Tahap Perkembangan Remaja Remaja

2.1.8 Perkembangan Seksualitas Remaja

Perkembangan seksualitas remaja meliputi Potter dan Perry, 2005: 1. Perubahan Fisik a. Perempuan 1 Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun. 2 Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan. 3 Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama. b. Laki-Laki 1 Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah. 2 Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami ejakulasi, sebelum organ seksnya matang sekitar usia 12 – 14 tahun. 3 Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur emisi nokturnal, dan sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan. 4 Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi subur. 2. Perubahan Psikologis a. Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat b. Remaja dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual. c. Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehamilan tidak akan terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehatihatian. d. Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak benar karena banyak ndividu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman demikian. e. Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan merasa kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber Bimbingan Konselor, penasihat spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental

2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja

2.4.1 Umur

Menurut Depkes 2008 umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir Depkes, 2008. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Musthofa dan Winarti pada mahasiswa di Pekalongan, diketahui bahwa terhapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual MusthofadanWinarti, 2010. Hasil penelitian Sabon 2003 juga menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan perilaku berisiko HIVAIDS perilaku seksual berdasarkan SKRRI 2002-2003 Sabon, 2003. Demikian pula temuan Nursal pada tahun 2007 remaja yang mengalami usia pubertas dini mempunyai peluang berperilaku seksual berisiko berat 4,65 kali dibanding responden dengan usia pubertas normal 95CI=1,99-10,85 Nursal, 2007. Namun berdasarkan studi yang dilakukan Juleha pada tahun yang sama, diketahui bahwa tidak ada hubungan umur dengan perilaku seksual