tingkat nasional. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber informasi  terkait  perilaku  seksual  remaja  pria  dan  faktor-faktor
yang berhubungan dengannya. 1.1.6.  Manfaat  bagi  institusi  Pedidikan  baik  dasar  maupun  tinggi,  serta
Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi  terkait  keadaan  remaja  saat  ini,  khususnya  terkait perilaku  seskualnya  dan  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  agar
dapat menentukan sikap dan membuat kebijakan terkait pembinaan remaja yang menjadi tanggungjawab masing-masing pihak.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian  Analisis  Data  dilaksanakan  pada  bulan  Desember  2015 –
Januari  2016  dengan  target  seluruh  propinsi  di  Indonesia  menggunakan data  sekunder  SDKI  tahun  2012.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap peran sekolah sebagai penyedia informasi  kesehatan  reproduksi  dan  pengaruh  teman  sebaya  dengan
perilaku  seksual  remaja  pria  di  Indonesia.  Survei  ini  dilakukan  dengan metode  penelitian  cross  sectional  potong  lintang  dengan  analisis  univat
dan bivariat menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 9160 remaja pria dari seluruh Indonesia.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Tinjauan  pustaka  ini  akan  membahas  hal-hal  yang  berkaitan  dengan perilaku  seksual  remaja  pria  di  Indonesia  dan  faktor-faktor  yang
mempengaruhinya.  Berdasarkan  penelitian  terdahulu,  diketahui  faktor yang berhubungan dengan perilaku sekual remaja pria di Indonesia antara
lain  karakteristik  individu  seperti  usia,  tempat  tinggal,  dan  tingkat pendidikan;  predisposing  factor  seperti  pengetahuan  seputar  kesehatan
reproduksi,  sikap  terhadap  perilaku  seksual  dan  dampak  yang mengikutinya;  reinforcing  factor  seperti  pengaruh  teman  sebaya;  serta
enabeling  factor  seperti  paparan  informasi  terkait  perilaku  seksual, dampak dan cara menghindarinya.
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi
Dari  segi  biologis,  perilaku  adalah  suatu  kegiatan  aktivitas organisme makhluk hidup. Perilaku merupakan semua respon yang
dapat  diamati  terhadap  stimulus  atau  sebuah  aksi  yang  memiliki frekuensi, durasi dan tujuan yang spesifik, baik yang disadari maupun
yang  tidak  disadari  GreendanKreuter,  2000.  Skiner  1938,  seorang ahli  psikologi  merumuskan  bahwa  perilaku  merupakan  respons  atau
reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar.
Dalam  Teori  perilaku  Max  Waber,  Perilaku  memiliki  makna subjektif.  Karena  setiap  perilaku  didorong  oleh  keinginan  atau
motivasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Artinya setelah adanya stimulus  yang  diterima  oleh  individu,  maka  stimulus  itu  melalui
proses  dalam  diri  individu  tersebut  seperti  adanya  pengalaman terdahulu,  persepsi,  pemahaman  ataupun  penafsiran  individu  yang
kemudian  menghasilkan  perilaku.  Dengan  demikian  perilaku  yang dimaksud adalah perbuatan manusia  yang berarti bagi si pelaku, baik
perbuatan  yang  terlihat  maupun  tidak  terlihat  seperti  perenungan, perencanaan, atau pengambilan keputusan.
Berbeda  dengan  Teori  Weber,  Talcot  Parson  mengatakan  bahwa tindakan  manusia  tidak  mutlak  ditentukan  oleh  individu.  Menurut
Parson  peran  individu  tersebut  sewaktu-waktu  akan  atau  bisa  lenyap di  balik  peran-peran  yang  dilambagakan  melalui  struktur  sosial  dan
pola-pola  prilaku.  Itu  artinya  menurut  Parson,  di  samping  otoritas individu  manusia  bertindak  sesuai  dengan  peran  apa  yang  ditentukan
dan  ditetapkan  oleh  kebudayaan  setempat  bagi  pelaku.  Perilaku  bisa saja  menjadi  positif  menguntungkan  dan  bisa  juga  menjadi  negatif
merugikan.
2.1.2 Bentuk Perilaku
Perilaku  dibagi  menjadi  2  kelompok,  yaitu  perilaku tertutupterselubung dan perilaku terbukanyata Gunarsa, 1991.