ndividu  terus  berorientasi  heteroseksual  secara  ketat  setelah pengalaman demikian.
e.  Remaja  yang  kemudian  mengenali  preferensi  mereka  sebagai homoseksual  yang  jelas  akan  merasa  kebingungan  sehingga
membutuhkan  banyak  dukungan  dari  berbagai  sumber Bimbingan  Konselor,  penasihat  spiritual,  keluarga,  maupun
profesional kesehatan mental
2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja
2.4.1 Umur
Menurut  Depkes  2008  umur  adalah  masa  hidup  responden  dalam tahun  dengan  pembulatan  ke  bawah  atau  umur  pada  waktu  ulang  tahun
terakhir Depkes, 2008. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Musthofa dan  Winarti  pada  mahasiswa  di  Pekalongan,  diketahui  bahwa  terhapat
hubungan  yang  signifikan  antara  umur  dengan  perilaku  seksual MusthofadanWinarti,  2010.  Hasil  penelitian  Sabon  2003  juga
menunjukkan  adanya  hubungan  antara  umur  dengan  perilaku  berisiko HIVAIDS  perilaku  seksual  berdasarkan  SKRRI  2002-2003  Sabon,
2003.  Demikian  pula  temuan  Nursal  pada  tahun  2007  remaja  yang mengalami  usia  pubertas  dini  mempunyai  peluang  berperilaku  seksual
berisiko  berat  4,65  kali  dibanding  responden  dengan  usia  pubertas  normal 95CI=1,99-10,85 Nursal, 2007.
Namun  berdasarkan  studi  yang  dilakukan  Juleha  pada  tahun  yang sama,  diketahui  bahwa  tidak  ada  hubungan  umur  dengan  perilaku  seksual
Juleha,  2007.  Begitu  pula  hasil  temuan  pada  SMK  kesehatan  di Kabupaten  Bogor  tahun  2011  Sekarrini,  2012.  Pada  remaja  di  Pasir
Gunung  Selatan,  Depok  tahun  2012  Dewi,  2012,  diketahui  tidak  ada hubungan antara usia pertama pacaran dengan perilaku seksual.
2.4.2 Tempat tinggal
Tempat  tinggal  menurut  Depkes  adalah  lokasi  rumah  sesorang  yang dibedakan  menjadi  perkotaan  dan  pedesaan  Depkes,  2008.  Untuk
menentukan  suatu  kelurahan  termasuk  daerah  perkotaan  atau  pedesaan, digunakan  suatu  indikator  komposit  indikator  gabungan  yang  skor  atau
nilainya  didasarkan  pada  tiga  variabel  yaitu:  kepadatan  penduduk, presentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum BPS, 2007.
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Voeten,  Egasah,  dan Hebbema  di  Provinsi  Nyanza,  Kenya  diketahui  bahwa  perilaku  seksual
wanita  di  pedesaan  lebih  berisiko  dibandingkan  di  perkotaan.  Sedangkan untuk  pria,  perilaku  seksual  sama  tinggi  untuk  daerah  pedesaan  dan
perkotaan  Voeten  et  al.,  2004.  Hasil  yang  serupa  didaatkan  oleh  Pratiwi dan  Basuki  yakni  terdapat  hubungan  yang  bermakna  secara  signifikan
antara  tempat  tinggal  dengan  perilaku  seks  tidak  aman  dengan  p  =  0,000 pada  alfa  0,05  yang  berarti  remaja  yang  tinggal  di  desa  lebih  berisiko
berperilaku  seksual  tidak  aman  dibandingkan  remaja  yang  tinggal  di  kota PratiwidanBasuki,  2011.  Hasil  riset  Sabon  menunjukkan  bahwa  terdapat
hubungan  yang  signifikan    antara  tempat  tinggal  dengan  perilaku  berisiko HIVAIDS  perilaku  seksual  berdasarkan  SKRRI  2002-2003,  dimana