Tahapan Pembelajaran Model Collaborative Problem Solving

- Masing-masing siswa secara individu mengidentifikasi permasalahan dan berusaha mencari solusi permasalahan tersebut. - Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi ajar. Selain itu siswa juga mendaftar hal-hal yang belum dimengerti untuk nanti ditanyakan kepada anggota lainnya.  Tahap 3: Penyelesaian masalah secara kelompok - Setelah waktu penyelesaian tugas individu habis, guru menginformasikan pembagian kelompok diskusi. masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. - Setiap kelompok diberi bahan diskusi berupa lembar kerja siswa untuk diselesaikan secara bersama-sama. LKS berisi permasalahan individu dan permasalahan tambahan yang lebih kompleks untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajari. - Di dalam kelompok, setiap siswa saling bertukar informasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara bersama-sama dengan dasar pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa dari permasalahan individu. - Antarsiswa dalam tiap-tiap kelompok saling berkolaborasi untuk mencapai kesepakatan mengenai solusi akhir kelompoknya dari permasalahan yang diberikan. - Guru memberikan informasi tambahan yang diperlukan berkaitan dengan materi ajar jika diminta oleh siswa. Terjadi kolaborasi antara guru dan siswa selama pembelajaran.  Tahap 4: Transfer hasil kerja - Salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain memberikan tanggapan. Terjadi kolaborasi antarkelompok untuk mencapai solusi optimal dari permasalahan. - Guru membimbing jalannya diskusi dan memberikan penjelasan tambahan kepada siswa jika diperlukan. Guru dan siswa berkolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini jarang memotivasi siswa untuk proses pengetahuannya. Pembelajaran konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan didapat secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Guru memberikan penjelasan materi. b. Guru memberikan contoh dan penyelesaiannya. c. Guru melakukan tanya-jawab tentang materi yang meraka pelajari. d. Siswa menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas dari guru. Pada pembelajaran konvensional siswa lebih banyak mendengarkan dan menulis apa yang dicatat guru sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif atau kurang mengembangkan kemampuan- kemampuan yang mereka miliki. Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran ekspositori, sehingga yang diutamakan adalah hasil bukan prosesnya. Metode pembelajaran ekspositori merupakan metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan lebih dahulu, defenisi, prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh – contoh latihan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab sedangkan siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Metode ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama –sama memberikan informasi. 31 Langkah-langkah model pembelajaran ekspositori: 32 1. Kegiatan Awal 31 Tuntaskan Pembelajaran dengan 25 Metode Pengajaran, https:www.academia.edu6703678Tuntaskan_Pembelajaran_dengan_25_Metode_Pengajaran , diakses Sabtu, 4 September 2015, pukul: 10.00. 32 Ibid  Menciptakan suasana pembelajaran yang terbuka  Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif  Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar  Merangsang dan mengunggah rasa ingin tahu siswa 2. Kegiatan Inti  Guru menyampaikan materi pelajaran yang telah dipersiapkan.  Guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari  Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah diajarkan dan mencatat kesimpulan materi tersebut. 3. Kegiatan Akhir  Penilaian  Refleksi : siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah diajarkan.  Pemberian tugas

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Lia Kurniawati yang berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP ”, diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah memiliki skor rata-rata yang lebih besar dalam semua aspek baik pemahaman, penalaran, maupun secara keseluruhan dari pada siswa yang pembelajarannya secara konvensional. 2. Penelitian Rini Musdika dkk yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa ”. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Siswa yang menggunakan model pembelajaran ini memliki nilai rata-rata yang lebih besar daripada siswa yang menggunakan model konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam mengklarifikasi konsep dan mengimplementasikan konsep berdasarkan contoh dan bukan contoh serta siswa dapat mengungkapkan konsep dengan kata-kata sendiri disertai alasannya. Pemahaman konsep matematika merupakan landasan dalam belajar matematika. Oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep matematika maka dalam pembelajaran matematika yang ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep yang baik dan benar. Untuk dapat memahami konsep dengan baik dan benar, para guru metematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi sesuatu yang lebih konkret. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep siswa, salah satunya model pembelajaran yang digunakan guru. Masih banyak guru yang menerapkan model konvensional, dalam prosesnya guru menyampaikan materi dengan ceramah, siswa duduk manis mendengarkan dan mencatat konsep-konsep abstrak yang disampaikan oleh guru tanpa bisa mengkritisi apa arti konsep itu. Saat latihan sebagian besar siswa memang dapat mengerjakan soal-soal yang sejenis dengan yang telah dicontohkan guru. Namun pada saat siswa diberi soal yang membutuhkan pemahaman konsep, mereka mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya. Salah satu cara agar siswa dapat memahami konsep matematika yaitu dengan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa aktif dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami konsep serta dapat menyelesaikan masalah dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki. Guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika, salah satunya adalah model collaborative problem solving. Menurut Hesse 2012 salah satu keunggulan pembelajaran ini adalah siswa dapat melakukan pertukaran pengetahuan atau pendapat untuk mengoptimalkan pemahaman. Jadi pemahaman konsep siswa dapat dioptimalkan dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Kerangka Berpikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis penelitiannya yaitu: “Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model collaborative problem solving lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model konvensional”. Pembelajaran Ekspositori Siswa mendengar dan mencatat konsep- konsep abstrak tanpa bisa mengkritisi Siswa kurang tertarik dan bersikap pasif Kemampuan pemahaman konsep matematika rendah Model Collaborative Problem Solving 1. Adanya permasalahan 2. Merancang penyelesaian masalah secara individu 3. Penyelesaian kelompok 4. Transfer hasil kerja Kemampuan pemahaman konsep matematika Translasi Interpretasi Ekstrapolasi Kemampuan pemahaman konsep matematika lebih tinggi