Kebijakan dalam bidang investasi di Indonesia

keseluruhan atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta. Perusahaan dalam bentuk BUMN atau BUMD seluruh modal atau sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah negara, tingkat propinsi ataupun tingkat kabupaten.

2.3.4 Kebijakan dalam bidang investasi di Indonesia

Secara garis besar, penanaman modal dalam rangka investasi ditinjau dari sumbernya dibagi 2 dua, yaitu penanaman modal dengan modal berasal dari dalam negeri dan penanaman modal dengan modal dari pihak asing luar negeri. Adapun dalam pelaksanaannya, penanaman modal baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri diatur, yaitu Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri dan Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Menurut UU No. 6 tahun 1968 yang kemudian diganti dengan UU No. 25 tahun 2007. Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 menjelaskan Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri, sedangkan Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman modal di Indonesia, baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN maupun Penanaman Modal Asing PMA, terdapat prosedur regulasi penanaman modal yang tercantum di bawah ini: 1 Investasi dalam rangka Penanaman Modal Dalam dan Penanaman Modal asing adalah investasi yang sesuai dengan yang dimaksudkan di dalam UU No. 25 Tahun 2007. 2 Prosedur permohonan PMDN dan PMA diatur berdasarkan Peraturan Kepala Perka BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang pedoman dan tata cara penanaman modal. 3 Jenis persetujuan dan perijinan : Sesuai dengan Keppres No. 117 1999, wewenang untuk menerbitkan persetujuan dan perijinan investasi didelegasikan kepada Gubernur provinsi-provinsi di wilayah RI, dalam hal ini akan ditangani oleh Badan Pengembangan Ekonomi dan Koperasi BPEK. 4 Perusahaan Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia didirikan dalam bentuk 100 sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan atau kemitraan antara pihak asing dan Indoensia PT dan berdomisili di Indonesia. 5 Untuk berinvestasi di Indonesia, investor harus terlebih dahulu melihat apa yang disebut dengan Daftar Negatif Investasi. Daftar ini memuat investasi usaha dan bidang usaha yang tertutup untuk investasi. Sektor usaha yang diatur di sisni mengacu kepada peluang yang masih terbuka untuk investor apabila telah memenuhi persayaratn yang ditetapkan, misalnya kemitraan dengan perusahaan daerah, bekerja sama dengan pengusaha kecil, lokasi- lokasi tertentu, dll. Ketentuan khusus untuk bidang usaha tertentu yang terbuka untuk penanaman modal yang harus dipahami oleh investor, baik pada saat permohonan maupun pelaksanaan kegiatan investasi di Indonesia tertuang di dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal. 6 Daftar Negatif Investasi, sebagaimana diatur di dalam Keppres No. 962000 yang mengatur yang tertutup untuk perusahaan asing, dan tertutup untuk semua penanaman modal termasuk PMA. 7 Daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka yang diatur sesuai dengan Perpres No. 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang terbuka Denggan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. 8 Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, seperti perjudiankasino, peninggalan sejarah dan purbakala candi, keratin, prasasti, pertilasan, bangunan kuno, dll, museum pemerintah, pemukimanlingkungan adat, monumen, objek ziarah, pemanfaatan koral alam serta bidang- bidangusaha lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Perpres No.111 Tahun 2007. 9 Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan Sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Perpres No.111 Tahun 2007: 1 Dicadangkan untuk UMKMK, 2 Kemitraan, 3 Kepemilikan Modal, 4 Lokasi tertentu, 5 Perizinan khusus, 6 Modal dalam negeri 100 7 Kepemilikan modal serta lokasi 8 Perizinan khusus kepemilikan modal, 9 Modal dalam negeri 100 perizinan khusus. 1 Kebijakan sektoral terkait dengan pengembangan dan pengelolaan komoditi sub sektor perikanan Pengaturan eksploitasi terhadap sumberdaya ikan diatur oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan, persyaratan dan atau standar internasional yang diterima secara umum. Peraturan terkait dengan pengelolaan perikanan dan usaha perikanan diatur melalui UU No. 31 Tahun 2004 Jo UU No. 45 Tahun 2009. Berkaitan dengan pengelolaan perikanan disebutkan bahwa pengelolaan dilakukan harusmemperhatikan kelestarian sumberdaya ikan. Dukungan kebijakan terhadap pengelolaan perikanan diperlukan melalui ketetapan-ketetapan berkaitan dengan www.investment.com : 1 Rencana pengelolaan perikanan, 2 Jumlah tangkapan yang diperbolehkan, 3 Peralatan penangkapan ikan, 4 Jenis ikan yang dilindungi, dilarang diperdagangkan, dilarang dikeluarkan ke dan dari wilayah indonesia, 5 Pengaturan usaha penangkapan ikan, 6 Kelayakan penolahan ikan. UU No. 31 Tahun 2004 Jo UU No. 45 Tahun 2009, pengaturan tentang usaha perikanan dijelaskan bahwa usaha perikanan dilaksanakan dalam bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran. Pelaku usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan di wilayah pengelolaan perikanan wajib memiliki SIUP Surat Izin Usaha Perikanan. Dalam Undang-undang ini, setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan yang di antaranya meliputi : 1 Jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan, 2 Jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan, 3 Daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan, 4 Persyaratan atau prosedur operasional penangkapan ikan, 5 Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan, 6 Ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap. Usaha perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia hanya boleh dilakukan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia, sedangkan di wilayah perairan ZEEI orang atau badan hukum asing diperbolehkan melakukan penangkapan ikan berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional yang berlaku. Untuk lebih mengembangkan sektor perikanan ini, maka pemerintah membuka peluang investasipenanaman modal baik dari dalam dan luar negeri yang diatur dengan undang-undang www.investment.com .

2.3.5 Kendala dan penanaman modal di Indonesia