Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

3. Memberikan perspektif mengenai dinamika kehutanan terutama mengenai masyarakat di sekitar hutan. 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini hendak melihat bagaimana perjalanan penguasaan dan pemanfatan sumberdaya agraria di Desa Bungku pada akhirnya menimbulkan tumpang tindih klaim atas sumberdaya tersebut. Dinamika penguasaan sumberdaya agraria dilihat dengan menggunakan konsep-konsep teori akses dan properti dari Ribot dan Peluso 2003 serta Sikor dan Lund 2009 yang dengan jelas menguraikan dinamika akses dan properti. Kepastian properti diperlukan sebagai jaminan akses atas sumberdaya karena tidak semua akses atas sumberdaya alam dijamin oleh adanya pengakuan hak. Dalam kerangka Sikor dan Lund 2009 upaya menguatkan klaim atas penguasaan sumberdaya dapat dilakukan melalui politik teritorialisasi dan kekerasan dengan melakukan sejumlah upaya property relation dan authority relation. Mengingat studi dilakukan di areal konsesi restorasi eksosistem, penelitian ini juga menggunakan kerangka diskursus global dalam isu kerusakan lingkungan deforestasi.

2.1 Teori Sumberdaya Bersama

Penggunaan istilah sumberdaya bersama common property resources dalam pandangan tradisional Barat bukan untuk menunjukan bahwa sumberdaya dimiliki secara kolektif oleh sekelompok orang Berkes and Farvar 1989. Karena dalam pandangan Barat kepemilikan sumberdaya hanya ada dua, yaitu oleh negara atau perusahaan. Sementara bagi sumberdaya yang tidak dimiliki oleh keduanya disebut sebagai common property. Konsekuensi adanya pandangan tradisional barat ini memunculkan asumsi Hardin 1986 mengenai tragedy of the common yang memandang bahwa masyarakat tidak memiliki pranata sosial yang efektif untuk menegakan perlindungan terhadap sumberdaya alam. Ketika sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya dimanfaatkan semua orang, setiap individu mempunyai rasionalitas untuk memanfaatkan secara intensif. Akibatnya, kelimpahan sumberdaya alam menurun dan semu pihak merugi. Kesimpulan Hardin 1986 adalah sumberdaya harus menjadi privat atau dikontrol oleh otoritas pemerintah pusat untuk menjamin keberlanjutan penggunaannya. Dalam hal ini, Hardin tidak menyinggung kemungkinan adanya rezim komunal Berkes and Farvar 1989 sehingga pandangan Hardin ini pun menuai banyak kritik. Berbeda dengan pandangan tradisional Barat, Berkes and Farvar 1989 memberikan pandangan lain mengenai penggunaan istilah common property yang dapat merujuk pada sumberdaya yang dikuasai secara komunal sehingga pengguaan istilah common property dibedakan dengan istilah common pool resources CPR yang merujuk pada sumberdaya itu sendiri. Penggunaan istilah common property sejajar dengan communal property atau community based resources management atau community property regime atau customary property. Oleh karena itu, berbeda dengan kesimpulan Hardin 1986, Ostrom memandang bahwa CPR yang dikelola oleh common property regime yang berbeda dengan private property atau state property regime – yaitu yang dikelola sendiri oleh komunitas masyarakat- dapat mencegah terjadinya tragedy of the common. Rezim hak 4 regime of property rights bersifat kompleks. Berkes dan Farvar 1989 membagi rezim hak regime of property rights ke dalam empat tipe sebagaimana pembagian tipe hak yang dijelaskan Feeny et al 1990 serta Lynch dan Harwell 2002 5 yang juga membagi pendekatan property right regimes ke dalam empat tipe, yaitu: 1. Rezim akses terbuka open access regime: Tidak ada hak penguasaanpemilikan atas sumberdaya. Sumberdaya bebas dan terbuka diakses oleh siapapun. Tidak ada regulasi yang mengatur. Hak-hak pemilikan property right tidak didefinisikan dengan jelas. 2. Rezim hak privat private property regime: Sumberdaya bukan milik negara melainkan dimilik oleh organisasi atau individu. Ada aturan yang mengatur hak-hak pemilik dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Manfaat dan biaya ditanggung sendiri oleh pemilik. Hak pemilikan dapat dipindah-tangankan. 3. Rezim hak kelompok masyarakat customary property regime, yaitu sumberdaya dikuasai oleh sekelompok masyarakat dimana para anggota punya kepentingan untuk kelestarian pemanfaatan. Pihak luar yang bukan anggota tidak boleh memanfaatkan. Hak pemilikan tidak bersifat ekslusif, dapat dipindah-tangankan sepanjang sesuai aturan yang disepakati bersama. Aturan pemanfaatan mengikat anggota kelompok. 4. Rezim hak negara state property regime: Hak pemanfaatan sumberdaya alam secara eksklusif dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah memutuskan tentang akses, tingkat dan sifat eksploitasi sumberdaya alam Hak properti adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu atau kelompok untuk menggunakan sumberdaya berdasarkan pada sekumpulan hak, kewajiban, dan tanggungjawab untuk meggunakan sumberdaya Bromley 1989. Konflik salah satunya dapat bersumber dari tidak adanya kepastian hak dalam penguasaan sumber daya alam. Oleh karena itu, sifat penguasaan sumberdaya bisa oleh negara, swasta, atau kelompok. CPR dapat dimiliki oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota dalam wujud sebagai public goods atau oleh masyarakat adat sebagai common property resource, atau dimiliki oleh perusahaan sebagai private goods. Ketika CPR tidak dimiliki siapapun, atau pemilikan CPR secara de facto tidak berfungsi, maka CPR merupakan sumberdaya akses terbuka open access resource. Tidak semua bentuk sumberdaya dikatakan sebagai property karena sumberdaya yang tersedia terkadang tidak memiliki kepastian klaim Gibs dan Bromly 1989. Property right terhadap sumberdaya ditentukan berdasarkan keanggotan sosial, pertaruran, dan konvensi bukan oleh sumberdaya itu sendiri. 4 Penulis memilih menggunakan istilah rezim hak untuk menerjemahkan property right regime sebagaimana yang digunakan Kartodihardjo 2006. Rezim hak merupakan alat untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya alam dan menentukan keterkaitan serta ketergantungan antara kelompok masyarakat tertentu dengan lainnya Bromley 1991 dalam Kartodihardjo 2006. Istilah property right bukan berarti hak milik. Sebagai contoh private property dapat merujuk pada pengendalian sumberdaya oleh swasta melalui izin usaha yang dimilikinya dari pemerintah sebagai bentuk use right, misalnya HGU, dan HPH adalah bentuk-bentuk penguasaan pengendalian penggunaan sumberdaya yang termasuk ke dalam bentuk private property. 5 Disampaikan oleh Soeryo Adiwibowo sebagai dalam Mata Kuliah Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam