Proses menjadi akses sebagai properti salah satunya dilakukan dengan cara melihat bagaimana otoritas dibentuk, dikuatkan, bahkan dihancurkan.
Ribot dan Peluso 2003 memandang bahwa hubungan akses selalu berubah tergantung pada posisi dan kekuasaan individu atau kelompok di dalam
berbagai macam hubungan sosial. Bisa jadi seseorang memiliki power yang lebih dalam satu jenis hubungan sosial tertentu, atau pada moment sejarah tertentu.
Mengingat pola akses berubah sepanjang waktu maka akses harus dilihat melalui proses. Dapat dilihat melalui mana individukelompokinstitusi mendapatkan,
mengontrol, dan menjaga akses di dalam keadaan kondisi politik dan budaya tertentu. Hubungan kausal secara sistematik dapat ditelusuri melalui sejarah dan
spasial. Dalam hal ini, pertarungan kuasa dan legitimasi klaim atas sumberdaya hutan dilihat dengan pendekatan sejarah, dimana dilihat terlebih dahulu
bagaimana dinamika pengusaaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria di Desa Bungku sehingga dapat diketahui mengapa tumpang tindih klaim atas sumberdaya
hutan bisa terjadi? Pada akhirnya tumpang tindih klaim atas lahan melahirkan konflik karena ketika masing-masing pihak berusaha meneguhkan klaimnya, pada
saat yang sama ia sedang menghilangkan klaim orang lain atas sumberdaya yang sama. Upaya meneguhkan klaimnya atas sumberdaya salah satunya ditempuh
dengan cara menjadikan power sebagai otoritas agar klaimnya diakui secara legal berdasarkan hukum dan peraturan undang-undang. Bahkan upaya meneguhkan
klaim juga dilakukan melalui perang wacana serta kekerasan yang tidak bisa dihindari. Secara sederhana, kerangka pemikiran penelitian ditunjukan pada
Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Open Access Private Property
Private Property State Property
States Privates
Local Elites
Migran Communitie
s Habitat and
Niche SAD Bathin 9 Communities
Authority and Property Relation
Authority and Property Relation NGO
Competing Claim
Discourses war, violences, etc
Right based Access
Structural and Relational mechanism of access
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Konstruktivisme seperti yang dipaparkan Guba dan Lincoln mengadopsi ontologi kaum relativis
ontologi relativisme, epistimologi transaksional, dan metodologi hermeneutis atau dialektis. Tujuan-tujuan penelitian dari paradigma ini diarahkan untuk
menghasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekonstruksi Denzin dan Lincoln
2009. Kalangan
konstruktivis mempertaruhkan
sistem-sistem representasi, praktik-praktik sosial dan material, aturan-aturan diskursus, dan
efek-efek ideologis Diana Fuss 1989 dalam Denzin dan Lincoln 2009. Fuss melanjutkan
bahwa kalangan
konstruktivis menekuni
produksi dan
pengorganisasian perbedaan-perbedaan. Diskursus diartikan sebagai “berbagi makna mengenai suatu fenomena”
Adger et al. 2001. Narasi aktor atas hutan dan hal-hal yang terkait di dalamnya diinterpretasikan sesuai pemahamanan subjektif peneliti tentang bagaimana setiap
aktor mendasarkan klaimnya atas penguasaan sumberdaya hutan yang dipertentangkan. Bagaimana setiap aktor memiliki kepentingan yang berbenturan
dengan aktor lain terhadap satu sumberdaya alam yang sama dan bagaimana setiap
aktor mengkonstruksi
gagasannya untuk
mendasarkan klaim
penguasaannya atas sumberdaya yang dipertentangkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan sebayak tiga kali kunjungan lapang, yaitu pertama yang merupakan kegiatan penjajakan dalam rangka pendalaman untuk
perencanaan penelitian dilaksanakan pada Desember 2012. Kunjungan lapang kedua yang merupakan pelaksanaan inti penelitian dilakukan pada Maret hingga
April 2013 dan ketiga pemantapan dan verifikasi data penelitian di lapangan dilakukan pada Juni 2013. Sementara itu, proses penelitian terhadap data sukender
serta analisis data terus dilakukan mulai Desember 2012 hingga selesainya thesis ini disusun.
Penelitian mengambil konteks dinamika penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria di level Desa, yaitu Desa Bungku Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batang Hari. Fokus pendalaman penelitian untuk mengkaji sejauh mana pertarungan kuasa dan klaim atas sumberdaya agraria yang terjadi di sekitar
hutan konsesi restorasi ekosistem yang tumpang tindih dengan beberapa wilayah dusun di Desa Bungku. Sebagai sebuah penelitian ekologi politik, penelitian tidak
hanya fokus dilakukan pada level grassroot, penelitian diperkaya dengan melihat konflik dalam konteks kebijakan di tingkat Kabupaten Batang Hari dan tingkat
Provinsi Jambi. Untuk melihat konflik di level kabupaten dan provinsi, penelitian tak hanya dilakukan melalui penelusuran data sekunder, akan tetapi penelitian
juga dilakukan melalui penelusuran data primer dengan melakukan wawancara terhadap di beberapa instansi pemerintahan baik di level kabupatan dan provinsi.
3.3 Metode dan Strategi Penelitian
Konsekuensi dari paradigma penelitian konstruktivis adalah metode penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln 2009 menyatakan bahwa penelitian
kualitatif sebagai serangkaian praktik interpretatif tidak mengunggulkan satu metodologi pun. Lebih lanjut, Denzin dan Lincoln 2009 menyatakan bahwa
sebagai wahana diskusi dan diskursus penelitian kualitatif sulit didefinisikan secara tegas, sehingga tak hanya konstruktivisme, beragam paradigma teoretis
secara terbuka menggunakan metode dan penelitian kualitatif. Para peneliti kualitatif umumnya memanfaatkan semiotika, analisis naratif, wacana, arsip, dan
fenomenis. Dalam hal ini narasi dan tindakan aktor dalam upaya klaim atas sumberdaya bersandar atas pemaknaanya terhadap situasi dan kondisi di sekitar
ruang kehidupannya sehingga didalami melalui metode kualitatif.
Adapun strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Sitorus 1998 menjelaskan bahwa penggunaan studi kasus sebagai strategi penelitian
memungkinkan terjadinya dialog peneliti dan tineliti, sehingga kebenaran adalah kesepahaman bersama atas sebuah masalah berupa intersubyektifitas yang lahir
akibat interaksi antara peneliti dan tineliti. Penelitian ini mengambil teladan kasus konflik di kawasan hutan restorasi sebagai wilayah yang pertama kali
diimplementasikannya produk baru kebijakan pemanfaatan hutan, yaitu IUPHHK- RE. Penelitian ini ingin melihat struktur kuasa yang terbentuk diantara aktor yang
terlibat konflik dalam penguasaan sumberdaya agraria, khususnya sumberdaya hutan. Stuktur kuasa diantara aktor tersebut dianalisis dalam kaitannya dengan
pengaruh wacana lingkungan global terhadap pengelolaan hutan di Indonesia di tengah menguatnya gerakan-gerakan pembelaan terhadap kaum terpinggirkan
masyarakat lemah yang dimotori sejumlah LSM.
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini adalah data kualitatif. Jenis data kualitatif umumnya diperoleh dari hasil pengamatan, pembicaraan, dan bahan tertulis Patton 1990
dalam Sitorus 1998 sehingga disebut sebagai data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan dua tehnik. Pertama, pengamatan observation yaitu
interaksi antara peneliti dan subjek penelitiannya dalam lingkungan subjek penelitian itu sendiri, guna memperoleh data melalui teknis yang sistematis
Agusta 2003. Kedua, wawancara mendalam indepth interview yaitu temu muka berluang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan
tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana tineliti ungkapkan dalam bahasanya sendiri Sitorus 1998. Adapun, data sekuder
dikumpulkan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.
Pengamatan dilakukan terhadap keseluruhan wilayah desa dan keseluruhan titik-titik konfliksengketa yang masuk di dalam wilayah desa
tersebut. Pengamatan juga dilakukan di lokasi-lokasi yang meninggalkan jejak- jejak terjadinya konflik, seperti bangunan rumah yang terbakar, camp-camp
pendudukan lahan, dan lain sebagainya. Selain pengamatan di lokasi-lokasi yang
sudah „mati‟, pengamatan juga dilakukan terhadap kondisi perkampungan di