Evaluasi kebijakan investasi berdasarkan PP No. 45 tahun 2008

dilakukan dengan memberikan keringanan biaya berupa bea masuk untuk impor barang untuk keperluan produksi. Hal ini terlihat peraturan mengenai kebijakan investasi tidak memberikan kesulitan bagi pihak-pihak terkait dalam menjalankan pelaksanaan peraturan tersebut. Namun investor masih terbatas untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan dan peraturan dalam prosedur melakukan investasi.

5.3.6 Evaluasi kebijakan investasi berdasarkan PP No. 45 tahun 2008

Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 menjelaskan untuk melakukan investasi atau penanaman modal perlu diperhatikan kemudahan bagi para penanaman modal dalam melakukan investasinya. Kesulitan birokrasi dan prosedur dalam melakukan investasi sangat dikeluhkan oleh para investor atau perusahaan swasta. Di Sumatera Barat khususnya di PPS Bungus saat ini di fokuskan dalam pengembangan perikanan tuna. Untuk dapat mendukung pengembangan perikanan tuna dibutuhkan adanya kerjasama dengan investor dalam menunjang tingkat pengembangan perikanan tuna di PPS Bungus. Memberikan kenyamanan dan menarik investor untuk melakukan investasi sangant diperlukan serta perlu adanya Undang-Undang ataupun peraturan-peraturan yang dapat menjamin kebutuhan investor kelautan dan perikanan yang akan melakukan investasi di bidang perikanan dan kelautan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2008 tentang pemberian kemudahan dalam melakukan penanaman modal di daerah dapat dilakukan dengan penyediaan data dan informasi penanaman modal; penyediaan sarana dan prasarana; penyedian lahan atau lokasi; pemberian bantuan teknis; dan percepatan pemberian izin. Berikut evaluasi kebijakan investasi yang dilakukan di PPS Bungus adalah seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 19 Evaluasi kebijakan investasi berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 No Landasan Hukum PP No. 45 tahun 2008 Realisasi di lapangan Kendala yang dihadapi 1 Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal masih berupa brosur- brosur yang dibuat oleh pihak PPS pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh investor ataupun dinas investor masih mencari sendiri informasi nya belum adanya web yang lebih memudahkan bagi investor untuk mengetahui peluang investasi dan prosedur melakukan investasi 2 Penyediaan sarana dan prasarana kelengkapan sarana dan prasarana di PPS Bungus sudah memenuhi kebutuhan yang diperlukan, tetapi untuk dry ice cold sudah selesai dibangun namun belum dimanfaatkan pabrik dry ice cold masih belum digunakan karena masih keterbatasan sumberdaya ikan 3 Penyediaan lahan atau lokasi masih tersedianya lahan atau area kosong untuk investasi yaitu 6,1 ha hanya terdapat dua investor yanng sudah memanfaatkan 4 Pemberian bantuan teknis adanya SDM yang dapat dimanfaatkan pemberian pelayanan oleh pemerintah atau dinas terkait dan oleh pihak pelabuhan masih kurangnya kemampuan dan keterampilan SDM 5 Percepatan pemberian izin berlakunya Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang direalisasikan dengan adanya Pergub Sumbar No. 49 Tahun 2010 masih rendahnya investasi di Sumatera Barat di bidang perikanan Sumber : Data Primer 1 Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal Di Sumatera Barat saat ini sudah terdapat peraturan-peraturan yang dapat memberikan kenyamanan dan menunjang kebutuhan investor untuk berinvestasi khususnya di dalam pengembangan perikanan tuna di PPS Bungus. Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 yang menjelaskan kemudahan dalam pencarian data dan informasi, dimana pemerintah beserta pihak dari PPS Bungus sendiri berusaha memberikan informasi kepada calon investor. Pemberian informasi kepada pihak calon investor sangat diperlukan karena hal ini akan memberikan informasi kepada calon investor mengenai peluang investasi yang ada ataupun potensi perikanan tuna yang terdapat di Sumatera Barat yang dikhususkan di PPS Bungus. Wawancara yang dilakukan dengan pihak dinas kelautan dan perikanan Sumatera Barat menjelaskan bahwa hambatan bagi investor dalam melakukan investasi di Sumatera Barat salah satunya adalah kurangnya informasi bagi investor tentang potensi kelautan dan perikanan. Sehingga investor belum melihat peluang investasi atau usaha yang menjanjikan di Sumatera Barat. DKP 2008 juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan efektifitas pelakasanaan kegiatan promosi investasi perikanan diperlukan dengan memberikan mutu layanan informasi yang sangat baik, hal tersebut dapat dilakukan dengan menyelenggarakan dan mengikuti seminar-seminar dan pameran investasi, membangun sistem informasi secara online dan peningkatan kegiatan koordinasi antar pemerintah terkait. Hal ini telah dilaksanakan di Sumatera Barat oleh pihak pemda, DKP dan pelabuhan yang bekerja sama mempromosikan wilayah Sumatera Barat dalam peningkatan investasi tuna. Pihak dinas dan pelabuhan melaksanakan sosialisasi dan seminar-seminar serta mengadakan pertemuan- pertemuan yang menjelaskan potensi investasi perikanan tuna di PPS Bungus. Selain itu juga dilengkapi dengan brosur-brosur yang diberikan kepada calon investor. Presentasi langsung dengan pihak investor dilakukan dengan memberikan gambaran potensi perikanan tuna khususnya di Sumatera Barat yang di fasilitasi di PPS Bungus sebagai sentra tuna. Pemberian informasi kepada swasta atau investor dapat berupa adanya web atau situs resmi yang memberikan informasi mengenai investasi yang ada di PPS Bungus. Hal ini dapat memudahkan investor untuk mengetahui peluang investasi yang terdapat di PPS Bungus. Namun hal tersebut masih terbatas di PPS Bungus, promosi melalui media elektronik atau online masih belum ada. 2 Penyediaan sarana dan prasarana Penyediaan sarana dan prasarana sebagaimana disebutkan dalam PP No. 45 Tahun 2008 adalah sangat dibutuhkan oleh calon investor untuk menunjang kegiatan investasi yang akan mereka lakukan di sektor perikanan dan kelautan. Hal ini juga telah berusaha diberikan oleh pihak PPS Bungus dan pemerintahan setempat, dimana di PPS Bungus sendiri sebagai pelabuhan tipe A sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. PPS Bungus memiliki fasilitas-fasilitas seperti fasilitas pokok, fasilitas penunjang. Fasilitas pokok antara lain terdiri dari dermaga bongkar, dermaga tambat labuh yang dapat disandari oleh kapal yang berukuran 60 GT sehingga sangat menunjang sekali bagi kegiatan perikanan tuna. Fasilitas fungsional seperti memiliki tempat gedung processing tuna, receiving hall dan tempat processing, serta gedung dry ice cold yang baru saja selesai dibangun, namun belum dimanfaatkan. Jaminan akan kebutuhan fasilitas seperti fasilitas BBM, air bersih, listrik saat ini sudah dilengkapi di PPS Bungus. Untuk menunjang kebutuhan BBM pihak PPS Bungus bekerja sama dengan pemerintahan dan pertamina untuk dapat meningkatkan ketersediaan BBM bagi menunjang kebutuhan melaut nelayan atau kapal penangkap tuna. Sedangkan kebutuhan akan air bersih sudah terpenuhi, dimana air bersih dapat diperoleh dari PDAM dan sumber air atau sumur. Kebutuhan listrik juga sudah di jamin dengan melakukan kerja sama dengan pihak PLN setempat. Di PPS Bungus juga tersedia pabrik es untuk menjamin ketersedian kebutuhan es bagi kebutuhan nelayan tuna untuk melaut. Dengan adanya pabrik es di PPS Bungus tersebut sudah menjamin kebutuhan es bagi nelayan sehingga tidak perlu membeli es di luar PPS Bungus, sehingga akan memberikan keefektifan waktu dan biaya bagi nelayan penangkapan tuna untuk memenuhi kebutuhan esnya. Kebutuhan yang sangat penting untuk nelayan penangkap tuna adalah umpan bandeng untuk digunakan sebagai umpan saat menangkap ikan tuna. Pihak pemerintah telah berusaha meningkatkan kebutuhan umpan bagi nelayan tuna dengan melakukan budidaya ikan bandeng pada beberapa daerah di Sumatera Barat salah satunya adalah didaerah Pesisir Selatan. Ketersediaan umpan ikan bandeng sangat diperlukan guna menjamin keberlangsungan dan kepercayaan pengusaha perikanan tuna. Pelabuhan Perikanan ini juga telah mempersiapkan berbagai hal untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas dan kualitasnya. Pelayanan bengkel meliputi pekerjaan perbaikan kapal, perbaikan mesin dan menggunakan alat wise vessel lift dengan kapasitas angkat untuk kapal 30 GT. Sarana dan prasarana lainnya yang sangat penting dalam menunjang pengembangan perikanan tuna di PPS Bungus adalah ketersediaan sarana transportasi untuk ekspor ikan tuna ke JepangAmerika. Hal ini merupakan salah satu hal yang diperhatikan karena perikanan tuna merupakan usaha skala ekspor maka diperlukan sarana transportasi yang cepat dan bagus sehingga ikan tuna segar yang akan di ekspor tetap terjaga mutunya. Pihak pemerintahan dan PPS Bungus dalam hal ini telah bekerja sama dengan pihak kargo yang mengangkut ikan tuna yaitu PT Cardig Air. Rute ekspor ikan tuna di PPS Bungus sebelumnya dilakukan dengan menggunakan pesawat melalui rute Padang-Jakarta-Singapura- JepangAmerika. Hal ini menurut pihak setempat dapat mempengaruhi mutu ikan tuna yang diekspor karena rute transportasi yang panjang. Namun dengan bekerja sama dengan PT Cardig Air rute ekspor dilakukan melalui Padang-Singapura- JepangAmerika. Hal ini tentu dapat menjamin mutu ikan tuna yang di ekspor dan keefisienan waktu pengiriman ikan tuna ekspor. 3 Penyediaan lahan atau lokasi Dalam PP No. 45 Tahun 2008 menjelaskan perlu adanya jaminan ketersediaan sarana lahan dan lokasi bagi menjamin kebutuhan investor dalam melakukan investasi. Ketersediaan lahan dan lokasi untuk para investor yang akan berinvestasi berupa lahan atau area dan berupa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Pemanfaatan fasilitas atau lahan ini dilakukan dengan sistem sewa kepada investor berdasarkan PP No. 19 Tahun 2006 tentang tarif sewa PNBP. Saat ini pemanfaatan lahan industri yang telah dimanfaatkan oleh pihak swasta di PPS Bungus adalah sebagai berikut: Tabel 20 Pemanfaatan fasilitas oleh investor di PPS Bungus No Investor Jenis Usaha Luas Lahan m 2 1. 2. 3. 4. PT Danitama Mina PT. Sinar Agro Marine Utama PT. Dempo Andalas Samudera PT. Global Surya Perkasa Pabrik es Pemasaran Ikan Processing dan cold storage Prosesing ikan tuna segar 1480 1.228 4000 450 Sumber : PPS Bungus 2011 Luas lahan yang diperuntukkan untuk industri dan pengembangan 7.500 m 2 atau 7,5 ha namun yang telah dimanfaatkan oleh pihak swasta 1.400 m 2 atau 1,4 ha 18,67, sehingga masih terdapat lahan kosong yang masih belum dimanfaatkan dan dapat dimanfaatkan bagi calon investor atau pihak swasta sebesar 6.100 m 2 atau 6,1 ha. PPS Bungus dan pemerintahan setempat mengharapkan dengan masih adanya ketersediaan lahan untuk investasi di PPS Bungus dapat menarik perhatian investor dalam melakukan investasi di PPS Bungus dalam hal peningkatan dan pengembangan perikanan tuna di Sumatera Barat. Lokasi tempat melakukan investasi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian bagi calon investor, dimana lokasi yang strategis dalam berusaha sangat diperlukan sehingga dapat memberikan keuntungan dan kemudahan bagi investor tersebut. Lokasi PPS Bungus sebagai basis perikanan tuna sangat strategis dimana potensi perikanan tuna di perairan barat Sumatera sangat potensial. Dengan lokasi PPS Bungus yang sangat dekat perairan Barat Sumatera akan memberikan keefisienan waktu bagi kapal penangkap tuna untuk mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Bungus dimana hal tersebut akan menguntungkan bagi nelayan penangkap tuna. Selain lokasi penangkapan tuna yang dekat dengan PPS Bungus untuk melakukan kegiatan ekspor lokasi PPS Bungus juga tidak jauh dengan bandara penerbangan untuk pengangkutan ekspor ikan tuna. Dimana jarak tempuh dari PPS Bungus ke bandara dapat ditempuh dengan waktu 1 jam. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi investor untuk melakukan investasi di PPS Bungus dalam pengembangan perikanan tuna di Sumatera Barat. 4 Pemberian bantuan teknis Pemberian bantuan teknis berdasarkan yang dijelaskan di PP No. 45 Tahun 2008, dapat dilakukan berupa pemberian pelayanan oleh pihak pelabuhan kepada investor atau swasta dan ketersediaan SDM untuk mendukung investor melakukan usaha di bidang perikanan tuna. Kesiapan sumberdaya manusia untuk mengantisipasi beroperasinya kapal-kapal tuna yang umumnya telah menggunakan teknologi modern dan juga kesiapan sumberdaya manusia pengelola dan operasional di pelabuhan perikanan harus memiliki keterampilan khusus karena produk ikan tuna segar harus betul-betul dijaga kualitasnya sebagaimana yang dipersyaratkan importir. Pembinaan ataupun penyuluhan juga dilakukan oleh pihak DKP Sumatera Barat untuk dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan teknis SDM yang ada di Sumatera Barat. Pihak DKP dalam meningkatkan kemampuan SDM tersebut memberikan pelatihan- pelatihan dan penyuluhan agar SDM yang terdapat di Sumatera Barat dapat memenuhi tingkat kebutuhan sesuai dengan yang dibutuhkan. Pemberian pelayanan yang juga dilakukan oleh pihak pemerintah guna menumbuhkan minat investor berinvestasi di Sumatera Barat adalah dengan memberikan keringanan biaya insentif investasi. Dimana pihak pemerintah memfasilitasi investor dengan pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal untuk keperluan produksi serta pembebasan atau penangguhan PPN atas impor barang modal atau mesin-mesin produksi selama jangka waktu tertentu. Pemerintah Sumatera Barat dan pihak dinas terkait sangat berharap dengan pemberian insentif tersebut dapat meningkatkan minat investor dalam melakukan penanaman modal atau investasi di Sumatera Barat. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam DKP 2008 bahwa untuk upaya dalam pemberdayaan investor maupun calon investor dilakukan dengan membantu penyelesaian masalah yang dihadapi investor baik yang selama ini beroperasi maupun yang baru beroperasi melalui pembinaan dan pemberian bantuan dengan sebaik- baiknya dan juga dijelaskan bahwa dalam menunjang dan meningkatkan minat investasi dapat dilakukan dengan adanya paket insentif dan disinsentif kepada calon investor maupun investor oleh pemerintah daerah tersebut. 5 Percepatan pemberian izin Parameter terakhir dalam evaluasi kebijakan investasi berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 adalah percepatan pemberian izin dalam melakukan penanman modal di daerah. Kendala selama ini yang banyak dikeluhkan oleh pihak investor dalam melakukan investasi adalah proses perizinan yang lama dan birokrasi yang rumit. Untuk menghindari keluhan dari investor pemerintah Sumatera Barat berupaya untuk memberikan kemudahan bagi investor dalam berinvestasi. Saat ini peraturan mengenai investasi di Sumatera Barat berdasarkan kepada Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 49 Tahun 2010 tentang penyelenggaraanpelayanan terpadu satu di bidang penanaman modal menjelaskan penyelenggaraan proses peizinan dan non perizinan dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi BKPMP Sumatera Barat. Pendelegasian wewenang dan pemberian perizinan dalam rangka pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal kepada BKPMP. Berdasarkan wawancara dengan instansi terkait perizinan melakukan usaha di Sumatera Barat dapat dilakukan dalam waktu dua minggu dengan sistem birokrasi yang tidak rumit, dimana perizinan yang dilakukan berupa hanya pendaftaran penanaman modal dan izin usaha penanaman modal di BKPMP dimana proses perizinannya telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Kebutuhan investor dalam bidang perikanan dan kelautan di Sumatera Barat yang di evaluasi berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 dapat dikatakan sangat memenuhi kebutuhan investor dalam kemudahan berinvestasi berdasarkan parameter yang terdapat pada PP tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor berinvestasi dalam pengembangan perikanan tuna di Sumatera Barat dengan telah sesuainya kebutuhan yang diharapkan oleh investor berdasarkan PP No 45 Tahun 2008 tentang kemudahan berinvestasi di daerah. Apalagi dengan telah didukung dengan Peraturan Gubenur Sumatera Barat No 49. Tahun 2010 dalam proses percepatan perizinan dalam melakukan penanaman modal. Pemerintahan Sumatera Barat sangat berusaha memberikan yang terbaik dalam meningkatkan minat bagi investor untuk berinvestasi di PPS Bungus dalam pengembangan perikanan tuna. Disisi lain Sumatera Barat memiliki potensi perikanan tuna yang besar namun belum dapat termanfaatkan secara optimal oleh investor. Terlihat belum optimalnya pemanfaatan potensi perikanan tuna di PPS Bungus dengan masih sedikitnya kapal penangkap tuna yang mendaratkan ikannya di PPS Bungus. Kekurangan armada penangkap tuna sangat mempengaruhi tingkat ekspor yang di lakukan di PPS Bungus setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pelabuhan dan dinas DKP Sumatera Barat, saat ini dalam hal pelayanan sarana dan prasarana yang disediakan bagi kebutuhan investor sudah lengkap berupa fasilitas dan pelayanan. Namun untuk tingkat produksi tuna masih kurang, hal ini terlihat dimana kapasitas kargo tersebut mampu mengangkut ikan sebanyak 17 ton dalam setiap penerbangan. Sementara kemampuan ekspor ikan tuna melalui kargo baru sebanyak 11 ton. Dilihat dari hasil evaluasi berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 pemerinta Sumatera Barat sudah memenuhi dalam hal pemberian kemudahan dalam berinvestasi bagi penanam modal didaerah. Selain sarana dan prasarana yang sudah memadai di PPS Bungus, penyelenggaraan proses perizinan yang selama ini menjadi salah satu kendala bagi investor untuk berinvestasi saat ini di Sumatera Barat sudah diberikan kemudahan sesuai dengan UU. No. 25 Tahun 2007 dan PP No. 45 Tahun 2008 mengenai kemudahan berinvestasi melalui percepatan perizinan investasi. Percepatan pemberian izin dalam berinvestasi sebagaimana disebutkan dalam UU No. 25 Tahun 2007 yang menjelaskan mengenai Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP yang kemudian didukung oleh Peraturan Presiden Perpres No. 27 Tahun 2009. Dimana pada UU No. 25 Tahun 2007 mengenai ketentuan umum : pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Undang-undang dan Peraturan Presiden mengenai penyelenggaraan PTSP tersebut sudah direalisasikan di Sumatera Barat dengan adanya Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 49 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan PTSP di Sumatera Barat, dimana proses perizinan yang terpusat dan cepat. Pelaksanaan sistem perizinan yang dulunya dapat diperoleh dengan waktu yang sangat lama, dimana bisa mencapai lebih dari sebulan, namun dengan ditetapkannya kebijakan PTSP waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan dilakukan dalam waktu 2 dua minggu saja. Dan juga pelayanan administrasi perizinan terpusat pada satu tempat sehingga akan lebih memudahkan koordinasi dalam percepatan pemberian izin. Sebagaimana yang dijelaskan dalam DKP 2008 bahwa segala bentuk perizinan usaha dan investasi sebaiknya dilakukan melalui satu badan atau instansi untuk memudahkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. Hal ini dengan telah diterapkannya peraturan PTSP melalui Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 49 Tahun 2010 tersebut telah menjawab kebutuhan investor dalam proses kemudahan perizinan dan peraturan tersebut juga telah mendukung PP No. 45 Tahun 2008 yang menjelaskan tentang kemudahaan penanaman modal di daerah dalam proses percepatan perizinan. Pemerintah Sumatera Barat dan pihak terkait berharap dengan telah terdapatnya kepastian hukum dan berusaha bagi investor yang sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2007 mampu meningkatkan minat investor dalam berinvestasi di Sumatera Barat dalam mendukung pengembangan perikanan tuna dimana PPS Bungus sebagi sentra tuna. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan