Kebijakan Input Kebijakan Pemerintah

55 Gambar 1a merupakan gambar subsidi positif yang ditujukan untuk produsen barang impor. Adanya subsidi positif ini menyebabkan output produksi dalam negeri meningkat, sedangkan jumlah impor akan menurun. Hal ini disebabkan barang yang seharusnya diimpor menjadi diproduksi sendiri di dalam negeri. Pada Gambar 1a output produksi dalam negeri meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 dan jumlah impor menurun dari Q 3 -Q 1 menjadi Q 3 -Q 2, sedangkan konsumsi tetap pada Q 3 . Besarnya subsidi per output sebesar Pp - Pw pada tingkat output Q 2, sehingga transfer total dari pemerintah kepada produsen sebesar Q 2 x Pp - Pw atau PpABPw. Biaya korbanan jika barang yang seharusnya diimpor menjadi diproduksi sendiri di dalam negeri adalah sebesar Q 1 CAQ 2 , sedangkan jika barang tersebut diimpor adalah sebesar Q 1 CBQ 2 . Sehingga efesiensi yang hilang dengan adanya subsidi tersebut adalah sebesar CAB. Gambar 1b menunjukkan subsidi untuk produsen barang ekspor. Adanya subsidi dari pemerintah menyebabkan harga yang diterima produsen lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar dunia. Harga yang tinggi mengakibatkan output produksi dalam negeri dan jumlah ekspor meningkat yakni dari Q 3 ke Q 4 , sedangkan konsumsi menurun dari Q 1 ke Q 2. Tingkat subsidi yang diberikan pemerintah adalah sebesar GABH.

3.1.4.2. Kebijakan Input

Kebijakan pemerintah dapat diterapkan pada input asing Tradable dan input domestik Non Tradable. Kebijakan pada kedua input tersebut dapat berupa subsidi positif maupun subsidi negatif atau pajak, sedangkan kebijakan hambatan perdagangan hanya berlaku pada input asing Tradable karena input domestik Non Tradable hanya diterapkan pada komoditas yang diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. a Kebijakan Input Tradable Kebijakan pada input Tradable dapat berupa subsidi, pajak, dan hambatan perdagangan. Pengaruh subsidi dan pajak pada input Tradable ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini. 56 P P S’ S’ S C S Pw A C Pw A B B D D Q 2 Q 1 Q Q 1 Q 2 Q a S-Pt b S+Pt Gambar 2. Pajak dan Subsidi pada Input Tradable Sumber : Monke and Pearson 1989 Gambar 2a menunjukkan pengaruh pajak terhadap input Tradable yang digunakan. Pajak pada input akan menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga output domestik turun, yakni dari Q 1 menjadi Q 2 dan kurva penawaran supply bergeser ke atas. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah sebesar ABC yang merupakan perbedaan antara nilai output yang hilang yaitu Q 1 CAQ 2 dengan biaya produksi output sebesar Q 2 BCQ 1 . Gambar 2b menunjukkan dampak subsidi pada input Tradable yang digunakan. Adanya subsidi pada input Tradable menyebabkan biaya produksi semakin rendah sehingga produksi meningkat, yakni dari Q 1 menjadi Q 2 dan kurva penawaran bergeser ke bawah S’. Efisiensi yang hilang dari produksi adalah sebesar ABC yaitu perbedaan antara biaya produksi yang betambah setelah menigkatnya output dengan peningkatan nilai output. b Kebijakan Input Non Tradable Kebijakan input Non Tradable dapat berupa kebijakan subsidi positif dan subsidi negatif pajak. Dampak kebijakan subsidi dan pajak pada input Non Tradable dapat dilihat pada gambar 3. 57 P P C S S Pc Pp C Pd B A Pd A B Pp E Pc E D D Q2 Q1 Q Q 1 Q 2 Q a S-Pnt b S+Pnt Keterangan : Pd : Harga domestik sebelum diberlakukan subsidi dan pajak Pc : Harga konsumen setelah diberlakukan subsidi dan pajak Pp : Harga di tingkat produsen setelah diberlakukan subsidi dan pajak Gambar 3. Dampak Subsidi Dan Pajak Pada Input Domestik Sumber: Monke and Pearson 1989 Gambar 3a menunjukkan dampak pajak pada input Non Tradable, dimana sebelum diberlakukannya kebijakan subsidi tingkat harga keseimbangan yang terjadi berada pada Pd dan dengan tingkat output keseimbangan sebesar Q 1 . Pajak sebesar Pd-Pp menyebabkan produk yang dihasilkan turun menjadi Q 2 , begitu juga harga yang diterima produsen turun menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen naik menjadi Pc. Besaran efisiensi ekonomi yang hilang dari produsen yakni sebesar BEA dan dari konsumen yang hilang sebesar BCA. Gambar 3b menunjukkan dampak subsidi pada input Non Tradable, dimana sebelum diberlakukannya kebijakan subsidi tingkat harga keseimbangan yang terjadi berada pada Pd dan dengan tingkat output keseimbangan sebesar Q1. Adanya subsidi ini akan menyebabkan produksi meningkat dari dari Q1 menjadi Q2. Harga yang diterima produsen akan meningkat menjadi Pp sedangkan harga yang diterima oleh konsumen akan turun menjadi Pc. Efisiensi yang hilang dari produsen sebesar ACB dan dari konsumen sebesar ABE.

3.1.5. Teori Policy Analysis Matrix PAM