Artinya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol kurang mampu dalam indicator tersebut.
B. Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata dua kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-t. Pengujian uji-t untuk
mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu: 1.
Uji Prasyarat
Dalam penelitian ini, uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji lilliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Jika
α
0,05, maka terima dan tolak
Jika
α
≤ 0,05, maka maka tolak dan terima
Dari hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok eksperimen dengan menggunakan SPSS lihat lampiran 20, diperoleh harga l
= 0,143 dengan nilai
α
= 0,200. karena nilai signifikansi
α
lebih besar dari 0,05 atau
α
0,05, maka H diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada kelompok
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas pada kelompok kontrol dengan menggunakan
SPSS, diperoleh harga l = 0,184 dengan nilai
α
= 0,062. Karena nilai signifikansi
α
lebih besar dari 0,05 atau
α
0,05, maka H diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman konsep matematika
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok
N Taraf
Signifikan
Α
Kesimpulan
Eksperimen 20
0,05 0,200
H diterima.
Kontrol 21
0,05 0,062
Berdasarkan Tabel 4.5 dari kedua kelas sampel pada penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah kelas eksperimen pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas varians kedua populasi
tersebut dengan menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama
homogen atau berbeda heterogen. dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : σ
1 2
= σ
2 2
Distribusi populasi kedua kelompok mempunyai varians yang sama H
1
: σ
1 2
σ
2 2
Distribusi populasi kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu: Jika
α
0,05, maka terima dan tolak
Jika
α
≤ 0,05, maka maka tolak dan terima
Hasil perhitungan homogenitas kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan SPSS lihat lampiran 21, diperoleh nilai F = 0,230 dengan nilai
α =
0,634. Karena nilai signifikansi
α
lebih besar dari 0,05 atau
α
0,05, maka H diterima. Sehingga dapat ditarik kesimpulan banhwa varians kedua kelompok
homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan uji persyaratan analisis diperoleh kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan keduanya homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yaitu uji-t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model collaborative problem solving lebih tinggi
dibandingkan rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelompok kontrol yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: :
≤ :
Keterangan: : rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelompok
eksperimen. : rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh dengan α = 0,003 untuk 2 arah atau α = 0,0015 untuk 1 arah lihat lampiran
22. Karena α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan diterima.
Berikut sketsa kurvanya
Gambar 4.5 Kurva Uji Kritis dengan t
Dari Gambar 4.5 menunjukkan bahwa tidak berada pada daerah
penerimaan , sehingga dapat disimpulkan
ditolak dan diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
3,122 = 0,05
kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model collaborative problem solving lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
C. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model collaborative problem
solving lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional yang diterapkan di sekolah tersebut. Model collaborative problem
solving mendorong siswa untuk mampu menerjemahkan, menafsirkan serta menyimpulkan konsep-konsep matematika dari permasalahan yang diberikan. Jadi
pada pembelajaran ini setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan gagasan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri karena kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa student centered. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, dimana pembelajarannya masih bersifat teacher centered, sehingga siswa tidak
memiliki kesempatan untuk merepresentasikan ide-ide yang ia miliki. Pada penelitian ini, berdasarkan perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model collaborative problem solving
lebih baik daripada pembelajaran dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah. Untuk menerapkan model collaborative problem solving pada kelas
eksperimen, pembelajaran memanfaatkan lembar kerja siswa LKS yang terdiri dari tahap adanya permasalahan, membuat rancangan penyelesaian secara individu,
penyelesaian kelompok dan transfer hasil kerja. Berikut adalah gambaran saat kegiatan inti pembelajaran dengan menggunakan model collaborative problem
solving dikelas eksperimen. Tahapan pertama model pembelajaran collaborative problem solving adalah
siswa diberikan permasalahan heuristik heuristic task. Melalui permasalahan ini, siswa diberi stimulus untuk merepresentasikan ide-ide matematis berkaitan dengan
permasalahan berdasarkan pengetahuan yang ia ketahui. Permasalahan disajikan dalam LKS.
Tahapan kedua, membuat rancangan penyelesaian permasalahan secara individu. Peneliti membagikan LKS kepada setiap siswa untuk diselesaikan sendiri-