dan kedua
dilanjutkan got malang. Arah dan ukurannya saluran – saluran itu sama dengan yang diuraikan diatas, hanya karena digarap dengan cara Reynoso itu umumnya
susunannya berat dan bekas sawah. Salurannya itu biasanya lebih lebar dan dalam. Sedangkan jaraknya lebih kecil
daripada tanah yang digarap dengan bajak. Diantara got - got malang digali parit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tempat tebu akan ditanam parit – parit itu disebut cemplongan atau lubang. Arahnya sama yang lain rata – rata 1 meter, untuk lebar daripada cemplongan yaitu 25 – 35
cm, sehingga tanah di antara yang tidak digarap lebarnya ada 65 – 75 cm. Ketika cemplongan itu digali, tanahnya harus masih basah supaya pekerjaan dapat lancar.
Perkakas yang dipakai ialah pacul dan sodok atau kata lain sekup. Dapat dilahat pada gambar 4 dan 5. Pengelolaan tanah garapan selesai seperti penjelasan diatas. Jadi
bahwa perbedaan antara garapan tanah cara reynoso dan garapan dengan bajak sebagai berikut :
• Pada garapan cara Reynoso dimulai dulu
dengan penggalian saluran – saluran, sedangkan pada garapan dengan bajak saluran – saluran itu baru dibuat, sesudah tanahnya selesai dibajak beberapa kali.
• Pada
garapan cara
Reynoso pada
permulaan tanah yang digarap hanya sekitar tempat yang akan ditanami saja, yakni di dalam cemplongan, sedangkan garapan dengan bajak tanah seluruhnya di garap,
akan tetapi tanah yang di garap cara reynoso lebih dalam sekitar 40 cm, sedangkan lapisan tanah yang digarap dengan bajak biasanya hanya 20 cm
tebalnya. Dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 dibawah ini.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4. Tanah garapan cara bajak. Gambar 5. Tanah garapan cara reynoso.
5.3.6. Cara menanam tanaman tebu.
Menurut uraian diatas yang ada di cemplongan sudah gembur. Akan tetapi di beberapa daerah terutama yang tanahnya liat, biasanya semua tanah garapan
dinaikkan dari cemplongan dan diletakkan di atas tanah yang ada di kanan – kirinya, sehingga di cemplongan sendiri tanahnya masih keras. Sebelum mulai ditanami
cemplongan tadi diisi dengan tanah garapan yang terletak di tanah di kanan – kirinya, sehingga dalam cemplongan tinggal kira – kira 25 cm. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 . Setek ditanamkan berdiri cendong
Pada tengah – tengah cemplongan dibuat sebuah aliran yang arahnya membujur, lebarnya sedaun pacul dan lebarnya 5 – 7 cm. Dalam aliran itu kemudian
setek – setek tebu diletakkan dengan jarak 35 – 50 cm, tergantung daripda kesuburan tanah dan jenisnya tebu. Ditanah yang digarap dengan bajak, dasar larikannya belum
tergarap sehingga tinggal keras. Jika setek tebu hendak ditanamkan dalam aliran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
seperti diuraikan diatas, tanah larikan itu perlu digemburkan terlebih dahulu. Akan tetapi di tanah yang digarap dengan bajak biasanya setek tebu ditanamkan dalam
lubang yang telah digali. Dalam hal yang demikian dalam larikan digali lubang – lubang lebarnya sedaun pacul, panjangnya 35 – 40 cm dan dalamnya kira – kira 10 –
15 cm. Kemudian tanah paculan sebagian dikembalikan dalam lubang tersebut, sehingga dalamnya lubang tinggal kira – kira 5 – 7 cm.
Letaknya lubang dalam larikan melintang dengan jarak 35 – 50 cm. Tergantung daripada kesuburannya tanah dan jenisnya tebu. Baik dalam lubang maupun aliran
setek tebu diletakkan mendatar, dengan dijaga supaya mata – matnya ada disebelah kiri dan kanannya setek, jadi jangan sampai ada di sebelah atas atau bawah.
Selanjutnya duduknya mata – matanya setek yang ada di ujungnya aliran, harus ke dalam arahnya, supaya kelak tanaman tebunya tidak menghalang – halangi galengan
atau jalan. Selanjutnya di ujung tiap – tiap cemplongan atau larikan di tanamkan pula 1 – 2 setek untuk persedian buat menyulam tanamannya. Setek – setek yang
diletakkan dalam lubang atau aliran lalu di tutup dengan tanah yang tipis sehingga tak kelihatan.
Cara meletakkan setek yang dibuat dari rayungan, sama dengan yang di uraikan di atas yaitu mendatar, sedang kuncup atau tunas jangan sampai ke bawah arahnya.
Cara menanam yang lain yang kadang – kadang juga sering dilakukan ialah setek atau rayungan itu tidak diletakkan mendatar melainkan agak miring. Sehingga sebagian
ada yang hampir tak tertutup tanah matanya, sedang di bagian lain tutupnya tanah ada tebal. Baiknya menanam miring ialah bibit dapat tumbuh juga biarpun tanah
kebetulan lama dalam keadaan kering atau amat basah, dalam keadaan amat kering,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mata di bagian atas mungkin tak akan tumbuh, tetapi yang ada di bawahnya kiranya masih tumbuh juga.
Sebaliknya jika tanahnya amat basah sekali, maka yang ada di bagian bawah mungkin tak akan tumbuh, akan tetapi yang ada di atas tentu akan tumbuh, jadi cara
menanam yang demikian itu umumnya hanya dikerjakan di tanah kering atau sawah. Dimana sukar mendapatkan air pengairan. Sedang hujannya sudah mulai jarang ada,
di mana orang mudah mengairi kebun tebunya umumnya bibit tebu ditanam mendatar, karena matanya dan kencup yang tumbuh biasanya lebih banyak. Cara
menanam yang telah di uraikan di atas untuk tiap – tiap cemplongan yang biasanya 10 meter panjangnya, dibutuhkan 16 – 24 bibit atau setek, jadi rata – rata 20 setek.
Setelah bibit tebu selesai ditanamkan, lalu diairi. Air pengairan dialirkan ke dalam got malang lalu dibendung, supaya airnya
masuk ke dalam cemplongan atau larikan tanaman. Jika dalam got malang airnya tidak cukup banyak, dari got itu airnya disiramkan ke dalam cemplongan dengan
kaleng. Dalam mengerjakan airnya harus disiramkan kedalam tepinya cemplongan, agar supaya jangan merusak bibit. Selanjutnya harus diperhatikan, bahwa air yang
dimasukkan ke dalam cemplongan atau larikan itu janganlah terlalu banyak dan seteknya tidak lama tergenang air.
5.3.7. Pemeliharaan tanaman tebu