PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

berkolaborasi untuk mempertimbangkan penyelesaian mana yang paling tepat sebagai jawaban dari permasalahan yang diberikan. Jadi, penyelesaian kelompok merupakan hasil dari proses diskusi yang sebenarnya, tidak hanya sekedar memindahkan jawaban saja. Tahapan terakhir yaitu transfer hasil kerja. Pada tahapan ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, dan kelompok lainnya memberi tanggapan. Peneliti membimbing proses diskusi besar ini dengan memberikan tambahan informasi atau mengoreksi jika ada kekeliruan. Siswa dan guru saling berkolaborasi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Jadi proses pembelajaran collaborative problem solving memang berpusat pada siswa, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mendukung proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan pertama, proses presentasi kelompok ini belum berjalan maksimal. Suasana kelas gaduh, karena sebagian siswa yang tidak mendapat tugas presentasi kurang memperhatikan apa yang dipresentasikan di depan kelas. Jumlah siswa yang memberikan tanggapan selama diskusi kelas ini berlangsung juga hanya sedikit, padahal peneliti sudah berusaha untuk menstimulus siswa agar mengemukakan pendapatnya. Namun sebagian besar dari mereka belum berani mengemukakan gagasan-gagasannya secara terbuka ketika pembelajaran di kelas. Belum lagi alokasi waktu yang terbatas, sehingga ada satu permasalahan pada LKS yang belum terbahas. Penguasaan kelas dan manajemen waktu yang baik merupakan hal penting untuk dapat melaksanakan setiap tahapan dari pembelajaran collaborative problem solving ini dengan maksimal sehingga hasil yang diperoleh juga maksimal. Berbeda dengan pertemuan pertama, pertemuan-pertemuan berikutnya proses transfer hasil kerja berjalan lebih kondusif. Sebagian besar siswa mulai ada keinginan untuk terlibat dalam proses diskusi. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya siswa yang mengemukakan pendapatnya jika memiliki penyelesaian yang berbeda, menyanggah atau memperkuat gagasan yang sudah dikemukakan temannya, serta menanyakan hal yang kurang mereka pahami. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat mulai meningkat, karena pada setiap pertemuannya mereka terus menerus dibiasakan untuk memberikan tanggapan selama proses diskusi khususnya. Peneliti juga berusaha untuk membuat alokasi waktu seefektif mungkin, sehingga semua permasalahan bisa dibahas ketika pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen berlangsung, peneliti menemukan bahwa ketika lingkungan pembelajaran memungkinkan siswa untuk belajar sendiri melalui bahan ajar yang sudah disediakan ternyata sebagian besar dari mereka bisa membangun pengetahuannya sendiri dan bahkan pengetahuan yang mereka peroleh lebih melekat. Melalui pembelajaran collaborative problem solving yang diterapkan peneliti juga berusaha menciptakan lingkungan belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam suatu kelompok kecil dengan beragam kemampuan. Hal ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam bagi siswa. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Per-Indikator Dalam penelitian ini kemampuan pemahaman konsep matematika yang diteliti terdiri atas tiga indikator, yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Indikator 1 : Translasi Indikator translasi pada penelitian ini bukan hanya mengubah kalimat menjadi bentuk bentuk lain gambar, grafik, tabel, diagram dan sebaliknya tetapi juga menggunakan konsep matematika dalam perhitungan sederhana. Soal posttest untuk mengukur indikator tersebut adalah soal nomor 1 dan soal nomor 3. Pertanyaan tersebut yang dapat melihat bagaimana siswa mampu menggunakan konsep yang mereka ketahui dalam perhitungan sederhana. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal nomor 1 : H arga sebuah buku tulis Rp 4.000,-. Uang Anto cukup untuk membeli 5 buku tulis. Tentukan jumlah uang Anto untuk membeli buku tulis tersebut  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.6 Jawaban Soal Posttest Nomor 1 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Soal nomor 3 : Irno membeli 1 kaleng obat serangga. Pada kaleng tersebut tertera bruto 500 gram. Setelah obat serangga itu habis, berat kaleng tersebut 50 gram saat ditimbang. Tentukanlah neto obat serangga tersebut  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.7 Jawaban Soal Posttest Nomor 3 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Dari contoh jawaban posttest soal nomor 1 dan 3 di atas dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama menjawab dengan benar. Namun jika diperhatikan dengan seksama, jawaban kelas eksperimen lebih lengkap dan detail dalam menjabarkan proses perhitungan daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata siswa sudah benar menggunakan rumus mencari netto, yaitu dengan cara bruto dikurangi tara. Sedangkan pada kelas kontrol ada sebagian siswa yang salah menuliskan rumus tersebut, yaitu neto dicari dengan menambah bruto dan tara. Dari hasil rekapitulasi, untuk soal nomor 1 kelas eksperimen ada 9 siswa yang mendapatkan skor 4, 8 siswa mendapatkan skor 3, 2 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 93. Untuk kelas kontrol, ada 7 siswa mendapatkan skor 4, 9 siswa mendapatkan skor 3, 4 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas kontrol mendapatkan nilai 87,5. Kelas Eksperimen mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol. Begitu juga untuk soal nomor 3, rata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 87,5 dan kelas kontrol mendapatkan nilai 83,25. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 18 dan 19. Setelah kedua data digabungkan, terlihat bahwa nilai kelas eksperimen terhadap indikator translasi 90,25 dan nilai kelas kontrol terhadap indikator translasi 85,5. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan translasi kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Indikator 2 : Interpretasi Indikator interpretasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Kemampuan interpretasi meliputi penyatuan dan penataan kembali konsep yang telah diketahui. Dengan kata lain, menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian- bagian yang diketahui berikutnya. Soal posttest untuk mengukur indikator tersebut adalah soal nomor 4, 5 dan 6. Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol: Soal nomor 4 : Agus membeli sepeda motor bekas seharga Rp 5.000.000,-. Kemudian diperbaiki di bengkel dan menghabiskan Rp 200.000,-. Agus lalu menjual kembali motor tersebut dan ternyata ia mengalami untung Rp 500.000,-. Tentukan persentase keuntungan yang dialami Agus  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.8 Jawaban Soal Posttest Nomor 4 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Dari contoh jawaban posttest soal nomor 4 di atas dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama menjawab dengan benar. Namun jika diperhatikan dengan seksama, jawaban kelas eksperimen lebih lengkap dan detail dalam menjabarkan proses perhitungan daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen sudah bisa mencari biaya total dengan menambahkan harga motor dan biaya perbaikan kemudian menggunakan harga total tersebut untuk mencari persentase keuntungan. Sementara pada kelas kontrol ada sebagian siswa yang menjawab dengan tidak menyertakan biaya perbaikan dalam perhitungan sehingga hasil akhirnya salah. Dari hasil rekapitulasi, untuk soal nomor 4 kelas eksperimen ada 6 siswa yang mendapatkan skor 4, 10 siswa mendapatkan skor 3, 3 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 87,5. Untuk kelas kontrol, ada 4 siswa mendapatkan skor 4, 9 siswa mendapatkan skor 3, 8 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas kontrol mendapatkan nilai 79,25. Kelas Eksperimen mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol. Soal nomor 5 : Ibu Astri meminjam uang di bank sebesar Rp 10.000.000,-. Uang tersebut akan dikembalikan dengan cara diangsur setiap bulan selama 2 tahun dengan bunga 1,5 perbulan. Tentukan besar cicilan yang harus dikeluarkan Ibu Astri setiap bulan  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.9 Jawaban Soal Posttest Nomor 5 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Soal nomor 6 : Eno membeli makanan di restoran dengan harga Rp 100.000,- dan minuman Rp 20.000,- Ternyata ia membayar Rp 132.000,-. Tentukan berapa persen pajak restoran yang dibayar Eno  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.10 Jawaban Soal Posttest Nomor 6 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Dari contoh jawaban posttest soal nomor 5 dan 6 di atas dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen menjawab dengan benar sedangkan kelas kontrol hanya sebagian yang menjawab dengan benar tetapi hasil akhirnya salah. Pada kelas eksperimen siswa sudah bisa mencari besar pajak restoran dengan cara yang benar, yaitu dengan membagi selisih total bayar setelah pajak dikurangi total harga pesanan dengan total harga pesanan. Sementara kelas kontrol banyak yang salah menggunakan rumus. Dari hasil rekapitulasi, untuk soal nomor 5 kelas eksperimen ada 3 siswa yang mendapatkan skor 4, 12 siswa mendapatkan skor 3, 5 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 80,5. Untuk kelas kontrol, ada 7 siswa mendapatkan skor 4, 9 siswa mendapatkan skor 3, 4 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas kontrol mendapatkan nilai 65,25. Kelas Eksperimen mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol. Begitu juga untuk soal nomor 6, rata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 66,75 dan kelas kontrol mendapatkan nilai 57. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 18 dan 19. Setelah ketiga data digabungkan, terlihat bahwa nilai kelas eksperimen terhadap indikator interpretasi 78,25 dan niai kelas kontrol terhadap indikator interpretasi 67,17. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan interpretasi kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Indikator 3 : Ekstrapolasi Di bawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal nomor 7 : Andi membuat gambar rancangan tambak ikan berbentuk persegi dengan ukuran 10 cm x 10 cm dan skala 1:5000. Kemudian Andi berubah pikiran dan membuat rancangan tambak ikan yang 4 kali lebih luas dari rancangan sebelumnya. Tentukan berapakah luas tambak ikan yang sesunggguhnya  Jawaban kelas eksperimen  Jawaban kelas kontrol Gambar 4.11 Jawaban Soal Posttest Nomor 1 pada Kelas Ekperimen dan Kontrol Dari contoh jawaban posttest soal nomor 7 di atas dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen sebagian besar menjawab dengan benar dan hasil akhir salah sedangkan kelas kontrol sebagian kecil menjawab dengan benar dengan hasil akhir salah. Pada kelas eksperimen ada siswa yang sudah menjawab dengan benar langkah demi langkah yaitu mencari luas sketsa awal, kemudian mencari luas sketsa baru, kemudian mencari luas tambak yang sebenarnya dengan memperhatikan skala. Sementara pada kelas kontrol belum ada siswa bisa yang menjawab dengan benar. Dari hasil rekapitulasi, untuk soal nomor 7 kelas eksperimen tidak ada siswa yang mendapatkan skor 4, 7 siswa mendapatkan skor 3, 5 siswa mendapatkan skor 2, dan tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0. Jika dirata-rata siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai 80,5. Untuk kelas kontrol, ada 7 siswa mendapatkan skor 4, 9 siswa mendapatkan skor 3, 8 siswa mendapatkan skor 2, dan 5 siswa yang mendapatkan skor 1. Jika dirata-rata siswa kelas kontrol mendapatkan nilai 65,25. Kelas Eksperimen mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol. Dari ketiga indikor translasi, interpretasi dan ekstrapolasi tersebut kelas eksperiman selalu mendapatkan nilai lebih tinggi dari kelas kontrol. Jika dirata-rata kelas eksperimen mendapatkan nilai 75,58 sedangkan kelas kontrol mendapatkan nilai 65,18. Hal ini bararti bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan model collaborative problem solving lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model konvensional.

D. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal, akan tetapi masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya.: 1. Perlakuan ini hanya dilakukan pada pokok bahasan ”Aritmatika Sosial” dan “Perbandingan” saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Alokasi waktu yang terbatas sehingga perlu persiapan dan pengaturan yang lebih baik agar setiap tahapan dalam pembelajaran collaborative problem solving dapat berlangsung lebih maksimal. 3. Siswa belum terbiasa melakukan presentasi di depan kelas sehingga pembelajaran collaborative problem solving pada tahapan transfer hasil kerja kurang berjalan dengan optimal. 4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini hanya pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematika siswa saja, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. 5. Indikator ekstrapolasi kurang dikembangkan pada pembelajaran, dikarenakan pada rencana pelaksanaan pembelajaran RPP tidak dikembangkan sampai kemampuan pemahaman ekstrapolasi. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan model collaborative problem solving terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII di SMP Islam Madinatul Ilmi, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya diajarkan menggunakan model collaborative problem solving memiliki nilai rata-rata sebesar 71,2. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang paling baik adalah pada indikator translasi dengan presentase skor sebesar 90,25. 2. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya diajarkan menggunakan model konvensional dalam hal ini adalah pembelajaran ekspositori memiliki nilai rata-rata sebesar 62. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang paling baik adalah pada indikator translasi dengan presentase skor sebesar 85,38. 3. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model collaborative problem solving lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil uji hipotesis kemampuan akhir posttest pemahaman konsep matematika diperoleh bahwa t = 3,122 dengan α = 0,0015 dibawah 0,05. Dengan demikian penggunaan model collaborative problem solving memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dibandingkan pembelajaran ekspositori.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini: 1. Bagi guru a. Berdasarkan hasil penelitian model collaborative problem solving mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh guru. b. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mendesain bahan ajar berupa LKS yang lebih menarik dan konstruktif, dengan upaya tersebut diharapkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika akan meningkat sehingga kemampuan matematis siswa dapat berkembang. c. Diperlukan manajemen waktu seefektif mungkin agar setiap tahapan dalam model collaborative problem solving dapat dilaksanakan secara maksimal. 2. Bagi Sekolah a. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak sekolah diharapkan mulai menganjurkan guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran yang lebih inovatif agar proses pembelajaran lebih bermakna dan berbagai kemampuan matematis siswa dapat ditingkatkan sehingga kualitas pendidikan matematika di sekolah tersebut juga dapat meningkat. b. Sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan bagi guru-guru mengenai model-model pembelajaran terkini yang lebih konstruktif dan inovatif untuk memperkaya pengetahuan mereka mengenai hal tersebut. 3. Bagi Peneliti a. Hasil analisis terhadap siswa kelas eksperimen yang memperoleh nilai dibawah rata-rata gabungan 71,2 sebanyak 60 , hal ini menunjukkan bahwa hampir dari sebagian siswa dalam kelas eksperimen masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang melibatkan pemahaman konsep matematika. Sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menerapkan model collaborative problem solving dengan lebih optimal dan menyajikan permasalahan-permasalahan yang lebih variatif terutama permasalahan yang melibatkan pemahaman konsep matematika. b. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk melalukan tes awal mengenai kecenderungan gaya belajar dari masing-masing siswa untuk mengetahui indikator pemahaman konsep matematika mana yang paling signifikan dapat dikembangkan oleh model collaborative problem solving.