Istri Konsep Diri Istri yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kasus sebagai metodologi penelitiannya. Penelitian studi kasus ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus yang disajikan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal. Pendekatan studi kasus tunggal yang dipergunakan ini adalah untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara lengkap dan mendalam Winkel, 1991.

B. Subyek Penelitian

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah: 1. Istri yang berprofesi wanita karier dan ibu rumah tangga 2. Mengalami kekerasan dalam rumah tangga secara seksual, fisik, psikis ekonomi, maupun keseluruhannya 3. Berdomisili di Yogyakarta Dalam penelitian ini tidak ada batasan umur, daerah asal, lamanya berdomisili di Yogyakarta. Hal ini karena peneliti menganggap faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.

C. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini tidak ada kontrol terhadap variabel karena merupakan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri seorang istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dimana kekersan tersebut meliputi kekerasan seksual, fisik, psikologis, dan ekonomi.

D. Definisi Operasional

1. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan seorang wanita yang berstatus sebagai istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang meliputi kekerasan seksual, kekerasan fisik, psikis maupun ekonomi. 2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yaitu suami yang dilakukan terhadap istri, baik sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung telah menimbulkan rasa sakit pada istri, baik secara fisik maupun non fisik. Untuk jenis-jenis tindak kekerasan dalam kajian ini meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual. 3. Konsep diri adalah persepsi nyata tentang diri individu yang bersifat fisik, sosial dan psikologis yang dipengaruhi oleh penerimaan orang lain dan pergaulan dalam kelompok. Komponen-komponen yang terkandung dalam konsep diri, yaitu: a. Pengetahuan tentang diri adalah pengetahuan individu tentang diri individu b. Harapan diri adalah cita-cita atau keinginan individu dimasa mendatang, lebih kepada diri ideal yang dicita-citakan. c. Penilaian terhadap diri adalah pandangan individu terhadap dirinya, termasuk pandangan orang lain terhadap dirinya. 4. Istri adalah seorang wanita yang mendampingi laki-laki dan terikat dalam suatu lembaga perkawinan.

E. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai konsep diri yang ada pada diri subyek, dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah wawancara, observasi, dan penggunaan test psikologi yaitu tes proyektif dengan alat tes Thematic Apperception Test TAT.

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk percakapan yang memiliki tujuan Matarazzo, 1969 dalam Nietzel 1994. Melalui wawancara yang dilakukan, seorang interviewer mengali informasi yang mendalam mengenai diri subyek serta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Wawancara yang dilakukan untuk tujuan tertentu tidak didasarkan pada banyaknya isi dari wawancara tersebut. Penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur merupakan kombinasi dari wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur Nietzel, 1994. Wawancara semiterstruktur lebih fleksibel karena selain menggunakan outline sebagai petunjuk wawancara, peneliti juga bebas untuk mengajukan pertannyaan diluar outline tersebut sehingga data dan infomasi yang didapat lebih dalam. Ada beberapa langkah wawancara Nietzel, 1994 sebagai tuntunan dalam melakukan wawancara, yaitu: a. Wawancara Awal Hal penting yang perlu dilakukan pada wawancara awal adalah melakukan rapport. Rapport ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik, nyaman, dan harmonis dengan subyek. Sikap interviewer yang hangat dan terbuka adalah awal yang baik untuk sebuah wawancara. Rapport ini juga untuk mendorong subyek untuk berbicara secara bebas dan bersahabat tentang masalah yang dihadapi. Kemampuan interviewer untuk membangun rapport pada wawancara awal ini dapat membantu proses wawancara selanjutnya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang jelas mengenai diri dan masalah subyek. b. Wawancara Pertengahan Ada tiga tehnik dalam tahap wawancara pertengahan ini, yaitu: 1 Teknik Tidak Langsung Pada pertengahan wawancara beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan secara open- ended. Dengan pendekatan open-ended ini klien diberikan