Hubungan Peran Sekolah dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di Indonesia

tersebut adalah masyarakat yang mungkin dapat menyediakan wadah untuk remaja agar bisa mendapatkan informasi kesehatan reproduksi yang komprehensif.

6.9 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di

Indonesia Tahun 2012 Teman sebaya adalah sekelompok remaja yang nilainya dianut oleh remaja lain Rice, 2005. Sanrtock 2005 menyatakan teman sebaya berfungsi sebagai tempat bagi remaja berbagi dan sering perubahan perilaku remaja disebabkan transfer perilaku sesama teman sebaya. Teman sebaya sebagai kelompok kelompok acuan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial, dimana remaja menyerap norma dan nilai-nilai yang akhirnya menjadi standar nilai yang mempengaruhi pribadi remaja Santrock, 2005. Menurut Jones dan Furman 2010, berkeinginan untuk memiliki teman sebaya atau kelompok merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami remaja. Teman sebaya adalah remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya merupakan individu atau kelompok satuan fungsi yang berpengaruh pada remaja. Kelompok remaja memiliki ciri yang khas dalam orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut StanhopedanLancaster, 2004. Hasil analisis univariat, ditemukan bahwa sebagian besar remaja pria menyatakan bahwa tidak ada pengaruh teman sebaya, yakni 72.4. Pada remaja yang berperilaku seksual berisiko IMS, 37 menyatakan ada pengaruh teman sebaya. Sementara hanya 6.3 dari remaja berperilaku seksual berisiko IMS yang merasakan bahwa teman sebaya tidak berpengaruh. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.000 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual remaja pria di Indonesia tahun 2012. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Subekti 2015 dalam thesisnya, yakni adanya hubungan peran teman sebaya degan perilaku berisiko penyakit menular seksual Subekti, 2015. Demikian pula halnya dengan studi yang dilakukan Lestari dkk pada tahun 2014 yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang, peran teman sebaya berhubungan dengan perilaku seksual pranikah mahasiswa Lestari et al., 2014. Hasil studi Hakim 2012 juga menunjukkan hasil serupa, dimana ada hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan kejadian perilaku seks berisiko pada remaja tunarungu di SMALB Kota Padang Hakim, 2012. Sabon dalam studinya menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya sanagat kuat karena perilaku berisiko HIVAIDS remaja yang memiliki teman sebaya berperilaku berisiko HIVAIDS lebih tinggi daripada yang tidak memiliki teman sebaya berperilaku berisiko HIVAIDS Sabon, 2003. Usia remaja biasanya sedang sangat mementingkan eksistensi diri. Remaja akan berlaku senormal mungkin menurut kelompoknya, atau akan menghadirkan tren baru yang dianggap keren dan kekinian. Teman sebaya dianggap sebagai faktor yang cukup kuat mempengaruhi perilaku remaja. Remaja sebisa mungkin akan mengikuti norma yang berlaku pada kelompok teman sebayanya agar dapat diterima dan diakui dalam kelompoknya. Oleh sebab itu, remaja cenderung mengikuti perilaku teman sebayanya. Inilah mengapa variabel pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku seskual remaja. Kepada seluruh remaja, khususnya remaja pria sebagai subjek penelitian ini, disarankan untuk memilih lingkungan pergaulan teman sebaya yang positif agar tidak terjerumus pada pergaulan yang salah, dalam hal ini perilaku seksual berisiko. 77

BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan

a. 14. 8 remaja pria di Indonesia tahun 2012 berperilaku seksual berisiko IMS b. Lebih dari separuh 53.9 remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang menjadi sampel penelitian berasal dari kelompok umur remaja awal c. Lebih dari separuh 56.6 remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang menjadi sampel penelitian tinggal di daerah perkotaan d. Sebagian besar 65.1 remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang menjadi sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan tinggi e. Sebagian besar 68.3 remaja pria di Indonesia tahun 2012 memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang kurang. f. Lebih dari separuh 56.9 remaja pria di Indonesia tahun 2012 memiliki sikap negatif terkait perilaku seksual yang berisiko IMS. g. Lebih dari separuh 52.3 remaja pria di Indonesia tahun 2012 menganggap sekolahnya tidak berperan sebagai penyedia informasi kesehatan reproduksi. h. Sebagian besar 72.4 remaja pria di Indonesia tahun 2012 tidak merasakan adanya pengaruh teman sebaya dalam pembentukan perilaku seksualnya. i. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual remaja pria di Indonesia tahun 2012