Keterbatasan Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Usia remaja seharusnya dimafaatkan untuk mengembangkan minat dan bakat pada hal yang positif, bukan terjerumus pada perilaku yang berisiko terhadap kesehatan. Perilaku demikian dapat menimbulkan ketagihan dan menjadi sarana penularan penyakit. Jika sudah ketagihan, prestasi menjadi sulit diraih karena fokus dan konsentrasi terhadap pencapaian prestasi jadi menurun. Berawal dari kecanduan, jika semakin sering melakukan maka semakin besar peluang terkena IMS, terutama jika pasangan berganti dan tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri APD, dalam hal ini kondom untuk mencegah terjadinya interaksi cairan kelamin yang dapat berakibat pada penularan IMS.

6.3 Hubungan Umur dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa Tahun 2012

Menurut Depkes 2008 umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir Depkes, 2008. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separuh remaja pria di Indonesia Tahun 2012 yang menjadi responden pada kelompok umur remaja akhir 53.9. Kelompok umur remaja akhir lebih banyak yang berperilaku seksual berisiko IMS 21.1 dibandingkan dengan kelompok umur remaja awal 7.5. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pratiwi dan Basuki pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa remaja akhir lebih banyak yang berperilaku seksual tak aman dibandingkan remaja awal dan remaja tengah PratiwidanBasuki, 2011. Hal ini juga sesuai dengan temuan Sabon pada Tesisnya, semakin bertambah umur, semakin remaja berperilaku berisiko HIVAIDS Sabon, 2003. Ini artinya, umur berbanding lurus dengan potensi berperilaku berisiko. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual remaja pria di Indonesia p value = 0.000. Hal ini sejalan dengan hasil studi pada mahasiswa di Pekalongan, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual MusthofadanWinarti, 2010. Hasil penelitian Sabon 2003 juga menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan perilaku berisiko HIVAIDS perilaku seksual berdasarkan SKRRI 2002-2003 Sabon, 2003. Secara biologis, kelompok umur remaja akhir perkembangan seksual mulai matang. Kadar testosterone meningkat, organ seksual mulai berkembang dan berfungsi Potter dan Perry, 2005. Situasi ini menyebabkan hasrat seksual remaja akhir lebih menggebu dibandingkan dengan remaja awal. Secara psikologis, remaja akhir lebih berani dan percaya diri dibandingkan remaja awal. Selain itu, ketergantungan pada orang lain juga menurun. Hal ini cenderung membuat remaja mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan tidak terlalu mementingkan pendapat orang lain. Secara sosial, pada remaja akhir mulai tumbuh „dinding‟ yang memisahkan diri pribadinya private self dan masyarakat umum the public Sarwono, 2005. Remaja akhir biasanya merasa punya kebebasan dan mengendornya kontrol keluarga dan masyakat atas dirinya. Dalam situasi ini, jika remaja tidak memiliki pertahan diri yang baik akan mudah sekali terjerumus pada pergaulan yang negatif bahkan perilaku seksual berisiko IMS.

6.4 Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa

Tahun 2012 Tempat tinggal menurut Depkes adalah lokasi rumah sesorang yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan Depkes, 2008. Untuk menentukan suatu kelurahan termasuk daerah perkotaan atau pedesaan, digunakan suatu indikator komposit indikator gabungan yang skor atau nilainya didasarkan pada tiga variabel