Rata – Rata Biaya, Pendapatan, Dan

5.3.10. Pasca Panen.

Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan. Apabila tebu tersebut telah sampai di pabrik atau tempat pengolahan, maka dilakukan penyortiran dan penggolongan syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik yang terdiri dari tidak mengandung pucuk tebu, bersih dari daduk-daduk pelepah daun yang mongering berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

5.4. Rata – Rata Biaya, Pendapatan, Dan

Produktivitas Usahatani Tebu Sistem Bongkar Ratoon Dan Sistem Rawat Ratoon Di Wilayah Kecamatan Prambon. Melakukan suatu usahatani dalam bidang pertanian khususnya usahatani tanaman tebu, merupakan usahatani yang mengandung sumber daya yang besar khususnya biaya. Biaya merupakan pendukung utama dalam keberhasilan suatu usahatani tanaman tebu, sehingga banyak petani yang mengeluhkan tentang biaya usahatani tebu tersebut dan banyak petani tebu yang melakukan peminjaman modal usaha di suatu intansi atau lembaga. Apabila kita hubungkan dengan budidaya tanaman tebu, maka kita akan melihat dua sistem yaitu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, dimana kedua sistem berbeda sumber daya mulai dari biaya, penerimaan dan pendapatan. Tetapi dalam hal ini, biaya yang besar ada pada sistem bongkara ratoon, karna sistem ini melakukan usahatani mulai dari awal dan menggunakan varietas baru dan membuka lahan baru. Sedangkan sistem rawat ratoon memiliki biaya rendah dan hasil tinggi, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. karna sistem rawat ratoon ini hanya melakukan pemeliharaan tebu yang telah dilakukan panen sebelumnya dan dirawat kembali. Apabila kita membandingkan antara keduanya, maka sistem rawat ratoon yang memiliki stabilitas sumber daya yang baik. Pendapatan adalah merupakan hasil pengurangan antara penerimaan dan biaya dalam satu kali periode tertentu. Ukuran pendapatan yang mencakup nilai barang dan perubahan hasil usahatani selama kurun waktu tertentu yang dapat dihitung. Dalam usahatani ada yang disebut dengan pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani tanaman tebu dalam jangka waktu tertentu. Dari penjelasan diatas pendapatan antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, maka sistem bongkar ratoon lebih tinggi dibandingkan sistem rawat ratoon. Perbandingan diantara kedua sistem dalam melakukan usahatani tanaman tebu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon sangat berbeda, bahwa pendapatan berasal dari hasil tebu dan gula. Sehingga apabila tebu dan gula hasil produksi tinggi, maka akan mempengaruhi tingkat pendapatan dalam usahatani tanaman tebu tersebut. Diantara tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan dampak terhadap daya saing antara petani satu dengan yang lain dalam mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnyadengan penggunaan teknologi atau sistem yang berbeda. Pendapatan tinggi tidak selalu dikatakan memberikan keuntungan yang besar, karena dipengaruhi oleh biaya dan lain – lain, sehingga mengurangi nilai pendapatan. Seperti diketahui dilapang bahwa sistem bongkar ratoon mempunyai nilai pendapatan yang tinggi di bandingkan sistem rawat ratoon. Tetapi sistem bongkar ratoon dipengaruhi oleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. biaya yang tinggi dan tidak dapat dikatakan untung. Sedangkan sistem rawat ratoo dengan biaya yang rendah akan memberikan pendapatan yang tinggi itulah keunggulan – keunggulan di masing – masing sistem dalam usahatani tanaman tebu di Wilayah Kecamatan Prambon. Dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata – rata biaya dan pendapatan usahatani tebu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon per hektar di Wilayah Kecamatan Prambon. Uraian Sistem Bongkar Ratoon Sistem Rawat Ratoon Selisih Rp Biaya : - Sewa Lahan RpHa - Bibit RpHa - B.GarapB.Perawatan RpHa - Pupuk RpHa - Obat – obatan RpHa - Biaya T. Kerja RpHa - Tebang Angkut RpHa Biaya Lain – Laian : - Biaya Irigasi RpHa - Biaya Sanitasi RpHa 10.745.884 1.600.232 2.300.662 1.213.330 307.566 2.496.669 1.036.730 121.816 55.303 8.890.416 586.665 882.853 1.149.860 270.660 2.190.106 956.745 108.102 53.574 1.855.468 1.013.567 1.417.809 63.470 36.906 306.563 79.985 13.714 1.729 Total Biaya RpHa : 19.878.192 15.084.981 4.793.211 Penerimaan RpHa : Pendapatan RpHa : 34.540.266 15.256.068 27.837.660 10.636.277 6.702.606 4.619.791 Sumber : Pengolahan Data Primer, 2010. Tabel 7, diketahui rata – rata biaya dan pendapatan usahatani tebu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Dari hasil olah data per hektar dihasilkan rata – rata biaya dan pendapatan antara usahatani tebu sistem bongkar ratoon dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sistem rawat ratoon, hasil olah data dilihat mulai dari biaya, biaya lain – lain, penerimaan dan pendapatan antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, dimana dari dua sistem usahatani tebu tersebut memiliki keunggulan masing – masing yaitu usahatani tebu sistem bongkar ratoon memiliki biaya total sebesar Rp.19.878.192, penerimaan sebesar Rp.34.540.266, dan pendapatan sebesar Rp.15.256.068. sedangkan usahatani tebu sistem rawat ratoon memiliki biaya total sebesar Rp.15.084.981, penerimaan sebesar Rp. 27.837.660, dan pendapatan sebesar Rp.10.636.277. dari hasil masing – masing sistem usahatani tebu antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Sehingga menghasilkan keunggulan masing – masing sistem, untuk sistem usahatani tebu sistem bongkar ratoon memiliki keunggulan komparatif dilihat dari segi penerimaan dan pendapatan, tetapi dalam hal ini memiliki kelemahan yaitu memiliki biaya yang tinggi dalam melakukan budidaya tanaman tebu. Sedangkan sistem usahatani tebu sistem rawat ratoon memiliki keunggulan komparatif yang dilihat dari segi biaya yang digunakan lebih rendah dibandingkan sistem bongkar ratoon, untuk penerimaan dan pendapatan sistem rawat ratoon sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga diambil kesimpulan bahwa keunggulan dimasing – masing sistem usahatani tebu antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon memiliki keunggulan yang berbeda – beda dalam menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya. Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu produktivitas secara tehknis adalah pengefesiensian produksi terutama dalam pemakean sumber daya dan teknologi yang digunakan. Sedangkan produktivitas secara finansial adalah merupakan pengukuran produktivitas atas output dan input yang telah dikuantifikasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rumusan produktivitas yang ada merupakan cara menentukan suatu produktivitas suatu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon yang telah terealisasi atau telah berjalan mulai dari pembukaan lahan sampai dengan pasca panen, maka dihasilkan produktivitas keseluruhan yang sesungguhnya. Produktivitas berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi yang terdiri dari penggunaan sumber daya – sumber daya dalam melakukan pembudidayaan mulai dari awal sampai dengan akhir atau disebut dengan pasca panen, apabila produktivitas tinggi atau rendah ini mengakibatkan terjadinya kesalahan seperti terkena hama, penyakit, gagal panen, dan kondisi alam seperti hujan, banjir. Sedangkan rendemen adalah merupakan kandungan gula total dalam batang tebu oleh kandungan gula total yang dicerminkan oleh persen pol dalam nira tebu itulah disebut rendemen tebu. Cara mendapatkan rendemen tebu untuk sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar tingkat produktivitas dan rendemen pada tebu tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata – rata produktivitas usahatani tebu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon per hektar Wilayah Kecamatan Prambon. Uraian Sistem Bongkar Ratoon Sistem Rawat Ratoon Tebu TonHa 1.203 1.124 Gula KuHa 91.4 90.5 Sumber : Pengolahan Data Primer, 2010. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 8, dijelaskan rata – rata perbedaan hasil tebu, gula, dan rendemen. Sehingga menghasilkan perbedaan sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Pada tabel diatas dilihat pada uraian terdiri dari tebu, gula, dan rendemen, dimana pada tabel tersebut, ada dua sistem yaitu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, diketahui bahwa sistem bongkar ratoon memiliki hasil yang lebih besar yaitu hasil tebu 1.203, tonha, gula 91.4, kuha, dan rendemen 7.43, . Sedangkan untuk sistem rawat ratoon memiliki hasil lebih kecil yaitu hasil tebu 1.124, tonha, gula 90.5, kuha, dan rendemen 6.85, . Mengapa dari kedua sistem tersebut, ada yang lebih besar penghasilannya dan ada yang lebih kecil. Karna diketahui, bahwa sistem bongkar ratoon untuk produksinya dimulai dari awal yang terdiri dari pembukaan lahan baru, varietas baru, penggunaan sumber daya yang baik dan proses panennya hanya satu kali produksi. Sehingga menghasilkan tebu, gula, dan rendemen yang tinggi pula yang dapat dilihat pada Tabel 8 diatas. Hasil produktivitas yang terdiri dari tebu dan gula antara usahatani sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon diatas, merupakan hasil yang memiliki keunggulan komparatif di masing – masing sistem antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon yang dilihat dari produktivitas pada tabel diatas, bahwa usahatani tanaman tebu sistem bongkar ratoon memiliki keunggulan komparatif yang di.lihat dalam bentuk jumlah tebu per hektar, gula per hektar, dan hasil rendemen, dalam satu kali periode atau satu kali musim dibandingkan usahatani tebu sistem rawat ratoon yang memiliki hasil produktivitas lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil produktivitas antara usahatani tebu sistem bongkar ratoon dengan sistem rawat ratoon yang memiliki keunggulan komparatif adalah usahatani tebu sistem bongkar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ratoon. Usahatani sistem rawat ratoon merupakan penggunaan varietas yang telah dibudidayakan sebelumnya dan dilakukan tindakan perawatan atau pemeliharaan ulang dan telah dilakukan keprasan 1, 2, dan 3. Sehingga menghasilkan produksi yang tidak terlalu tinggi dibandingkan sistem bongkar ratoon yang dapat dilihat pada Tabel 8 diatas. Berdasarkan Tabel 7 dan 8, tingkat biaya, pendapatan, dan produktivitas antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Sehingga diketahui bahwa antara dua sistem ini, sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon sangat berbeda mulai dari biaya, pendapatan, dan produktivitas yang dilihat pada tabel 7 dan 8. Sehingga dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t sample paired t test dengan melihat tarap signifikan atau tidak signifikan dari jumlah biaya, pendapatan, dan produktivitas antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, maka dengan ini telah dilakukan pengujian. Dapat dilihat hasil pengujian pada Tabel 9. Tabel 9. Uji beda rata – rata biaya, pendapatan, dan produktivitas usahatani tebu sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon di Wilayah Kecamatan Prambon. Uraian Hasil Uji t ”test Hasil t ”tabel Biaya 3,421 0,618 Pendapatan 3,032 0,643 Produktivitas 1,221 0,618 Sumber : Pengolahan Data Primer, 2010. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada Tabel 9, nilai biaya sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon, maka diperoleh hasil pengujian menggunakan SPSS versi, 12 for windows yaitu hasil pengujian menggunakan uji beda rata – rata biaya. sehingga menghasilkan nilai uji t” test yang diperoleh dari hasil pengujian yaitu sebesar 3,421 dan t ”tabel sebesar 0,618 dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,04. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, diketahui perbedaan biaya sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Sehingga terjadi perbedaan yang signifikan yang terlihat dari taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Untuk pengujian kedua yang dilihat dari nilai pendapatan antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon hasil pengujian menggunakan SPSS versi, 12 for windows, maka diperoleh hasil pengujian menggunakan uji beda rata – rata pendapatan. sehingga menghasilkan nilai uji t” test yang diperoleh dari hasil pengujian yaitu sebesar 3,032 dan t ”tabel sebesar 0,643 dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,04. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, diketahui perbedaan pendapatan antara sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon. Sehingga terjadi perbedaan yang signifikan yang terlihat dari taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Sedangkan hasil pengujian ketiga menggunakan uji beda SPSS versi, 12 for windows dengan rata – rata produktivitas, menghasilkan nilai uji t” test yang diperoleh dari hasil pengujian yaitu sebesar 1,221 dan t ”tabel sebesar 0,618 dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,04. Maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga diketahui perbedaan produktivitas sistem bongkar ratoon dan sistem rawat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ratoon yang terlihat dari taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil pengujian yang signifikan mengakibatkan perbedaan mulai dari hasil tebu dan gula, sehingga diketahui perbedaan sistem bongkar ratoon dan sistem rawat ratoon dalam melakukan budidaya tanaman tebu di Wilayah Kecamatan Prambon. Dengan hasil pengujian tersebut, maka dapat dilihat perbedaan antara usahatani tebu sistem bongkar ratoon dengan sistem rawat ratoon yang dilihat dari pengujian hasil produktivitas yang berbeda.

5.5. Efisiensi Usahatani Tebu Sistem Bongkar Ratoon Dan Sistem Rawat