Dalam penggunaan metode ini, beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan adalah:
1 Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman
pada struktur populasinya. 2
Stok ikan selalu dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state sesuai model pertumbuhan biomas seperti kurva logistik.
3 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat
random. 4
Hasil tangkapan yang didaratkan berasal dari kawasan perairan Samudera Pasifik dan tidak ada hasil tangkapan yang didaratkan di luar kawasan.
5 Teknologi penangkapan tidak ada perubahan secara signifikan.
3.3.2 Analisis evaluasi terhadap kebijakan
Analisis evaluasi terhadap kebijakan dilakukan dengan dua tahap: 1
Pengukuran persepsi Pengukuran persepsi dan pendapat dari responden yang dipilih secara
purposive sampling dengan skala likert yang kemudian dihitung dengan teknik
skoring. Penentuan skor dengan melihat pernyataan respon yang diberikan oleh responden yang mengadung alternatif jawaban pernyataan yang positif
diharapkan sampai dengan taraf jawaban pernyataan negatif tidak diharapkan. Jawaban penyataan yang positif diharapkan diberi skor lebih tinggi dari pada
jawaban pernyataan negatif yang tidak diharapkan. Untuk skor tertinggi diberi angka 5 dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya, yang penting adalah
konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan
dan isi dari item-item yang disusun.
Penskalaan respon merupakan prosedur penempatan sejumlah alternatif respon tiap item pada suatu kontinum kuantitatif sehingga didapatkan angka
sebagai skor masing-masing alternatif respon. Setelah nilai tiap faktor diketahui maka dilakukan teknik skoring. Teknik skoring dilakukan untuk memperoleh data
kuantitatif dengan menggunakan alat bantu analisis data statistik, baik yang bersifat deskriptif digunakan dalam penelitian ini, untuk maksud mendeskripsikan
data pada setiap variabel penelitian terutama untuk melihat gambaran secara umum.
Untuk menggambarkan kriteria pengukuran dari persepsi atau pendapat dari responden yang dipilih, maka dibuat selang frekuensi yang menggambarkan
kriteria tingkat pengukuran persepsi tersebut. Tahapan dalam pembuatan selang frekuensi adalah :
1 Menentukan banyak kelas,
2 Menentukan besar wilayah dengan mengurangi nilai terbesar dengan nilai
terkecil, 3
Menentukan lebar kelas atau interval dengan membagi besar wilayah dengan banyak selang kelas,
4 Menentukan selang kelas pertama dan batas kelasnya dimulai dengan data
terkecil, 5
Daftarkan selang kelas dan batas kelas hingga didapat lima selang nilai frekuensi.
Berikut ini adalah pembuatan selang frekuensi untuk kriteria tingkat persepsi :
1 Banyak kelas = 5
2 Nilai terbesar = 5
3 Lebar kelas atau interval kelas =
4 Selang kelas pertama dan batas kelasnya = 1,0 ≤ 1,8
5 Daftar selang kelas dan batas kelas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2 Penetapan nilai selang kelas
Selang Kriteria Penilaian
1,0 ≤ 1,8 Sangat Tidak Baik
1,8 ≤ 2,6 Tidak Baik
2,6 ≤ 3,4 Cukup Baik
3,4 ≤ 4,2 Baik
4,2 ≤ 5,0 Sangat Baik
2 Evaluasi berdasarkan Peraturan Pemerintah PP
Evaluasi kebijakan mengenai investasi yang diterapkan di PPS Bungus dievaluasi dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan
dengan mengevaluasi kebijakan penanaman modal atau investasi yang diterapkan di PPS Bungus berdasarkan PP No. 45 Tahun 2008 yang mengatur tentang
Kebijakan Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Di Daerah. Dengan melihat apakah kebijakan atau peraturan-peraturan
yang dijadikan sebagai landasan dilaksanakan sesuai dengan yang telah di tetapkan.Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang ada pada PP
No. 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.
Tabel 3 Evaluasi kebijakan investasi berdasarkan PP No. 45 tahun 2008
No PP No. 45 Tahun 2008
Realisasi di lapangan Kendala yang
dihadapi 1
2 3
4 5
Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal
Penyediaan sarana dan prasarana Penyediaan lahan atau lokasi
Pemberian bantuan teknis Percepatan pemberian izin
4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS
4.1 Lokasi Penelitian, Sejarah dan Struktur Organisasi Organisasi