Pengkodean Koding METODOLOGI PENELITIAN

WPTD+178: “..Bahkan didepan C, C tuh udah umur setahunan lebih lah, bahkan didepan C itu sering juga dipukul bahkan dicekek bahkan ditarik sampai C itu traumanya..” WPTD+233: ”...yang papanya B bukannya melakukan kekersan fisik tapi psikis hahaha….ya kan. Bisa ngga maksudnya membedakan, jadi istilahnya kita tuh tetep ngga di hargain. Intinya tuh the point kita tuh tetep tidak dianggap sebagai manusia sebenernya, ya kan, jadi dia mau dateng kalo dia mau, dan dia mau dateng kalo dia butuh make love gitu....” 2. Pengharapan Diri Pada konsep diri terkandung aspek harapan, aspek harapan yang dimiliki subyek adalah aspek harapan diri yang negatif. Hal ini dikarenakan banyak harapan subyek yang cenderung tidak realistis. Pengharapan yang sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya subyek tidak mencapai apapun yang berharga. Dalam kehidupannya, dari sejak kecil sampai dengan saat ini subyek selalu mencari penghargaan dari orang lain, seperti yang ditunjukkan pada tes TAT dengan kode THD–14 dimana keinginan subyek adalah dihargai oleh orang lain terutama orang terdekatnya. Subyek selalu merasa terbuang dan tidak diakui keberadaannya, hal ini membuat subyek selalu berharap bahwa orang lain bisa menghargai dirinya dan menganggapnya sebagai seseorang yang berharga dan mempunyai nilai, seperti yang tertera pada data wawancara dengan kode WHD–229: “..Tapi tolong hargai, hargain saya gitu, maksudnya tuh lu boleh lu ngga dateng, gua ngga mungkin lah lu tuh ngga mungkin lah bisa jadi milik gua tuh udah tau cuma maksudnya tolong hargain, hargain jangan memperlakukan seperti apa yang sudah orang lain perlakukan gitu..” Harapan diri yang negatif juga ditunjukkan oleh keinginan subyek untuk mempunyai keluarga yang utuh. Harapan diri subyek tergolong harapan diri yang negatif karena harapan subyek jauh dari kenyataan yang ada dan sangat kecil sekali kemungkinannya untuk diwujudkan. Hal ini dikarenakan subyek merupakan istri kedua dan subyek sudah 3 kali menikah. Selain itu dari pernikahan kedua subyek juga menghasilkan seorang anak, dimana anak tersebut tinggal dengan mantan suami subyek. Harapan ini terungkap pada hasil wawancara dengan kode: WHD−588 “..Cuma pingin ngerasain gimana sih punya keluarga yang bener-bener lengkap istilahnya ngga terpecah-pecah gitu, impiannya sih itu suatu saat nanti memang sih ngga kepikiran ya cari suami lagi atau apa...” WHD−592 ”..Ada impian pengen bisa gitu pengen ngelihat gimana rasanya papa mama anak jadi satu kan dari dulu ci Y ngga pernah ngerasain keluarga jadi satu. Ya pengen supaya B ngerasain ini loh ada mama ada papanya...” Harapan subyek agar suaminya bertanggung jawab atas keluarga juga menjadi suatu harapan yang jauh dari kenyataan karena suami ketiga subyek sudah tua, sakit-sakitan, dan tidak berpenghasilan. Sehingga, subyek menjadi satu-satunya orang yang harus menanggung biaya hidup subyek maupun biaya hidup suami. Subyek juga berharap suaminya dapat berubah ditunjukkan pada wawancara WHD−373: