Peningkatan nilai produksi ekspor ikan tuna terlihat mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Dimana pada tahun 2008 nilai produksi yang diperoleh
sebesar Rp. 21.125.502.000,00 dengan total produksi ikan tuna yang di ekspor sebesar 346,11 ton. Pada tahun 2009 nilai produksi sebesar Rp. 48.999.686.880,00
dengan total jumlah ikan tuna yang di ekspor sebesar 720,67 ton. Dan pada tahun 2010 menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 50.588.010.000,00 dengan total
ikan yang diekspor sebanyak 698,67 ton. Perkembangan produksi ekspor ikan tuna di PPS Bungus sangat bergantung
kepada jumlah produksi atau hasil tangkapan ikan tuna yang terdapat di PPS Bungus. Potensi perikanan tuna di PPS Bungus dalam 3 tahun terakhir mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna yang terdapat pada tahun 2008 hingga 2010. Untuk dapat terus melakukan ekspor ikan
tuna secara berkelanjutan diperlukan sumberdaya ikan tuna secara terus menerus dan pengelolaan oleh eksportir tuna di PPS Bungus.
Jumlah hasil tangkapan ikan tuna sangat bergantung pada produktivitas alat tangkap tuna yang terdapat di PPS Bungus. Nilai produktivitas dari alat tangkap
tersebut dapat terlihat dengan hasil nilai CPUE yang telah dihitung pada sub bab sebelumnya, dimana nilai catch dengan effort perlu diketahui untuk dapat
menggambarkan kecenderungan produktivitas alat tangkap ikan tuna yang dicerminkan oleh nilai CPUE. Nilai CPUE yang didapatkan pada tahun 2009-
2010 menunjukkan nilai yang berbeda-beda setiap bulannya.
5.2.2 Penanganan ikan tuna ekspor
Jenis ikan tuna yang didaratkan untuk tujuan ekspor di PPS Bungus antara lain : tuna mata besar, tuna sirip kuning, madidihang, dan setuhuk hitam. Produk
perikanan merupakan produk yang cepat sekali mengalami kemunduran mutu, yang sangat mempengaruhi kemuduran mutu ikan antara lain adalah dipengaruhi
oleh suhu. Proses penanganan ikan hasil tangkapan mulai dari kegiatan pembongkaran hingga distribusi ikan tuna tersebut untuk tujuan ekspor sangat
perlu diperhatikan agar tidak mengalami kemunduran mutu atau penurunan kualitas ikan.
Penanganan ikan tuna untuk tujuan ekspor di PPS Bungus sangat memperhatikan mutu dan kualitas ikan. Di PPS Bungus pembongkaran hasil
tangkapan ikan tuna dilakukan pada malam hari yaitu sekitar pukul 7 atau 8 malam, hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan mutu ikan tuna agar tidak
mengalami penurunan mutu. Selanjutnya setelah dilakukan pembongkaran dari kapal ke gedung prosesing tuna, maka dilakukan penyortiran ikan tuna untuk
tujuan ekspor. Ikan yang untuk tujuan ekspor dipilih berdasarkan ukuran ikan dan berat ikan. Ikan tuna yang tidak termasuk ke dalam kualitas ikan untuk tujuan
ekspor atau ikan reject akan dijual ke industri pengolahan ikan yang ada di PPS Bungus. Untuk tetap menjaga kualitas dan kesegaran ikan selama proses distribusi
ikan disimpan dalam suhu 0⁰C dan sebaiknya ikan dalam kondisi kaku atau shelf life maximum
sehingga akan mempengaruhi berkurangnya glikogen dalam tubuh ikan.
5.2.3 Pemasaran atau pola distribusi
Pemasaran hasil perikanan dari PPS Bungus berupa ikan hasil tangkapan tuna mayoritas dipasarkan untuk tujuan ekspor yaitu ±88,13 dan pemasaran ikan
tuna lokal hanya sekitar ±1,87. Sebagaimana yang terlihat pada Gambar 10 pola distribusi ikan tuna di PPS Bungus tujuan utama pemasaran hasil tangkapan
adalah untuk tujuan ekspor dalam bentuk segar. Ikan tuna segar di ekspor oleh perusahaan swasta yaitu PT. Global Surya Perkasa sedangkan tuna olahan di
ekspor oleh PT. Dempo Andalas. Ikan tuna dalam keadaan segar atau fresh merupakan ekspor utama di PPS Bungus dimana hasil tangkapan ikan tuna yang
didaratkan langsung di bongkar di gedung processing tuna yang telah disewa oleh PT. GSP. Setelah dilakukan pemisahan ikan tuna segar kualitas ekspor dan non
ekspor, maka ikan reject dari ikan tuna tuna segar di produksi oleh PT. Dempo Andalas. PT Dempo Andalas memproduksi ikan tuna dalam bentuk ikan tuna
olahan loin yang dipasarkan untuk tujuan ekspor ke Amerika. Produk ikan kualitas ekspor dalam bentuk segar didistribusikan ke negara
Jepang dan untuk ikan tuna olahan didistribusikan ke Eropa, Amerika, Miami dan di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya. Pendistribusian hasil perikanan untuk
tujuan ekspor di PPS Bungus dilakukan langsung setelah dilakukan penanganan
ikan yang dibongkar pada malam hari. Pendistribusian ikan tuna untuk ekspor dilakukan dari PPS Bungus menuju bandara dengan jarak PPS-Bandara ±30 km.
Pengangkutan ikan tuna untuk kualitas ekspor dari bandara ke negara-negara tujuan ekspor dengan menggunakan pesawat kargo milik PT. Cardig Air yang
difasilitasi oleh pemerintah daerah dan provinsi dan bekerja sama dengan pihak investor serta pihak PPS Bungus.
Namun ada beberapa ikan tuna segar hasil reject dari PT. GSP dipasarkan secara lokal oleh PT. Dempo Andalas. Pemasaran produk hasil perikanan untuk
tujuan lokal didistribusikan dengan menggunakan mobil box, produk yang didistribusikan berupa ikan segar dan olahan. Pemasaran dilakukan yang di
wilayah Sumatera Barat antara lain: Bukittinggi, Solok, Padang, Payakumbuh, Batusangkar; sedangkan diluar wilayah Sumatera Barat produk hasil perikanan
didistribusikan ke wilayah disekitar Sumatera Barat antara lain: Jambi, Medan dan Pekanbaru. Pemasaran hasil tangkapan ikan tuna di PPS Bungus dapat terlihat
sebagai berikut :
Gambar 10 Pola distribusi ikan tuna di PPS Bungus
Hasil Tangkapan Tuna
PT. Global Surya Perkasa
Ekspor
Lokal
Jambi Medan
Pekanbaru Padang
Bukittinggi Payakumbuh
Solok Batusangkar
Ikan Tuna Segar
Ikan Tuna Olahan
Jepang Eropa
Amerika Serikat Miami
PT. Dempo Andalas
Segar Olahan
Hasil Tangkapan Tuna
PT. Global Surya Perkasa
Ekspor
5.3 Investasi di PPS Bungus