Dampak Kebijakan Input Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Jeruk

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO dari pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern dan tradisional adalah kurang dari satu, yakni sama-sama 0,93. Sedangkan nilai Transfer Output TO pada pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern dan tradisional adalah negatif, yakni masing-masing sebesar Rp -20.071.336,27 dan Rp -17.053.633,76. Nilai NPCO yang kurang dari satu dan nilai Transfer Output yang negatif, mengindikasikan bahwa harga domestik jeruk siam Rp 5000,00 per kilogram lebih rendah daripada harga dunia Rp 5.380,36 per kilogram, yang artinya tidak adanya kebijakan pemerintah mengenai proteksi harga komoditas jeruk siam. Hal ini menimbulkan terjadinya transfer intensif dari produsen ke konsumen, dimana masyarakat atau konsumen membeli dengan harga yang lebih murah dari harga yang seharusnya dibayarkan dan produsen menerima harga yang lebih kecil dari harga yang seharusnya diterima. Pada lokasi penelitian tidak ada kebijakan output yang diberlakukan pemerintah terhadap komoditas jeruk siam. Hal ini menjadi lumrah karena komoditas jeruk siam bukanlah komoditas pangan utama seperti beras atau gula. Namun, yang menjadi salah satu pendorong rendahnya harga jeruk siam di tingkat petani adalah kualitas buah jeruk siam yang rendah. Hal ini disebabkan selain karena tidak adanya bargaining position petani akibat menjual secara individual, juga karena petani menjual berdasarkan tingkat harga yang ditetapkan tengkulak, bukan karena kematangan buah yang siap panen. Sehingga buah yang belum siap panen atau yang memiliki kualitas kurang bagus terpaksa dipanen untuk memenuhi kuota yang telah dipesan oleh para tengkulak

6.2.2. Dampak Kebijakan Input

Kebijakan pemerintah terhadap input produksi dapat dilihat dari nilai Transfer Input TI, Transfer Faktor TF, dan Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI. Data mengenai besarnya Transfer Input TI, Transfer Faktor TF, dan Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Transfer Input TI, Transfer Faktor TF, dan Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI di Kecamatan Samarang No. Uraian NPCI Transfer Input RpHa Transfer Faktor RpHa 1 Teknologi Modern Bibit Penangkaran 0,99 -308.318,54 14.288.377,43 2 Teknologi Tradisional Bibit Batang Bawah 0,99 -333.939,60 -2.390.243,23 Nilai Transfer Input merupakan selisih antara biaya input tradable pada harga privat dengan biaya input tradable pada harga bayangan sosial. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai Transfer Input dari kedua jenis pengusahaan jeruk siam tersebut negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat subsidi terhadap input tradable, sehingga petani responden jeruk siam di lokasi penelitian menerima harga lebih rendah dari harga yang seharusnya harga sosial. Hal ini menyebabkan transfer dari pemerintah kepada produsen jeruk siam. Beberapa bentuk kebijakan tersebut adalah kebijakan subsidi dan penetapan Harga Eceran Tertinggi HET untuk pupuk anorganik seperti Urea, SP-36 dan ZA berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 32PermentanSR.13042010 dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 356KMK.062003. Indikator yang mendukung adanya subsidi dari pemerintah adalah nilai Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI. Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI merupakan rasio antara biaya input tradable yang dihitung berdasarkan harga privat dengan biaya input tradable yang dihitung dengan harga bayangan sosial. Pada Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai NPCI dari kedua jenis pengusahaan jeruk siam memiliki nilai lebih kecil dari satu. Hal ini mengindikasikan harga domestik lebih rendah dari harga dunia, sehingga dapat dikatakan adanya kebijakan subsidi dari pemerintah, sesuai dengan pemaparan sebelumnya. Transfer Faktor merupakan selisih antara biaya faktor domestik yang dihitung pada harga privat dengan biaya faktor domestik yang dihitung pada harga bayangan sosial. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketauhi bahwa nilai TF pada pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat implisit pajak atau transfer dari petani responden pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern kepada produsen faktor domestik, sehingga petani responden harus membayar lebih mahal dari harga bayanganya sosial. Bentuk kebijakan yang menyebabkan timbulnya implisit pajak tersebut antara lain Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan Pajak Pertambahan Nilai PPN atas pestisida. Pada pengusahaan jeruk siam dengan teknologi tradisional menunjukkan nilai Transfer Faktor bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat implisit subsidi atau transfer dari produsen faktor domestik kepada petani responden karena petani responden menerima harga input faktor domestik yang lebih murah dari harga sosialnya. Salah satu yang menyebabkan murahnya harga faktor domestik ini adalah karena adanya bantuan hewan ternak dari pemerintah, yang tujuannya adalah agar para petani tidak membeli atau memperoleh pupuk organik yang lebih murah. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja pada pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern.

6.2.3. Dampak Kebijakan Input-Output