Daya Saing Komoditas Jeruk Siam 3 Dampak Kebijakan Pemerintah 1

Keterangan : A : Penerimaan Privat G : Biaya Input Non Tradable Sosial B : Biaya Input Tradable Privat H : Keuntungan Sosial C : Biaya Input Non Tradable Privat I : Transfer Output D : Keuntungan Privat J : Transfer Input Tradable E : Penerimaan Sosial K : Transfer Faktor F : Biaya Input Tradable Sosial L : Transfer Bersih Matriks PAM juga memiliki empat kolom. Kolom pertama matriks PAM merupakan kolom penerimaan, kolom kedua merupakan kolom biaya input asing tradable. Kolom ketiga merupakan kolom biaya input domestik non tradable dan kolom keempat merupakan kolom keuntungan selisih antara penerimaan dengan biaya.

4.7.1. Daya Saing Komoditas Jeruk Siam 3

Keunggulan Kompetitif a Keuntungan Privat PP PP = D = A - B - C Secara finansial kegiatan usahatani akan layak untuk diteruskan, jika keuntungan privat lebih besar atau sama dengan nol, sebaliknya bila kurang dari nol maka usahatani tersebut rugi. b Rasio Biaya Privat PCR PCR Jika PCR memiliki nilai lebih kecil dari satu, maka suatu komoditas akan memiliki keunggulan kompetitif, yang berarti untuk meningkatkan nilai tambah sebesar satu satuan diperlukan tambahan biaya faktor domestik yang dikeluarkan lebih kecil dari satu satuan. 4 Keunggulan Komparatif a Keuntungan Sosial PS PS = H = E - F - G Secara ekonomi pengusahaan suatu komoditas layak untuk diteruskan, jika nilai keuntungan sosial lebih dari satu atau sama dengan nol dan jika nilainya kurang dari nol maka kegiatan usahatani tersebut tidak layak untuk diteruskan karena dapat menimbulkan kerugian. b Keunggulan Komparatif DRC DRC Jika DRC memiliki nilai lebih kecil dari satu, maka suatu pengusahaan komoditas tertentu akan memiliki keunggulan komparatif, yang berarti pengusahaan komoditas tersebut memiliki efisiensi secara ekonomi.

4.7.2. Dampak Kebijakan Pemerintah 1

Kebijakan Output c Transfer Output TO TO = I = A - E Transfer Output menunjukkan kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output yang menyebabkan harga output privat dan sosial berbeda. Nilai Transfer Output menunjukkan besarnya intensif masyarakat terhadap produsen. Nilai transfer Output yang positif berarti masyarakat harus membeli dengan harga yang lebih mahal dari harga yang seharusnya dibayarkan dan produsen menerima harga yang lebih besar dari harga yang seharusnya diterima. d Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO NPCO Koefisien Proteksi Output Nominal digunakan untuk mengukur dampak kebijakan pemerintah yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai output yang diukur dengan harga privat dan sosial. Apabila nilai NPCO lebih kecil dari satu maka menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang menghambat ekspor output yang berupa pajak. 2 Kebijakan Input d Transfer Input TI TI = J = B - F Nilai Transfer Input yang positif menunjukkan kebijakan pemerintah pada input tradable menyebabkan keuntungan yang diterima lebih besar dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Nilai TI negative menunjukkan kebijakan pemerintah keuntungan yang diterima secara finansial lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan. e Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI NPCI = Nilai Koefisien Proteksi Input Nominal lebih dari satu menunjukkan adanya proteksi terhadap produsen input, sementara sector yang menggunakan input tersebut akan dirugikan dengan tingginya biaya produksi. Jika nilai NPCI lebih kecil dari satu menunjukkan adanya hambatan ekspor input, sehingga produksi menggunakan input lokal. f Transfer Faktor TF TF = K = C - G Nilai Transfer Faktor menunjukkan besarnya subsidi terhadap input non tradable, dimana jika nilai TF positif maka terdapat subsidi negative atau pajak pada input non tradable, sedangkan jika TF memiliki nilai negative maka terdapat subsidi positif pada input non tradable. 3 Kebijakan Input – Output 5 Koefisien Proteksi Efektif EPC EPC = Nilai Koefisien Proteksi Efektif menunjukkan arah kebijakan pemerintah apakah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik secara efektif. Nilai EPC lebih beasr dari satu menunjukkan tingginya proteksi pemerintah dalam system produksi suatu komoditas, sedangkan jika nilai EPC kurang dari satu menunjukkan proteksi pemerintah terhadap system produksi sangat rendah. 6 Transfer Bersih TB TB = L = D – H Nilai transfer bersih menunjukkan ketidakefisienan dalam system produksi. Jika TB memiliki nilai lebih besar dari nol maka nilai tersebut menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang dilakukan pada input dan output. Nilai TB yang lebih kecil dari nol akan menunjukkan keadaan yang sebaliknya. 7 Koefisien Keuntungan PC PC = Nilai koefisien keuntungan menunjukkan dampak kebijakan pemerintah terhadap keuntungan yang diterima oleh produsen. Jika nilai PC kurang dari satu menunjukkan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil dari pada tanpa adanya kebijakan. Sebaliknya, jika nilai PC lebih dari satu berarti ebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima oleh produsen lebih besar. 8 Rasio Subsidi bagi Produsen SRP SRP = Nilai SRP kurang dari nol menunjukkan kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya imbangan untuk berproduksi. Namun jika nilai SRP lebih dari nol menunjukkan kebijakan pemerintah yang berlaku selam ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produsen lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi.

4.8. Analisis Sensitivitas