persaudaraan yang kuat inilah masyarakat tani Kampung Ciharahas masih mampu berdiri tegak di tengah tekanan yang dialami. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Bapak A Ketua RW 0X: “ kita semua tani di sini, pas panen itu gotong-royong liuran,
sebelum kita nanem juga gotong-royong untuk membersihkan lahan. Waktu nandur juga liuran. Supaya gak bayar orang. Yang
liuran itu, biasanya ‘tetangga tani’ yang lahannya deket. Kan kalo dikerjain sendiri, itu repot dan mahal untuk ngegaji buruh.”
7.1.2. Kasus Kampung Cibeureum Batas: Pemasangan Harga Lahan yang tinggi dan Budaya “Berhemat”
Makin keras usaha biong agar petani menjual lahan pertanian miliknya, maka semakin keras pula usaha petani untuk dapat mempertahankannya. Cara
biasa yang digunakan masyarakat tani ialah dengan mengatakan “tidak” setiap kali biong menyuruh petani untuk menjual lahan miliknya. Cara ini cukup efektif,
meskipun memakan waktu yang lama karena para biong akan kembali menanyakannya di lain waktu. Cara lain yang digunakan petani ialah dengan
memasang harga lahan setinggi mungkin sehingga para biong tidak dapat menjangkaunya. Hal ini seperti pernyataan Bapak A petani pemilik:
“ sering mah biong kesini. Buat nanyain tanah saya dijual apa enggak. Saya udah bilang gak, dia teteup balik-balik deui. Bosen
saya juga. Akhirnya, saya pasang aja dengan harga tinggi. Kalo gak dengan harga segitu, gak saya jual. Biar dia nyahok. Dia gak
sanggup, terus gak datang-datang lagi. ”
Biong juga tidak bisa begitu saja menyetujui harga yang ditawarkan oleh
petani, karena pihak PT. PW telah memiliki kisaran harga lahan yang berada di suatu lokasi. Kedua cara tersebut yang biasa dilakukan oleh masyarakat tani
dalam mempertahankan lahan pertanian yang dimiliki. Apabila nantinya lahan tersebut terjual, maka dengan seketika putus harapan untuk menyambung hidup.
Terdapat perbedaan terhadap pemasangan harga lahan yang tinggi pada Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas. Pada Kampung Ciharashas,
pemasangan harga lahan yang tinggi dimaksudkan agar dapat membeli lahan
pertanian di tempat lain, karena lahan pertanian petani pemilik di Kampung Ciharashas
kemungkinan besar
akan terkena
proyek “pengembangan
pembangunan”. Bagi petani yang ada di Cibeureum Batas, pemasangan harga lahan yang tinggi dimaksudkan agar lahan pertanian yang dimiliki tidak dengan
mudah jatuh ke tangan biong sebagai perantara dari PT. PW. Strategi atau cara yang ditampilkan oleh masyarakat tani agar terus dapat
menghasilkan pendapatan di jalan pertanian tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dibuktikan dengan berbedanya strategi atau cara yang ditunjukkan
oleh masyarakat tani Ciharashas dengan masyarakat tani Cibeureum Batas. Jika masyarakat tani Ciharashas menggambarkan kekerabatan yang erat dengan
budaya gotong-royongnya, maka masyarakat tani Cibeureum Batas lebih kepada trik untuk menghemat biaya pertanian. Seperti biaya binih atau bibit, biaya pupuk
dan biaya pestisida. Usaha yang biasanya dilakukan petani Cibeureum Batas agar terus dapat
menanam ialah menyisihkan binih untuk masa tanam berikutnya. Penyisihan bisa dilakukan, karena memang lahan pertanian petani Kampung Cibeureum Batas
tidak seluas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani di Kampung Ciharashas. Dalam usaha pertanian, biaya yang paling mahal ialah pengeluaran untuk pupuk.
Harga pupuk satu karungnya 50 kg mencapai Rp. 80.000,00. Sementara itu, keberhasilan hasil pertanian salah satunya bergantung kepada intensitas
pemberian pupuk. Satu kali penanaman, biasanya dilakukan tiga kali pemupukan.
Dikarenakan harga pupuk yang mahal dan intensitas pemberiannya juga cukup sering, maka masyarakat tani Cibeureum Batas mempunyai siasat tersendiri. Salah
satunya ialah menggantinya dengan berak
21
. Dengan ini maka petani dapat terus menuai panennya dan dapat menghasilkan pendapatan untuk menghidupi anak
dan istri. Penghematan juga tidak hanya dilakukan pada bibit dan pupuk saja. Pestisida atu obat-obatan yang digunakan oleh petani juga dapat ditekan
pengeluarannya. Biasanya petani menggunakan obat-obatan alami untuk
21
Berak ialah kotoran hewan yang dapat dijadikan pupuk. Biasanya kotoran yang digunakan ialah kotoran kambing. Selain karena murah dan mudah didapat, kotoran kambing juga tidak kalah
bersaing dengan pupuk lainnya. Meskipun mereka mengakui bahwa hasil dari pupuk kimia lebih menjanjikan daripada yang alami.
menyemprot hama tanaman. Hama bodas
22
misalnya, disemprot dengan air tajin atau air nasi, atau tumbukan daun kipayet yang kemudian ekstraknya dicampur
dengan air. Daun ini rasanya sangat pahit, lebih pahit dari daun pepaya. Sehingga diharapkan nantinya hama dapat teratasi. Terkadang usaha ini berhasil, tapi
terkadang juga tidak. Tergantung kepada intensitas hama dan tingkat keparahan kondisi tanaman yang terserang hama. Berbagai cara atau strategi yang
ditampilkan oleh masyarakat tani Cibeureum Batas menggambarkan bahwa betapa pentingnya untuk terus dapat menghasilkan pendapatan di jalan pertanian
guna menyambung hidup keluarga.
7.2. Bermata Pencaharian Ganda