tukar rupiah. Nilai DRC yang meningkat ini mengindikasikan bahwa dengan adanya apresiasi menyebabkan penurunan keunggulan komparatif pada kedua
pengusahaan jeruk siam tersebut. Tabel 23 menunjukkan bahwa besarnya penurunan Keuntungan Sosial
SP yang dialami petani responden pengusahaan jeruk siam teknologi modern relatif lebih besar dibandingkan penurunan pada petani responden pengusahaan
jeruk siam teknologi tradisional. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan jeruk siam dengan bibit penangkaran teknologi modern mampu meningkatkan
jumlah produksi jeruk siam yang dihasilkan, sehingga ketika harga sosial jeruk siam mengalami penurunan maka besarnya penerimaan pada harga sosial yang
diperoleh juga mengalami penurunan yang lebih tinggi.
7.1.2. Pengaruh Perubahan Harga Jeruk Siam Domestik
Sifat jeruk siam yang tidak dapat dipanen sepanjang tahun, menyebabkan jeruk siam tergolong menjadi buah musiman. Hal ini menyebabkan
berfluktuasinya harga yang terjadi pada komoditas jeruk siam di dalam negeri domestik. Oleh karena itu, untuk mempelajari mengenai pengaruh perubahan
harga jeruk siam pada tingkat domestik, maka analisis dihitung dengan meningkatkan dan menurunkan harga jeruk siam sebesar 10 persen.
Dampak peningkatan harga jeruk siam domestik sebesar 10 persen, ceteris paribus,
pada daya saing komoditas jeruk siam dapat dilihat dari besarnya perubahan yang terjadi pada Keuntungan Privat PP dan Keuntungan Sosial SP
pada Tabel 24.
Tabel 24.
Perubahan Indikator Keuntungan Privat Dan Keuntungan Sosial Bila Harga Jeruk Siam Domestik Meningkat Sebesar 10 Persen, Ceteris
Paribus
Uraian Perubahan Keuntungan
Privat Rp Perubahan
Keuntungan Sosial Rp
Teknologi Modern
Bibit Penangkaran
26.384.411,21 0,00
Teknologi Tradisional
Bibit Batang Bawah Sendiri
22.417.545,10 0,00
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa meningkatnya harga jeruk siam domestik sebesar 10 persen, ceteris paribus, tidak menyebabkan perubahan
pada nilai Keuntungan Sosial SP melainkan terjadi perubahan positif atau meningkatkan nilai Keuntungan Privat PP. Hal ini terjadi karena dengan
meningkatnya harga jeruk siam domestik menyebabkan penerimaan yang diterima petani secara finansial privat mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan
tanpa diikuti dengan peningkatan biaya produksi menyebabkan peningkatan pada keuntungan privatnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya
harga jeruk siam domestik sebesar 10 persen, ceteris paribus tidak mempengaruhi keunggulan komparatif komoditas jeruk siam tersebut, melainkan menyebabkan
peningkatan pada keunggulan kompetitifnya. Peningkatan pada keunggulan kompetitif ini juga didukung oleh nilai PCR Tabel 21 pada kedua pengusahaan
jeruk siam tersebut, dimana sama-sama menurun dari nilai PCR sebelum adanya perubahan harga jeruk siam domestik. Nilai PCR yang menurun ini
mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya harga jeruk siam domestik menyebabkan peningkatan keunggulan kompetitif pada kedua pengusahaan jeruk
siam tersebut. Tabel 24 menunjukkan bahwa besarnya peningkatan Keuntungan Privat
yang dialami petani responden pengusahaan jeruk siam teknologi modern relatif lebih besar dibandingkan peningkatan pada petani responden pengusahaan jeruk
siam teknologi tradisional. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern mampu meningkatkan jumlah produksi jeruk siam
yang dihasilkan, sehingga ketika harga privat jeruk siam mengalami peningkatan maka besarnya penerimaan dan keuntungan privat yang diperoleh mengalami
peningkatan. Sedangkan dampak penurunan harga jeruk siam domestik sebesar 10
persen, ceteris paribus, pada daya saing komoditas jeruk siam dapat dilihat dari besarnya perubahan yang terjadi pada Keuntungan Privat PP dan Keuntungan
Sosial SP pada Tabel 25.
Tabel 25.
Perubahan Indikator Keuntungan Privat Dan Keuntungan Sosial Bila Harga Jeruk Siam Domestik Menurun Sebesar 10 Persen, Ceteris
Paribus
Uraian Perubahan Keuntungan
Privat Rp Perubahan
Keuntungan Sosial Rp
Teknologi Modern
Bibit Penangkaran
-26.384.411,21 0,00
Teknologi Tradisional
Bibit Batang Bawah Sendiri
-22.417.545,10 0,00
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa menurunnya harga jeruk siam domestik sebesar 10 persen, ceteris paribus, tidak menyebabkan perubahan
pada nilai Keuntungan Sosial SP melainkan terjadi perubahan negatif atau mengurangi nilai Keuntungan Privat PP. Hal ini terjadi karena dengan
menurunnya harga jeruk siam domestik menyebabkan penerimaan yang diterima petani secara finansial privat mengalami penurunan. Penurunan penerimaan
tanpa diikuti dengan penurunan biaya produksi menyebabkan penurunan pada keuntungan privatnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dengan menurunnya
harga jeruk siam domestik sebesar 10 persen, ceteris paribus tidak mempengaruhi keunggulan komparatif komoditas jeruk siam tersebut, melainkan menyebabkan
penurunan pada keunggulan kompetitifnya. Penurunan pada keunggulan kompetitif ini juga didukung oleh nilai PCR Tabel 21 pada kedua pengusahaan
jeruk siam tersebut, dimana sama-sama meningkat dari nilai PCR sebelum adanya perubahan harga jeruk siam domestik. Nilai PCR yang meningkat ini
mengindikasikan bahwa dengan menurunnya harga jeruk siam domestik menyebabkan penurunan keunggulan kompetitif pada kedua pengusahaan jeruk
siam tersebut. Tabel 25 menunjukkan bahwa besarnya penurunan Keuntungan Privat
PP yang dialami petani responden pengusahaan jeruk siam teknologi modern relatif lebih besar dibandingkan peningkatan pada petani responden pengusahaan
jeruk siam teknologi tradisional. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan jeruk siam dengan teknologi modern mampu meningkatkan jumlah produksi jeruk
siam yang dihasilkan, sehingga ketika harga privat jeruk siam mengalami
penurunan maka besarnya penerimaan dan keuntungan privat yang diperoleh mengalami penurunan yang besar.
7.1.3. Pengaruh Kenaikan Harga Pupuk