2.2.4. Luas Areal Tanam
Luas  areal  budidaya  tanaman  tebu  secara  nasional  pada  2009  mengalami peningkatan  dibanding  sebelumnya,  kendati  di  beberapa  wilayah  di  Pulau  Jawa
terjadi  penyusutan  lahan  sekitar  10.  Luas  lahan  tanaman  tebu  tahun  ini  sekitar 439.000  hektare  atau  naik  dibanding  2008  seluas  425.000  hektar.  Memang  di
sejumlah daerah di Pulau Jawa ada penyusutan  lahan tebu, tapi  secara  nasional  luas lahan  tebu  justru  bertambah.  Penambahan  areal  terjadi  di  beberapa  daerah  di  luar
Jawa,  kata  Direktur  Jenderal  Perkebunan  Departemen  Pertanian  Achmad Manggabarani usai rapat koordinasi teknis pergulaan nasional,
Raehan, S, 2010. Bertambahnya luas lahan budidaya tebu tersebut,Manggabarani memperkirakan
produksi  gula  pada  musim  giling  2009  bisa  mencapai  2,85  juta  ton  atau  meningkat dibanding  produksi  2008  yang  sekitar  2,7  juta  ton.  Kalau  produksi  2,85  juta  ton
berhasil  dicapai,  berarti  kita  sudah  mampu  swasembada  dan  memenuhi  kebutuhan gula  konsumsi  nasional.  Sejalan  dengan  pertumbuhan  industri  gula  nasional,  sektor
perkebunan  tebu  sebagai  pendukung  utama  industri  gula  juga  tumbuh.  Perkebunan tebu di Indonesia terus berkembang, hal ini ditunjukkan dengan luas area perkebunan
yang  terus  bertambah  dari  tahun  ke  tahun.  Sampai  dengan  2009  luas  lahan perkebunan tebu di Indonesia 473 ribu ha atau naik 2,9 dibanding 460 ribu ha pada
2008.  Peningkatan  ini  terjadi  karena  perluasan  areal  di  beberapa  wilayah.  Untuk tahun  2008  perluasan  areal  tidak  hanya  di  luar  Jawa  tetapi  juga  dilakukan  di  Jawa
karena masih ada areal  yang bisa dikembangkan. Selama ini perkebunan tebu masih lebih  banyak  terkonsentrasi  di  pulau  Jawa.  Namun  saat  ini  sudah  mulai
dikembangkan ke luar Jawa mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sulawesi  Selatan  dan  Gorontalo  sedangkan  di  daerah  Jawa  yaitu,  Jawa  Barat, Yogyakarta  dan  Jawa  Timur.  Sedangkan  untuk  pengembangan  perkebunan  tebu  di
Indonesia,  akan  dilanjutkan  ke  Kalimantan  Barat,  Sumatera  Barat,  Riau,  Merauke, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara,
Raehan, S, 2010. Meningkatnya  areal  perkebunan  tebu,  maka  produksi  juga  meningkat  dengan
pertumbuhan  sekitar  2,8  menjadi  2,85  juta  ton  pada  2009  dari  tahun  sebelumnya 2,66 juta ton. Peningkatan produksi tebu tersebut juga didukung oleh harga gula yang
terus  merangkat  naik,  sehingga  mendorong  minat  petani  menanam  tebu.   masalah yang  dihadapi  oleh  industri  perkebunan  tebu  adalah  masih  kurangnya  areal
perkebunan  dalam  rangka  mendukung  program  swasembada  gula  nasional  yang ditargetkan  pada  2014.   Untuk  mencapai  swasembada  gula  diperlukan  dukungan
lahan perkebunan tebu seluas 600 ribu hektar. Sehingga untuk mencapai swasembada gula  diperlukan  lagi  tambahan  perluasan  lahan  perkebunan  tebu  hingga  sekitar  157
ribu  hektar  lagi.  Saat  ini  telah  disiapkan   lahan  seluas  500  ribu  hektar  oleh Kementerian  Kehutanan  yang  lokasinya  tersebar  di  beberapa  daerah  di  Indonesia,
yang karakteristiknya sesuai untuk lahan  tebu, Raehan, S, 2010.
Jangka  pendek  untuk  memenuhi  kebutuhan  gula  nasional  dari  dalam  negeri, pemerintah menetapkan akan memperluas areal tanaman tebu hingga 150.000 ha pada
2010  dengan  tahap  awal  seluas  41.705  ha.   Untuk  areal  seluas  itu  dibutuhkan  bibit sebanyak  1,25  miliar  mata  senilai  Rp563  miliar.  Perluasan  lahan  tanaman  tebu
tersebut  difokuskan  di  Lampung,  Sumatera  Selatan,  Bengkulu,  Jambi,  Sulawesi Tenggara,  dan  Merauke.  Lahan  yang  disediakan  adalah  lahan  terlantar  yaitu  bukan
dengan cara menebang hutan. Pembukaan lahan akan dilakukan di areal budidaya dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hutan  konversi,  sementara  anggaran  akan  dipenuhi  dari  dana  pemerintah  dan  juga dapat  dilakukan  oleh  investor  swasta. Dengan  diperluasnya  areal  perkebunan  tebu,
maka produksi tebu diharapkan  bisa bertambah, sehingga  bisa  memenuhi kebutuhan gula  nasional,  baik  untuk  konsumsi  maupun  untuk  kebutuhan  industri.  Penambahan
areal  perkebunan tebu itu juga bisa mengurangi impor gula putih, yang selalu terjadi sejak  2004.  Impor  gula  hanya  boleh  dilakukan  jika  produksi  tidak  memenuhi
kebutuhan gula nasional. Satu bulan sebelum dan sesudah musim giling atau periode Mei-Januari  pemerintah  tidak  akan  melakukan  impor  gula,  karena  petani  tengah
memasuki masa panen untuk produksi gula, Nurdin, M, 2010.
Luas areal perkebunan tebu tahun 2010, diperkirakan akan  meningkat menjadi 478.206  ha,  atau  mengalami  peningkatan  4.365  ha.  Peningkatan  ini  dipicu  semakin
membaiknya harga gula, baik di pasar internasional maupun dalam negeri disamping dalam  rangka  peningkatan  produksi  gula  nasional,  perluasan  perkebunan  tebu
tersebut  mendesak  dilakukan,  berkaitan  dengan  target  swasembada  gula  yang direncanakan  akan  terpenuhi  pada  2014.  Seperti  diketahui,  produksi  gula  nasional
sudah  stagnan  karena  area  luas  lahan  perkebunan  tebu  terbatas. Mulai  2010  ini dilakukan  perluasan  areal  perkebunan  tebu  secara  bertahap  hingga  mencapai  seluas
150.000 ha di beberapa wilayah. Perluasan ini diperkirakan akan menyerap investasi sekitar  Rp  4,2  triliun.  Program  perluasan  tersebut  dimulai  pada  2010  mencakup
wilayah  Riau,  Sumatera  Selatan,  Sulawesi  Tengah,  Lampung,  dan  Papua. Peningkatan luas areal tanaman tebu tersebut terutama terjadi di Jawa dan Lampung
yang  memang  hingga  saat  ini  masih  menjadi  basis  pengembangan  komoditas  tebu, Nurdin, M, 2010.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pemerintah  menyiapkan  500.000  hektar  untuk  perluasan  tanaman  tebu.  Lahan itu  diperlukan  untuk  menambah  area  tanam  tebu  dari  yang  saat  ini  422.935  hektar
menjadi  766.613  hektar  pada  tahun  2014.  Perluasan  untuk  perkebunan  tebu  itu diambil dari lahan yang masuk kawasan hutan produksi, lahan hak guna usaha yang
ditelantarkan, atau lahan PT Perhutani dengan penanaman pola tumpang sari. Untuk membiayai  pengembangan   perkebunan  tebu  rakyat  itu  diperlukan  investasi  sekitar
Rp  5  triliun.  Dana  itu  diambil  dari  kredit  perbankan  melalui  program  Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang mendapatkan subsidi bunga APBN hanya Rp 17
miliar. Sejumlah wilayah yang dinilai cocok untuk tanaman tersebut yakni Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua. Tanaman tebu hanya
cocok  untuk  wilayah  tertentu  yang  curah  hujannya  tidak  terlalu  banyak.  Namun demikian,  untuk  perluasan  perkebunan  tidak  mudah  sebab  adanya  kendala
pembebasan  tanah.  Dengan  kondisi  tersebut  menyebabkan  calon  investor  kesulitan untuk menanamkan investasi,
Nurdin, M, 2010. Perluasan lahan, diperkirakan meningkatkan kebutuhan pupuk untuk komoditas
perkebunan  pada  tahun  2010  yang  diperkirakan  14,5  juta  ton  atau  naik  4-5  dari tahun  2008  sebesar  13,8  juta  ton.  Sebanyak  1,8  juta  ton  di  antaranya  merupakan
pupuk bersubsidi dari pemerintah, sisanya diimpor pelaku industri perkebunan. Untuk menekan  penggunaan  pupuk,  terutama  nitrogen,  fosfor,  dan  kalium,  Departemen
Pertanian   mengembangkan  teknologi  hipernano.  Produknya  berupa  konsulat  yang bisa mendominasi unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman tinggi, tetapi kebutuhan
pupuknya  sedikit. Untuk  pengadaan  lahan  tebu,  dibutuhkan  investasi  sekitar  Rp  28 juta  per  hektar.  Anggaran  itu  belum  termasuk  pengadaan  pabrik  pengolahan  dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
infrastruktur pengangkutan. Pembukaan lahan dilakukan di areal budidaya dan hutan konversi.  Kebutuhan  investasi  akan  dipenuhi  dari  dana  pemerintah,  namun  tidak
menutup  kemungkinan  adanya  investasi  dari  pihak  swasta.  Saat  ini  banyak  investor yang  tertarik  menginvestasikan  dana  untuk  perluasan  lahan  itu.  Namun,  banyak
investasi yang terhambat pembebasan lahan, Nurdin, M, 2010.
2.3.Budidaya Tebu Sistem Bongkar Ratoon Dan Sistem Rawat Ratoon.
2.3.1. Budidaya Tebu Sistem Bongkar Ratoon a.   Persiapan Lahan