11 Punya keyakinan tak tergoyahkan bahwa keadaan akan menjadi
baik, atau merasa bahwa tak ada sesuatupun yang dapat dilakukan berkaitan dengan keadaannya.
12 Rasa harga dirinya didasarkan pada kemampuan mereka menarik
dan mempertahankan pasangannya. 13
Menjadi rendah diri. 14
Meragukan kesehatan jiwanya sendiri.
b. Karakteristik Pelaku
Dibawah ini juga ada beberapa karakteristik pelaku yang biasanya melakukan kekerasan kepada pasangangannya, antara lain:
1 Pencemburu – seringkali membayangkan bahwa pasangannya
sedang “selingkuh”. 2
Berusaha mengisolasi pasangannya. 3
Berusaha mengontrol pasangannya. 4
Berkepribadian ganda. 5
Temperamental; gampang marah tanpa alasan berarti. 6
Meyakini kekerasan sebagai tindakan lumrah. 7
Suka memproyeksikan dan memikulkan kesalahan dirinya pada pasangannya.
8 Berasal dari keluarga dimana kekerasan biasa terjadi.
9 Menyangkal kekerasan atau kemarahan; tampak berusaha
mengingkarinya. 10
Mudah tertarik secara emosional pada adegan-adengan kekerasan.
4. Faktor Penyebab KDRT
Faktor-faktor yang menyebabkan tindak kekerasan menurut Djannah dkk dalam Salmah 2004 dapat dirumuskan dalam 2 faktor yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang telah dilegalitaskan oleh masyarakat yang kadang
disalahgunakan. Faktor eksternal lainnya yaitu gambaran yang tidak seimbang dalam pranata sosial dalam pembagian tugas dan posisi laki-laki
dan perempuan. KDRT dipercaya sebagai fenomena yang berakar dari struktur sosial yang tidak seimbang Sciortino Smyth dalam Kristyanti,
2004. Faktor internal timbulnya kekerasan terhadap perempuan adalah
kondisi psikis dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekerasan. Rica R. Langley dan Levy. C. dalam Djannah dkk, 2003 menyatakan
bahwa kekerasan laki-laki terhadap perempuan dikarenakan: sakit mental, pecandu alkohol dan obat bius, penerimaan masyarakat terhadap
kekerasan, kurangnya komunikasi, penyelewengan seks, citra diri yang rendah, frustasi, perubahan situasi dan kondisi, dan kekerasan sebagai
sumber daya untuk untuk menyelesaikan masalah yang diturunkan dari kebiasaan keluarga atau orang tua.
Ada pandangan yang berasumsi bahwa perilaku abnormal dalam bentuk melakukan kekerasan merupakan hasil interaksi dari tiga hal yang
saling berhubungan yaitu tingkah laku, proses kognitif, dan pengaruh lingkungan Corsini dalam Kristyanti, 2004. Dalam Salmah 2004, dapat