Perumusan Masalah Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Jeruk Siam di Kabupaten Garut (Studi Kasus : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat)

36 Tabel 2. Perkembangan Produksi, Ekspor, dan Impor Jeruk Siam di Indonesia Tahun 2007-2010 Tahun Produksi Ton Ekspor Ton Impor Ton 2007 2.551.635 - - 2008 2.391.011 2,08 20.359,7 1 2009 2.025.840 9,79 31.859,5 2 2010 1.939.727 - - Sumber : 1 per Mei 2008 2 per Januari 2009 Badan Pusat Statistika, 2009 c,d Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa neraca ekspor impor jeruk siam di Indonesia negatif, hal ini menunjukkan jumlah impor yang lebih besar dari pada ekspor. Tingginya angka impor ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani jeruk siam karena akan terjadi persaingan dengan produk-produk jeruk siam impor. Selain itu dikhawatirkan juga bahwa produk impor bisa menguasai pasar jeruk di Indonesia, sehingga akan mengancam produksi jeruk siam di Indonesia dan petani sebagai produsen jeruk siam akan merasakan dampak yang hebat akibat adanya impor ini. Hal ini dapat menjadi peluang bagi Kabupaten Garut sebagai salah satu sentra produksi jeruk siam di Jawa Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk memenuhi dan mensubstitusi jeruk impor tersebut. Pada era perdagangan bebas saat ini produsen jeruk siam di dalam negeri dituntut untuk meningkatkan daya saing produk jeruk siamnya agar mampu bertahan menghadapi persaingan dengan jeruk siam impor lainnya. Meskipun angka impor jeruk di Indonesia besar, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia menjadi negara pengekspor jeruk.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi jeruk siam yang berada di propinsi Jawa Barat. Jumlah produksi jeruk siam Kabupaten Garut pada tahun 2010 sebesar 9.180,4 ton atau 38,68 persen dari total produksi jeruk keprok Jawa Barat sebesar 23.732 ton. Tanaman jeruk telah diproduksi sejak lama di 37 Kabupaten Garut, sebelum tahun 1964 Kabupaten Garut merupakan sentra produksi jeruk terbesar di Jawa Barat dan sejak itu pula Garut merupakan daerah endemis CVPD Citrus Vein Phloem Degeneration yang mengakibatkan produksi jeruk dari tahun ke tahun terus menurun. Berdasarkan data pada tahun 1987 populasi jeruk di Kabupaten Garut tercatat sebanyak 1.300.000 pohon dengan areal seluas 2.600 ha, namun akibat adanya serangan CVPD Citrus Vein Phloem Degeneration dalam kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan yang sangat tajam, tercatat pada tahun 1992 populasinya hanya tinggal 52.000 pohon. Pemerintah menerapkan kebijakan penanaman kembali tanaman jeruk dengan target 1.000.000 pohon pada tahun 2014. Berikut perkembangan produksi tanaman jeruk siam di Kabupaten Garut. Tabel 3. Perkembangan Produksi, Jumlah Tanaman dan Tanaman yang menghasilkan Jeruk Siam di Kabupaten Garut Tahun 2006-2010 Tahun Jumlah Tanaman Pohon Tanaman yang Menghasilkan Pohon Produksi Kw 2006 - 162.374 81.190 2007 - 191.201 96.170 2008 - 215.555 109.729 2009 621.453 208.305 107.581 2010 662.593 200.922 91.804 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2010 Berdasarkan Tabel 3 mengenai perkembangan produksi dapat diketahui bahwa jumlah tanaman yang menghasilkan dan jumlah produksi jeruk siam di Kabupaten Garut mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Tercatat peningkatan jumlah tanaman yang menghasilkan dari tahun 2006 hingga 2008 meningkat sebesar 32,75 persen menjadi 215.555 pohon tanaman yang menghasilkan. Meningkatnya jumlah tanaman yang menghasilkan diikuti pula dengan meningkatnya jumlah produksi jeruk siam dari tahun 2006 hingga tahun 2008 yaitu sebesar 35,15 persen. Namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 produksi jeruk siam mengalami penurunan. Hal ini disebabkan penurunan jumlah 38 tanaman yang menghasilkan sebesar 7,28 persen yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah produksi sebesar 19,52 persen, yakni menjadi 91.804 kw. Kecamatan Samarang merupakan salah satu sentra produksi dan penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Garut. Pada tahun 2010 produksi jeruk siam di Kecamatan Samarang adalah sebesar 3.314 ton. Tercatat peningkatan jumlah tanaman jeruk siam dari tahun 2006 hingga 2010 meningkat menjadi 148.977 pohon. Sedangkan tanaman yang menghasilkan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 35.096 pohon dan meningkat hingga tahun 2010 sebesar 87,17 persen menjadi 65.689 pohon tanaman yang menghasilkan. Meningkatnya jumlah tanaman yang menghasilkan diikuti pula dengan meningkatnya jumlah produksi jeruk siam dari tahun 2007 hingga tahun 2009 yaitu sebesar 90,02 persen menjadi 33.502 kw. Namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 produksi jeruk siam mengalami penurunan sebesar 1,08 persen menjadi 33.140 kw. Berikut perkembangan produksi jeruk siam di Kecamatan Samarang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi, Jumlah Tanaman dan Tanaman yang menghasilkan Jeruk Siam di Kecamatan Samarang Tahun 2006-2010 Tahun Jumlah Tanaman Pohon Tanaman yang Menghasilkan Pohon Produksi Kw 2006 65.747 47.797 23.990 2007 86.047 35.096 17.630 2008 124.247 63.742 33.350 2009 134.797 - 33.502 2010 148.977 65.689 33.140 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2010 Pemerintah memiliki peran yang strategis dalam rangka mengembangkan pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah demi memajukan pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut, seperti bantuan input, pembimbingan, dan penyuluhan. Kebijakan tersebut akan berpengaruh terhadapa input maupun output pengusahaan komoditas jeruk siam di Kabupaten Garut. Daya saing komoditas jeruk siam akan meningkat jika 39 kebijakan yang ada mengakibatkan biaya input menurun dan menambah nilai guna output. Begitu juga sebaliknya, apabila kebijakan pemerintah yang berlaku mengakibatkan biaya input naik dan menurunkan nilai guna output, maka akan menurunkan daya saing. Pemerintah Kabupaten Garut secara tidak langsung menganjurkan bagi produsen jeruk siam untuk menggunakan bibit jeruk siam yang berasal dari penangkar dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas dan daya tahan terhadap penyakit. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa petani jeruk siam yang menggunakan bibit dengan batang bawah hasil tebasan tanaman jeruk siam yang tidak produktif lagi. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan teknologi dalam bentuk penggunaan bibit pada pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut. Teknologi modern dimana pengusahaan jeruk siam menggunakan bibit penangkaran dan teknologi tradisional dimana pengusahaan jeruk siam menggunakan bibit batang bawah sendiri. Maka menjadi pertanyaan jenis teknologi pengusahaan jeruk siam mana yang unggul secara komparatif dan kompetitif. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa potensi jeruk siam perlu mendapatkan perhatian serius dalam upaya pengusahaanya. Oleh karena itulah dalam rangka pengembangan jeruk siam di Kabupaten Garut, maka diperlukan suatu penelitian mengenai daya saing sekaligus dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan jeruk siam di Kabupaten Garut, sehingga peranannya dalam perekonomian nasional dapat diandalkan. Maka masalah yang akan dikaji sehubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh teknologi terhadap keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam di Kabupaten Garut? 2. Bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing pengusahaan Jeruk Siam di Kabupaten Garut? 3. Bagaimana keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Jeruk Siam apabila terdapat perubahan nilai tukar rupiah, harga jeruk siam domestik dan kenaikan harga pupuk di Kabupaten Garut? 40

1.3. Tujuan Penelitian