anakremaja  terlindungi  dari  bahaya  atau  risiko-risiko  kesehatan reproduksi Djajaluddin dan Saefuddin, 2004.
Orang  tua  perlu  dibekali  pemahaman  KRR  yang  benar, sebagai berikut Djajaluddin dan Saefuddin, 2004:
a.  Proses  tumbuh  kembang  yang  dialami  remaja,  baik  secara fisik, psikologis, maupun emosi,
b.  Organ-organ reproduksi beserta fungsinya c.  Pacaran dan pergaulan yang bertanggungjawab
d.  Akibat  dari  hubungan  seks  yang  tidak  aman  KTD,  aborsi, IMS, HIVAIDS
e.  Bagaimana membekali anak dengan keterampilan hidup yang bisa melindungi mereka dari risiko kesehatan reproduksi
f.  Bagaimana berkomunikasi dengan anak Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rasmiani  dkk
di  SMAN  Mandai  Maros  tahun  2014,  diketahui  ada  hubungan antara peran orang tua dengan perilaku seksual remaja  Rasmiani
et  al.,  2014.  Demikian  pula  hasil  penelitian  Puspita  dkk  di Jeneponto  Puspita  et  al.,  2012.  Sementara  studi  yang  dilakukan
oleh  Lestari,  Fibriana  dan  Prameswari  pada  mahasiswa Universitas  Negeri  Semarang,  menunjukkan  behwa  peran  orang
tua  tidak  berhubungan  dengan  perilaku  seksual  Lestari  et  al., 2014.
2.4.6.2. Peran sekolah
Untuk  mencegah  perilaku  seksual  remaja  yang  tidak terkendali  dan  berisiko  menimbulkan  masalah  kesehatan
reproduksi  pada  remaja  perlu  adanya  suatu  cara  penyampaian informasi  tentang  bahaya-bahaya  dari  sebuah  dampak  pergaulan
bebas.  Untuk  mendapatkan  informasi  tersebut  peran  sekolah  dan keluarga  sangatlah  penting  dibutuhkan  untuk  pemberian
informasi.  Dari  sekolah  misal  bisa  melalui  peran  Bimbingan Konseling  BK  atau  melalui  Usaha  Kesehatan  Sekolah  UKS.
Sayangnya,  pada  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Sabon menunjukkan  bahwa  variabel  sekolah  sebagai  sumber  informasi
tidak  berhubungan  secara  signifikan  dengan  perilaku  seksual Sabon, 2003.
2.4.6.3. Paparan media
Penyebaran  media  informasi  tentang  masalah  sekual melalui  media  cetak  atau  elektronik  yang  menyuguhkan  gambar
porno,  film  porno,  dan  semua  hal  yang  berbau  pornografi,  dapat menyebabkan  perilaku  seksual  pada  remaja  semakin  meningkat
Harmoko, 2007. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Lestari, Fibriana  dan  Prameswari  pada  mahasiswa  Universitas  Negeri
Semarang,  diketahui  behwa  keterpaparan  media  pornografi berhubungan  dengan  perilaku  seksual  Lestari  et  al.,  2014.
Namun  hasil  studi  pada  siswa  kelas  III  SMUN  9  Cirebon
diketahui  tidak  ada  hubungan  sumber  informasi  kesehatan
reproduksi dengan perilaku seksual Juleha, 2007. 2.4.7
Pengaruh teman sebaya
Teman  sebaya  adalah  sekelompok  remaja  yang  nilainya  dianut  oleh remaja  lain  Rice,  2005.  Sanrtock  2005  menyatakan  teman  sebaya
berfungsi  sebagai  tempat  bagi  remaja  berbagi  dan  sering  perubahan perilaku  remaja  disebabkan  transfer  perilaku  sesame  teman  sebaya.
Teman  sebaya  sebagai  kelompok  kelompok  acuan  untuk  berhubungan dengan lingkungan social, dimana remaja menyerap norma dan nilai-nilai
yang  akhirnya  menjadi  standar  nilai  yang  mempengaruhi  pribadi  remaja Santrock, 2005.
Menurut  Jones  dan  Furman  2010,  berkeinginan  untuk  memiliki teman  sebaya  atau  kelompok  merulakan  bagian  dari  proses  tumbuh
kembang  yang  dialami  remaja.  Teman  sebaya  adalah  remaja  dengan tingkat  usia  atau  tingkat  kedewasaan  yang  sama.  Teman  sebaya
merupakan individu atau kelompok satuan fungsi yang berpengaruh pada remaja. Kelompok remaja memiliki ciri yang khas dalam orientasi, nilai-
nilai,  norma,  dan  kesepakatan  yang  secara  khusus  hanya  berlaku  dalam kelompok tersebut StanhopedanLancaster, 2004.
2.4.8 Perilaku Pacaran
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasai,  ditanggung  KBBI,  2005.  Pengalaman  dapat  diartikan  juga
sebagai  memori  episodic,  yaitu  memori  yang  menerima  dan  menyimpan