1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumatera Barat memiliki potensi yang besar dalam pengembangan perekonomian perikanan, hal ini dapat terlihat dari jumlah produksi perikanan
tuna yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data statistik, produksi perikanan tuna di Sumatera Barat sejak tahun 2008 menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan. Tahun 2008 Provinsi Sumatera Barat memproduksi sebanyak 300 ton yang kemudian meningkat lebih dari dua kali
lipat pada tahun 2009 yaitu menjadi 735 ton. September tahun 2010, produksi tuna
di Sumatera
Barat telah
mencapai lebih
dari 600
ton http:statistik.kkp.go.id
. Peluang investasi di sektor perikanan dan kelautan diperkirakan cukup
besar, hal ini tersirat dalam visi Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat yaitu : ”Sumatera Barat sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terkemuka di
Pulau Sumatera t ahun 2015”. Misi DKP Provinsi Sumatera Barat yaitu:
“Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan melalui Peningkatan Produksi dan Kesempatan Kerja di Bidang Kelautan dan Perikanan.
Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Bungus sebagai sentra atau pusat artinya bahwa kawasan PPS Bungus merupakan sentral bagi kegiatan industri hulu
maupun industri hilir. Dinilai dari sisi potensi, provinsi Sumatera Barat memiliki sumberdaya alam yang sangat menggiurkan dan belum dimanfaatkan secara
optimal bagi pengembangan ekonomi daerah. Subsektor kelautan dan perikanan yang didukung oleh garis pantai barat sumatera seluruhnya bersentuhan dengan
Samudera Hindia sepanjang 375 km yang belum dimanfaatkan secara optimal Dinas Kelautan
http:www.sumbarprov.go.id .
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut PPS Bungus sebagai pelabuhan perikanan terbesar di Sumatera Barat sudah seharusnya menjadi sentra
bagi kegiatan industri hulu maupun industri hilir. Selain itu sudah seharusnya PPS Bungus berusaha mendorong peningkatan investasi dan mendorong terciptanya
pelabuhan perikanan yang efisien dan efektif. Peningkatan investasi dalam hal ini adalah mendorong pihak swasta untuk berinvestasi dan melakukan aktivitasnya
dalam kawasan pelabuhan tersebut. Namun saat ini di PPS Bungus investor yang terlibat langsung dalam usaha perikanan tuna masih belum cukup, terlihat hanya
terdapat dua perusahaan swasta atau investor yang bergerak dalam usaha tuna yaitu PT. Dempo Andalas bergerak dalam ekspor olahan tuna dan PT. Global
Surya Perkasa GSP bergerak dalam ekspor tuna segar. Investasi pada sektor perikanan dan kelautan diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 54 Tahun 2002 Tentang Usaha Perikanan. Isi dari PP No. 54 Tahun 2002 mengenai investasi atau penanaman modal terdapat pada Pasal 5 ayat
3 yaitu izin usaha bagi perusahaan perikanan dengan fasilitas penanaman modal yang akan melakukan usaha penangkapan ikan, diterbitkan berdasarkan Alokasi
Penangkapan Ikan Penanaman Modal APIPM dan persyaratan lain di bidang penanaman modal. Sedangkan APIPM berdasarkan Pasal 1 ayat 13 PP No. 54
Tahun 2002, Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal APIPM adalah rekomendasi tertulis untuk menangkap ikan yang diberikan oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM kepada perusahaan perikanan dengan fasilitas penanaman modal.
Pengembangan sektor perikanan tidak terlepas dari dukungan prasarana pendukungnya, dalam hal ini adalah pelabuhan perikanan, dimana pelabuhan
perikanan merupakan interface antara aktivitas perikanan di laut penangkapan dengan perikanan di darat pengolahan ikan dan pemasaran. Kemajuan perikanan
tangkap dapat dilihat dari sejauh mana pelabuhan perikanan berkembang. Pelabuhan perikanan merupakan pusat segala aktivitas yang berhubungan dengan
usaha penangkapan ikan dan usaha-usaha pendukung lainnya seperti usaha penyediaan bahan perbekalan, perkapalan, perbengkelan, pengolahan hasil
tangkapan dan lain-lain. Pelabuhan perikanan dengan segenap fasilitasnya dimaksudkan menjadi pusat pengembangan sosial-ekonomi perikanan.
Pelabuhan perikanan harus mampu menunjang pengembangan industri yang terkait baik industri hulu maupun hilir sehingga keberadaannya akan mampu
mendorong pertumbuhan industri perikanan yang bermanfaat bagi peningkatan devisa negara melalui komoditas ekspornya, alternatif saluran baru bagi
produksi perikanan yang selama ini masih didominasi oleh pemasaran ikan segar dan memberikan insentif bagi masuknya investasi modal swasta ke dalam sektor
perikanan Solihin 2008. Prasarana pelabuhan untuk mendorong peningkatan investasi dan kegiatan ekonomi sangat diperlukan dengan memberikan
kesempatan serta peluang kepada pihak swasta, koperasi, dan kelompok usaha bersama KUB untuk dapat berinvestasi dalam pembangunan fasilitas yang
menunjang peningkatan pengembangan sektor perikanan. Pelaksanaan penanaman modal atau investasi biasanya selalu terkait dengan
masalah birokrasi perijinan. Keluhan dari investor dalam pengurusan ijin biasanya terkait dengan pelayanan yang lambat, kurang transparan dan akuntabel. Salah
satu pertimbangan para calon investor dalam melakukan penanaman modal biasanya terkait dengan peraturan atau kebijakan khusus yang mengatur tentang
penanaman modal. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kebijakan investasi yang mampu menarik minat calon investor, memberi kenyamanan dalam berinvestasi
dan juga mampu memberi dampak kesejahteraan bagi masyarakat di daerah sekitar.
Kebijakan investasi perlu dievaluasi secara seksama dalam rangka menjawab masalah-masalah yang menjadi pertimbangan investor dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. Peraturan dan kebijakan yang mendukung calon investor dan investor sangat diperlukan untuk meningkatkan
minat dan memberikan kenyamanan bagi investor dalam melakukan usaha tuna di PPS Bungus. Evaluasi terhadap peraturan dan kebijakan investasi yang telah ada
perlu dilakukan. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai PPS Bungus adalah mengenai tingkat pemanfaatan fasilitas dan kepuasan nelayan serta
penyediaan kebutuhan melaut dan belum ada penelitian yang mengkaji khusus
mengenai kebijakan investasi. Oleh karena itu, penelitian “Evaluasi Kebijakan Investasi Dalam Pengembangan Perikanan Tuna di PPS Bungus, Sumatera
Barat ” sangat perlu dilakukan.
1.2 Tujuan