Ketidak mampuan pemetaan sumber mata air alternatif
                                                                                Yogyakarta, 30 November 2016
77
3 Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik
SWOT. Tahap  selanjutnya  adalah  mentransfer  peluang,  ancaman  serta  kekuatan  dan
kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:
a Dalam  sel
opportunities
O  buat  5  sampai  10  peluang  eksternal.  Sel  itu  harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
b Dalam  sel
Treats
T  buat  5  sampai  10  anacaman  eksternal  yang  harus  dihadapi perusahaan.
c Dalam  sel
Strengths
S  buat  kekuatan  yang  dimiliki  baik  saat  ini  maupun  masa mendatang.
d Dalam sel
Weakness
W susun 5 sampai 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan  dan  kelemahan  yang  dimiliki,  buat  berbagai  alternative  strategi  berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
a Strategi SO
Strategi  ini  dibuat  berdasarkan  pada  pemanfaatan  seluruh  kekuatan  untuk  membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
b Strategi ST
Strategi  dalam  menggunakan  kekuatan  yang  dimiliki  perusahaan  untuk  mengatur ancaman.
c Strategi WO
Strategi  yang  diterapkan  berdasarkan  pemanfaatan  peluang  yang  ada  dengan  cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d Strategi WT
Strategi  yang  didasarkan  pada  kegiatan  yang  bersifat  defensive  dan  meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel  1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal
78
OPPORTUNITIES O Tentukan faktor peluang
eksternal STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang TREATHS T
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan- kelemahan dan menghindari
peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan  memasukkan  berbagai  aspek  permaslahan  yang  ada,  maka  dapat  dirumuskan  berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel  2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan S Kelemahan W
  SDM memiliki
keterbatasan dalam
mengelola lingkungan   SDM
memiliki keterbatasan
dalam menghasilkan air bersih
  Keterbatasan  masyarakat dalam membuat drainase
  Keterbatasan  masyarakat dalam
memetakan ketersediaan air
  Keterbatasan masyarakat dalam melakukan
pemanenan air hujan   Tidak ada air bersih
  Belum adanya masaterplan
drinase   Belum adanya gerakan
pemanenan air hujan  Belum  adanya  sosialisasi
pengolahan limbah
Yogyakarta, 30 November 2016
79
  Keterbatasan masyarakat dalam mengelola limbah
rumah tangga
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
 Terciptanya sumber air bersih
 Terciptanya peningkatan masyarakat dalam
mengelola lingkungan drainase, dan limbah
1. Pendampingan pengadaan
air bersih 2.
Pendampingan penyusunan
masterplan lingkungan
3. Pendampingan  gerakan
pemanenan air hujan 4.
Pendampingan pengelolaan
limbah keluarga
1. Memetakan  sumber  mata
air 2.
Pendampingan pembuatan sumur bur
3. Peningkatan
kapasitas masyarakat
dalam menyusun
masterplan lingkungan drinase
4. Peningkatan
kapasitas masyarakat
dalam mengelola
limbah keluarga
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
  Tidak  adanya  peta masterplan lingkungan
  Tidak  adanya  kesedian air bersih
  Tidak adanya tata kelola lingkungan baik
1. Pembuatan
peta masterplan lingkungan
2. Pendampingan
pengolahan air bersih dan pengadaan air bersih
3. Pendampingan tata kelola
lingkungan 1.
Meningkatkan  kapasitas sdm  masyarakat  dalam
menyusun masterplan
lingkungan 2.
Pendampingan peningkatan
kapasitas sdm  masyarakat  dalam
tata kelola lingkungan 3.
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat  urutan  prioritas  program  berdasarkan  masing-masing  aspek,  yaitu  aspek  sumber  daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3.
80
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM di Desa Soko Purworejo
No Aspek
Permasalaha
1.
Air Bersih
1.  Ketidakmampuan    masyarakat    dalam mengelola sumber mata air
2.  Ketidak  mampuan   warga   dalam  pemanfaatan air hujan
3.  Ketidakmampuan    warga    masyarakat    dalam memetakan sumber air alternatif
4.   Ketidakmampuan    warga    masyarakat    dalam menghitung  kebutuhan  air  dengan  jumlah
penduduk 5.      Air  sumber  hanya  di  alirkan  ke  parit  tidak
bersemen  sehingga  air  akan  mudah  meresap sebelum  sampai ke penampungan penduduk
2. Drainase
1.    Drainase air hujan dibuat sembarangan 2.    Drainase    dibuat    dengan    metode    parit    yang
tidak saling berhubungan 3.    Air hujan terbuang percuma
4.    Muara  dari  drainase  harusnya  kesungai  akan tetapi limpasan air masuk ke pekarangan
5.    Tidak adanya drainase sumur resapan
3. Limbah
1.  Tidak  ada  limbah  keluarga  yang  terkelola dengan baik
2.    Limbah     padat     sampah     di     buang disekitar pekarangan rumah
3.    Limbah cair tidak dibuatkan penampungan tertutup
Pelaksanaan Program
Dalam  mengatasi  permasalahan  tersebut  diatas  maka  metode  yang  digunakan  supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan pelatihan, pendampingan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan  program pemberdayaan  masyarakat melalui KKN-PPM ini dibutuhkan jalinan    kerjasama     yang    baik    dengan    banyak    pihak.    Upaya    untuk membangun
Yogyakarta, 30 November 2016
81
jalinan  kerjasama  ini  diharapkan  dapat  melibatkan  beberapa  lembaga  mitra yang  memiliki komitmen dan berkelanjutan  yaitu :
1  Badan    Keluarga    berencana    dan    Pemberdayaan    Masyarakat    kabupaten purworejo
Pemerintah  Kabupaten  Purworejo  dalam  pelaksanaan  pengentasan  KKN  menunjuk Badan  Keluarga  Berencana  dan  Pemberdayaan  Masyarakat.  Sehingga  dalam  pelaksaan
kegiatan ini dapat terjadi sinergitas baik berupa pendanaan kegiatan maupun implementasi sehingga tercipta program yang selalu berkelanjutan
2    Pemerintah  Desa Soko,  dan perangkat Dusun.
Perbaikan  Insfrastruktur  lingkungan  merupakan  program  kegiatan  dalam  hal tercapainya ketersediaan air bersih  dan lingkungan  yang sehat  dan  bersih, sehingga
kegiatan ini dapat diusulkan dalam   dana dari APBD musrenbang Desa, sehingga dapat mempercepat permasalahan di Desa berkaitan dengan lingkungan dan teciptanya program
yang berkelanjutan. 1
Sasaran  masyarakat  pelaksanaan  KKN  PPM  ini  meliputi  perangkat  Desa,  dusun, lembaga desa, RTRW, Karang taruna,dan  Kelompok PKK.
Untuk  mengatasi  permasalahan  tersebut  diatas  ,  maka  pelaksanaan  kegiatan  ini memuat tahapan sebagai berikut:
2 Persiapan dan Pembekalan
a Sosialisasi ke masayarakat penguna program
b Persiapan dan pembekalan
3 Pelaksanaan kegiatan
a Pendampingan peningkatan kapasitas SDM dalam membuat sumur bor
b Pendampingan pengelolaan drainase berwasan lingkunganmasterplan
c Pendampingan gerakan pemanenan air hujan
d Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif
e Pendampingan pengelolaan sumur resapan dan biopori
Tahapan Realisasi Program
Untuk  pelaksanaan  pendampingan  telah  dilakukan  koordinasi  dan  sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat  kegiatan  yang disepakati bersama masyarakat.  Untuk  menjalankan program  kegiatan dimulai  dari  proses  pertemuan  bersama  masyarakat  sasaran,  dimaksud  mewujudkan  atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
82
1 Pendampingan  peningkatan kapasitas SDM masyarakat dalam membuat sumur bor
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan dan sosialisasi jika di Desa Soko Kabuapaten Purworejo mengalami krisis air bersih. Air sumber yang dekat dengan sungai
sangat  keruh  akibat  dari  limbah  dan  sampah  yang  masuk  ke  dalam  sumur.  Saat  musim kemarau air sumur tidak dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat .
Gambar 1. Kondisi sumur dan mata air warga di Desa Soko Purworejo
Gambar 2. Pembuatan sumur bor di Desa Soko Purworejo
2  Pendampingan pengelolaan drainase berwawasan Lingkungan
Drainase di Desa Soko Purworejo selama ini belum terkelola dengan baik dengan adanya gambar  perencanaan  yang  sudah  ada.  Akibatnya  drinase  yang  ada  saat  ini  jika  musim
penghujan tidak berfunsi dengan baik dan berakibat airnya masuk ke dalam sumur warga.
Gambar 3. Masterplan Drainase
Yogyakarta, 30 November 2016
83
3 Pendampingan gerakan pemanenan air hujan
Masyarakat  di  Desa  Soko  Kabuapaten  Purworejo  belum  menyadari  tentang  pentingnya gerakan pemanenan air hujan. Hal tersebut akibat dari ketidak tahuan warga masyarakat jika
air hujan dapat dimanfaatkan di saat musim kemarau.
Gambar 4. Sosialisasi gerakan pemanenan air hujan
4 Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif
Keterbatasan masyarakat dalam mencari alternatif sumber mata ir menjadikan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Soko. Hasil dari kegiatan ini berupa pemetaan
lokasi tanah yang memiliki sumber mata air.
Gambar 5. Pemetaan sumber mata air alternatif
KESIMPULAN
Dalam    pelaksanaan  laporan  kegiatan  pengabdian  kepada  masyarakat  dalam  bentuk program pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis
swadaya masyarakat ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1
Pelaksanaan  PPM  ini  mendapatkan  respon  yang  positif  dari  pemerintah  desa  dan pemerintah kabupaten purworejo.
2 Pelaksanaan KKN-PPM ini menghasilkan satu sumur air bersih di Desa Soko
3 Hasil dari perencanaan masterplan drainase akan ditindak lanjuti dengan program desa
pada tahun 2017
84
SARAN
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM  pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis swadaya masyarakat ini dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan
yang  serupa  sehingga  keberadaan  akan  air  bersih  di  Desa  Soko  Kabupaten  Purworejo  dapat terwujud dengan baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis  mengucapkan  terima  kasih  kepada  Direktorat  Riset  dan  Pengabdian  masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
hibah  untuk  pelaksanaan  kegiatan  Pengabdian  Masyarakat  KKN-PPM  Kuliah  Kerja  Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Safi’i,  M.,  2011,
Ampih  Kemiskinan;  Model  Kebijakan  Penuntasan  Kemiskinan  dalam Perspektif Teori dan Praktik,
Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono  2009,  Memberdayakan  Masyarakat  Pesisir  dengan  Pendekatan  Program
Pemberdayaan  Ekonomi  Masyarakat  Pesisir  PEMP,
Jurnal  Riset  Daerah  BAPEDA Bantul,
73, 1169-1189. Jayadi,  R.  2000.
Pengantar  Hidrologi
, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kodoatie,  R.J  dan  Sugiyanto,
Ba njir
, Perpustakaan Mahasiswa, Yogyakarta. Kusumo,  W.  2009.
P enanganan  Sistem  Drainase  Kecamatan  Ja ti  Kabupaten  Kudus
. Universitas Diponegoro, Semarang.
Nadajadji,  A.  2008.
Aplikasi  Storm  Water  Mana gement  Model  Pada  DAS  Deluwang  Jawa Timur
, Vol.1 pp.1-2, Jawa Timur. Palar, R.T dkk. 2013.
Studi Perbandingan Antara Hidrograf  SCS  Soil  Conservation  Service dan Metode   Rasional   P ada   DAS   Tikala
,   Jurnal Teknik Sipil Vol. 1 No. 3, Manado. Sismanto.2009.
Analisa  Lahan  Kritis  Sub  DAS  Riam  Kanan  DAS  Barito  Kabupaten  Ba njar Kalimantan Tenga h
, Jurnal Aplikasi Vol.6 No.1, Surabaya.
Yogyakarta, 30 November 2016
85
PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU  DI DESA SENDANG AGUNG KABUPATEN SLEMAN
2
Jaka Sriyana
1
, Arif Rachman
2
, Muhammad Bambang Subekti
3
1
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Akuntansi, Universitas Islam Indonesia
3
Pusat Penelitian Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Indonesia e-mail: jakasriyanauii.ac.id
ABSTRAK
Artikel ini memaparkan hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat PKM dalam  bentuk  program  pengembangan  kerajinan  bambu  di  Dusun  Sendang  Agung,  Kecmatan
Minggir,  Kabupaten  Sleman.    Analisis  permasalahan  dilakukan  dengan  pendekatan  SWOT Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Hasil dari analisis SWOT dihasilkan rekomendasi
prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana - prasarana,  kelembagaan  dan  pemasaran.  Pelaksanaan  kegiatan  PPM  pendampingan
pengembangan  desa  wisata  kerajinan  bambu  Desa  Brajan  dalam  mendukung  keberlanjutan kerajinan  anyaman  bambu  ini  dapat  ditindaklanjuti  dengan  kegiatan  pendampingan  untuk
mendukung pengembangan desa wisata di Dusun Brajan.
Kata kunci: kerajinan, bambu Desa Brajan
ABSTRACT
This article describes the results of implementing community service activities PKM in the form of bamboo handicraft development program in the hamlet of Spring Court, Kecmatan Minggir,
Sleman.  Analysis  of  the  issue  carried  out  by  the  approach  of  SWOT  Strength,  Weakness, Opportunity and Threat. The results of the SWOT analysis is generated on program priorities based
on  each  aspects,  namely  human  resources,  infrastructure,  institutional  and  marketing.  The implementation  of  development  assistance  PPM  bamboo  craft  village  tourism  village  Brajan  in
supporting the sustainability of woven bamboo crafts can be followed up with assistance activities to support the development of rural tourism in the hamlet Brajan.
Keywords: Move aside, handicrafts, bamboo village Brajan
LATAR BELAKANG
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi
otonomi daerah. Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan kemiskinan  berada  di  tangan  Pemerintah  Provinsi  dan  kabupatenkota.  Dalam  rangka
mempercepat  penanggulangan  kemiskinan,  Pemerintah  membuat  kebijakan  yang  dituangkan dalam  Peraturan  Presiden  No.  54  Tahun  2005  Tentang  Tim  Koordinasi  Penanggulangan
Kemiskinan.  Berdasarkan  peraturan  tersebut  Pemerintah  Provinsi  dan  Kabupaten  diberi
2
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016 berdasarkan Surat Tugas Nomor: 006ST- Rek80DPPMKKN PPM-KEMENRISTEKDIKTIIII2016.
86
wewenang  melakukan  berbagai  upaya  dan  terobosan  taktis  serta  strategis  untuk mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk melibatkan sektor
keuangan dan koperasi Situmorang, 2007. Program-program pengentasan kemiskinan yang diimplementasikan  harus  mampu  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  dan  memperluas
kesempatan  kerja,  sehingga  angka  penduduk  miskin  dapat  terus  berkurang  secara  simultan Burhan,  2004;  Syafi’i,  2011.  Di  beberapa  daerah  upaya  yang  telah  dilakukan  Pemerintah
Pusat dan Daerah telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin Yulianto, 2005. Namun diakui  pula,  di  sisi  lainnya,  sebagai  akibat  masih  rapuhnya  pondasi  ekonomi  nasional  dan
berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru Pattinama, 2009.
Pemerintah  provinsi  maupun  kabupatenkota  di  Indonesia  terus  mengupayakan percepatan  pengentasan  kemiskinan.  Program  pengentasan  kemiskinan  dititik  beratkan  pada
konsolidasi  program  penanggulangan  kemiskinan,  yaitu  pemberdayaan  masyarakat  berbasis UMKM.  Demi  suksesnya  percepatan  penanggulangan  kemiskinan  dalam  skala  nasional  dan
lokal, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan pemerintah daerah diintegrasikan  dengan  program-program  nasional  dalam  Pemberdayaan  Masyarakat
Sahudiyono, 2009. Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah guna membangun kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Desa Wisata Kerajinan Bambu Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang memiliki potensi
industri  karena  beberapa  pengusaha  industri  kerajinan  bambu  tersentra  di  daerah  tersebut. Sejalan  dengan  kegiatan  pendampingan  permasalahan  baru  muncul  berkaitan  dengan
permodalan usaha di karenakan sistem bayar dari pemesan yang menggunakan sistem termin sehingga  mengakibatkan  perajin  harus  memiliki  uang  lebih  dalam  menunjang  usahanya
tersebut. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pengembangan kerajinan bambu dalam bentuk pengabidan kepada masyarakat PKM ini.
PERMASALAHAN
Daerah  Istimewa  Yogyakarta  DIY  merupakan  salah  satu  tujuan  wisata  utama  di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Dalam perkembangannya para wisatawan dalam menikmati
objek  wisata tidak  semata-mata menikmati  keramaian  dan keindahan
artificial
tetapi  banyak yang  ingin  menikmati  suasana  kehidupan  di  pedesaan  yang  masih  alami  dengan  berbagai
keindahan alam, keramah-tamahan penduduk, ketenangan dan  menikmati  nilai-nilai  budaya pedesaan.
Yogyakarta, 30 November 2016
87
Sejalan  dengan  dinamika,  perubahan  perkembangan  pariwisata  tersebut,  maka pengembangan pariwisata saat ini mengarah pada pengembangan desa wisata. Desa wisata di
wujudkan  dalam  gaya  hidup  dan  kualitas  hidup  masyarakat  yang  menonjolkan  keaslian identitas  atau  ciri  khas  daerah  seperti  keadaan  ekonomi,  fisik  dan  sosial  daerah  pedesaan
tersebut. Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta  merupakan  desa  sentra  industri  bambu  yang  sedang  berkembang  menjadi  desa wisata.  Lokasi  dusun  di  Desa  Sendangagung  meliputi  Dusun  Brajan,  Diro,  Kwayuhan,  dan
Saidan. Wilayah tersebut merupakan sentra produksi kerajinan anyaman bambu. Dusun Brajan merupakan wilyah sentra kerajinan anyaman bambu terbesar di Desa Sendangagung, karena 80
penduduknya  merupakan  perajin.  Sedangkan  3  wilayah  dusun  lainnya  yaitu  Dusun  Diro, Kwayuhan,  dan  Sayidan  merupakan  dusun  yang  memenuhi  permintaan  pesanan  dari  Dusun
Brajan.    Adanya  potensi  kerajinan  anyaman  bambu  tersebut  maka  pada  tahun  2002  Dusun Brajan ditetapkan sebagai desa wisata kerajinan oleh pemerintah Kabupaten Sleman.
Kemampuan kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan di dapatkan dari  warisan yang turun temurun. Produksi kerajinan bambu di wilayah Dusun Brajan  mulai berkembang pada
tahun 1985 dengan produksi kerajinan berupa besek dan
ceting
. Saat ini terdapat 15 UKM di Dusun Brajan , 3 UKM di Dusun Diro, 1 UKM di Dusun Kwayuhan, dan 1 UKM di Dusun
Saidan.  Produk  yang  dihasilkan  antara  lain  :  tempat  tisu,  besek,  tempat  pinsil,  kap  lampu, placemet,  tempat  buah  dll.  Pasar  produk  kerajinan  dusun  Brajan  selain  lokal  seperti,
Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Sumatera dan Jakarta juga telah mencapai pasar internasional seperti Malaysia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang dll.
Luas desa wisata Dusun Brajan seluas + 34 ha yang terdiri dari 3 Rukun Warga RW dan 6  Rukun  Tetangga  RT.  Jumlah  penduduk    dusun  ini  663  jiwa  yang  tergabung  dalam  185
Kepala  Keluarga.  Jumlah  penduduk  laki-laki  adalah  348  jiwa  dan  perempuan  adalah  315. Penduduk yang beragama Islam sejumlah 371 jiwa sedangkan yang beragama Kristen Katolik
sejumlah 292 jiwa. Jumlah  kunjungan  wisatawan  yang  berkunjung  ke  Dusun  Brajan  pada  tahun  2014  di
dominasi  oleh  wisata  lokal  yang  berasal  dari  sekitar  Desa  Sendangagung,  berikut  jumlah kunjungan wisata ke Desa Wisata Dusun Brajan pada tahun 2014.
Stagnasi  pengembangan  desa  wisata  kerajinan  anyaman  bambu  di  desa  wisata  Dusun Brajan  merupakan  akibat  dari  berbagai  faktor  yang  terus  terjadi  dalam  jangka  panjang.
Sehingga memunculkan berbagai permaslahan sebagai berikut:
88
1 Sumber daya pengelola merupakan perajin
Pengelola desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan merupakan perajin yang memiliki  kegiatan  rutinitas  sebagai  perajin,  akibatnya  pengembangan  desa  wisata  tidak
terurus dan di biarkan saja tanpa adanya perencanaan dan program wisata yang jelas. Di sisi lain sumber daya manusia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, dan
lemahnya pemasaran
2 Keterlibatan generasi muda sangat minim
Generasi  muda tidak terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, hal  tersebut  akibat dari kurang sadarnya generasi muda dan ketertarikan generasi muda dalam pengembangan
desa wisata
3 Rendahnya peran masyarakat dalam mendukung desa wisata
Masyarakat perajin belum memiliki kesadaran akan keberadaan desa wisata, karena selama ini  kunjungan  wisata  hanya  di  terima  di  rumah  kepala  dusun.  Penginapan  hanya  ada  3
rumah yang semuanya merupakan pengelola desa wisata.
4 Minimnya sarana dan Prasarana desa wisata
Sarana  penunjang  desa  wisata  sangat  terbatas  hal  tersebut  akibat  dari  ketiadaan perencanaan dalam bentuk
masterplan
desa wisata sebagai upaya  pengembangan sarana dan prasana yang terencana dalam jangka pendek dan panjang melalui usulan dana desa.
5 Kelembagaan Desa Wisata belum terkelola dengan baik
Kelembagaan desa wisata belum memiliki tata kelola yang baik, hal tersebut akibat dari faktor lembaga yang disusun secara parsial dan tidak adanya kemampuan pengelola dalam
pengembangan desa wisata. Lembaga belum memiliki sumber daya manusia yang mampu mengelola pemasaran desa wisata baik secara manual maupun online.
METODE ANALISIS Berdasarkan  permasalahan  tesebut  dapat  dilakukan  analisis  SWOT  untuk  menemukan
strategi  penyelesaian  masalah.  Analisis  mengunakan  analisis  SWOT  adalah  identifikasi berbagai  faktor  secara  sistematis  untuk  merumuskan  strategi  yang  harus  dilakukan  untuk
menyelesaikan  masalah.    Analisis  ini  didasarkan  pada  logika  yang  dapat  memaksimalkan kekuatan
strength
dan  peluang
opportunities
,  namun  secara  bersama-sama  dapat meminimalkan kelemahan
weakness
dan ancaman
threats
. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010;
Yogyakarta, 30 November 2016
89
Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
5 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor  eksternal  dapat  diperoleh  dengan  cara  menganalisis  lingkungan eksternal  perusahaan  dengan  kegiatnnya  seperti  analisis  terhadap  competitor,  analisis
terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan sebagainya.  Faktor-faktor  strategi  eksternal  merupakan  peluang  dan  ancaman  bagi
perusahaan.  Setelah  faktor-faktor  strategi  perusahaan  ditentukan  selanjutnya  menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS
Eksternal Strategic Factors Analysis Summary
. 6
Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti
sumber  daya,  kemampuan  produksi,  kondisi  keuangan  dan  sebagainya.  Faktor  strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS
Internal Strategic Factors Analysis Summary
. 7
Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT.
Tahap  selanjutnya  adalah  mentransfer  peluang,  ancaman  serta  kekuatan  dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: e
Dalam  sel
opportunities
O  buat  5  sampai  10  peluang  eksternal.  Sel  itu  harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
f Dalam  sel
Treats
T  buat  5  sampai  10  anacaman  eksternal  yang  harus  dihadapi perusahaan.
g Dalam  sel
Strengths
S  buat  kekuatan  yang  dimiliki  BMT  Syariah  baik  saat  ini maupun masa mendatang.
h Dalam sel
Weakness
W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 8
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan  dan  kelemahan  yang  dimiliki,  buat  berbagai  alternative  strategi  berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
e Strategi SO
90
Strategi  ini  dibuat  berdasarkan  pada  pemanfaatan  seluruh  kekuatan  untuk  membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
f Strategi ST
Strategi  dalam  menggunakan  kekuatan  yang  dimiliki  perusahaan  untuk  mengatur ancaman.
g Strategi WO
Strategi  yang  diterapkan  berdasarkan  pemanfaatan  peluang  yang  ada  dengan  cara meminimalkan kelemahan yang ada.
h Strategi WT
Strategi  yang  didasarkan  pada  kegiatan  yang  bersifat  defensive  dan  meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal OPPORTUNITIES
O Tentukan
faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang TREATHS T
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan  memasukkan  berbagai  aspek  permaslahan  yang  ada,  maka  dapat  dirumuskan  berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.
Yogyakarta, 30 November 2016
91
Tabel  2. Hasil Analisis SWOT IFAS
EFAS Kekuatan S
Kelemahan W
  SDM memiliki
keterbatasan dalam
menggali  potensi  yang ada  dalam  mendukung
atraksi wisata
  SDM memiliki
keterbatasan dalam
melakukan  perencanaan dan
pengembangan wisata
  Keterbatasan  generasi muda
dalam mengembangkan
desa wisata
  SDM  didominasi  oleh perajin
sehingga wawasan pengembangan
wisata terbatas   SDM perajin saat ini
merupakan generasi terakhir sehingga sangat
mengancam keberadaan desa wisata di Dusun
Brajan   Pemasaran
bersifat konfensional
  Sarana  web,  blog pemasaran
yang difasilitasi
dinas pariwisata
tidak terkelola
dan termanfaatkan  dengan
baik   Belum adanya media
pemasaran melalui handphone
 Kelembagaan terbentuk secara parsial
 Kelembagaan desa
wisata  belum  terkelola dengan  baik  terutama
dari  segi  manajemen dan keuangan
 Kelembagaan terdiri dari unsur anggota
yang kurang mengetahui tentang
sadar wisata
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
 Terbukanya pasar ekspor dan pertumbuhan pasar domestik
 Peningkatan permintaan produk yang variatif dan
berorientasi kualitas 1.
Pendampingan pemetaan  potensi  desa
wisata 2.
Pendampingan Penyusunan
rencana pengembangan
desa wisata
3. Pendampingan  motivasi
generasi  muda  dalam pengembangan
desa wisata
4. Melibatkan
generasi muda  dan  kaderisasi
dalam  pengurusan  desa wisata
1. Membentuk
kepengurusan lembaga
berbasis entrepreneur dan sadar
wisata 2.
Pendampingan kelembagaan  berbasis
manajemen dan
keuangan 3.
Optimalisasi SDM
berwawasan wisata
92
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
  Tidak  adanya  peta  kawasan wisata
  Tidak  adanya  masterplan pengembangan  sarana  dan
prasarana   Tidak
adanya sarana
informasi  wisata  kerajinan yang baik
4. Terciptanya media iklan
melalui hand phone 5.
Pembuatan  peta  desa wisata
6. Pembuatan perencanaan
dalam bentuk
masterplan 7.
Membentuk sarana
informasi wisata. 4.
Meningkatkan pemasaran
melalui media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi  muda  dalam mengelola pemasaran
6. Perbaikan
media online
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat  urutan  prioritas  program  berdasarkan  masing-masing  aspek,  yaitu  aspek  sumber  daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3. Tabel 3. Prioritas kegiatan program PKM pengembangan desa wisata di Dusun Brajan
No  Aspek Permasalahan
Prioritas program 1.
Sumber daya manusia
1. SDM  memiliki  keterbatasan
dalam  menggali  potensi  yang ada  dalam  mendukung  atraksi
wisata 2.
SDM  memiliki  keterbatasan dalam melakukan  perencanaan
dan pengembangan wisata 3.
Keterbatasan  generasi  muda dalam  mengembangkan  desa
wisata 4.
SDM  didominasi  oleh  perajin sehingga
wawasan pengembangan wisata terbatas
5. SDM perajin saat ini merupakan
generasi terakhir
sehingga sangat  mengancam  keberadaan
desa wisata di Dusun Brajan 1.
Pendampingan  pemetaan potensi desa wisata
2. Pendampingan
Penyusunan rencana
pengembangan desa
wisata 3.
Pendampingan  motivasi generasi
muda dalam
pengembangan desa
wisata 4.
Melibatkan generasi
muda dan
kaderisasi dalam  pengurusan  desa
wisata
2. Sarana dan
Prasarana 1.
Tidak  adanya  peta  kawasan wisata
1. Pembuatan  peta  desa
wisata
Yogyakarta, 30 November 2016
93
2. Tidak
adanya masterplan
pengembangan sarana
dan prasarana
3. Tidak  adanya  sarana  informasi
wisata kerajinan yang baik 2.
Pembuatan  perencanaan dalam bentuk masterplan
3. Membentuk
sarana informasi wisata.
3. Kelembagaan  1.
Kelembagaan  terbentuk  secara parsial
2. Kelembagaan  desa  wisata
belum  terkelola  dengan  baik terutama  dari  segi  manajemen
dan keuangan 3.
Kelembagaan terdiri dari unsur anggota
yang kurang
mengetahui tentang
sadar wisata
4. Membentuk
kepengurusan lembaga
berbasis entrepreneur dan sadar wisata
5. Pendampingan
kelembagaan berbasis
manajemen dan
keuangan 6.
Optimalisasi SDM
berwawasan wisata 4.
Pemasaran 1.
Pemasaran bersifat konfensional 2.
Sarana  web,  blog  pemasaran yang difasilitasi dinas pariwisata
tidak terkelola
dan termanfaatkan dengan baik
3. Belum adanya media pemasaran
melalui handphone 4.
Meningkatkan pemasaran melalui media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi  muda  dalam mengelola pemasaran
6. Perbaikan media online
7. Terciptanya  media  iklan
melalui handphone
Pelaksanaan Program
Dalam  mengatasi  permasalahan  tersebut  diatas  maka  metode  yang  digunakan  supaya program  dapat  berkelanjutan  adalah  dengan  kaderisasi,  pelatihan,  pendampingan,  studi
lapangan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan jalinan  kerjasama   yang  baik  dengan  banyak  pihak.  Upaya  untuk  membangun jalinan
94
kerjasama    ini  diharapkan    dapat  melibatkan    beberapa  lembaga  mitra  yang  memiliki komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :
1      Dinas Perindustrian,  Perdagangan,  dan Koperasi  Kabupaten  Sleman Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas
memiliki    andil    yang    cukup    besar    dalam    mendukung    keberlanjutan    program melalui dana-dana pelatihan dan pengadaan  alat produksi
2      Pemerintah  Desa Sendangagung,  dan perangkat Dusun. Peran  Pemerintah  di  sini  adalah  pengalokasian  dana  dari  APBD  sesuai  yang  telah
dianggarkan dalam musrenbang Desa Sendanagung di bidang ekonomi sehingga dapat mensuport  pengembangan dan keberlanjutan kerajinan anyaman bambu
Adapun  susunan  kelompok  masyarakat  sasaran:  1  Perangkat  Desa  dan  Dusun mulai  dari  pamong  Desa,  Kepala  Dusun,  Ketua  RWRT,  Lembaga  Desa;  2
Kelompok    Pemuda  karangTaruna;  3  Kumpulan  bapak-bapak,  4  PKK  ;  5 Kelompok pengelola desa wisata
Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:
4 Persiapan dan Pembekalan
c Sosialisasi ke masayarakat penguna program
d Persiapan dan pembekalan
5 Pelaksanaan kegiatan
a Pendampingan  perencananaan  kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi
masyarakat b
Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa c
Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata d
Pendampingan kelembagaan desa wisata e
Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone Tabel 3. Rincian kegiatan PPM
No Nama Pekerjaaan
Program Prioritas
1. Pendampingan  perencananaan  kawasan
wisata yang
terintegrasi berbasis
partisipasi masyarakat dan potensi lokal melalui survai dusun sendiri
Peningkatan Kapasitas
kelompok masyarakat dalam menggali potensi dusun
2. Pendampingan pemetaan potensi wilayah  Peningkatan
kapasitas kelompok
masyarakat  dalam  melakukan  pemetaan
Yogyakarta, 30 November 2016
95
wilayah 3.
Pendampingan  pemetaan  ekonomi  desa wisata
1 Peningkatan  kapasitas  kelompok
masyarakat  dalam  pembuatan  peta ekonomi desa
2 Desain  dan  cetak  potensi  ekonomi
desa 4.
Pendampingan  penguatan  sumber  daya manusia berwawasan sadar wisata
Peningkatan  kapasitas  SDM  berwawasan sadar wisata
5. Pendampingan kelembagaan desa wisata  Perbaikan  kepengurusan  pengelola  desa
wisata 7.
Pendampingan pemasaran melalui media
online
dan
handphone
Peningkatan  pemasaran  melalui  media online dan handphone
1 Pembuatan vidio iklan
2 Pelatihan komunikasi
3 Perbaikan media online Web
10 Seminar Hasil PKM
Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke pihak terkait
Tahapan Realisasi Program
Untuk  pelaksanaan  pendampingan  telah  dilakukan  koordinasi  dan  sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat  kegiatan  yang disepakati bersama masyarakat.  Untuk  menjalankan program  kegiatan dimulai  dari  proses  pertemuan  bersama  masyarakat  sasaran,  dimaksud  mewujudkan  atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
1 Pendampingan    perencananaan  pengembangan    kawasan  wisata  yang  terintegrasi
berbasis partisipasi masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan PKM dalam membuat perencanaan pengembangan desa wisata dengan melibatkan peran masyarakat dan  perangkat desa dengan luaran program
berupa  masterplan  pengembangan  desa  wisata  dan  vidio  perencanaan.  Perencaaan  yang dilakukan dalam kegiatan ini terbagi atas 5 perencaaan yang meliputti perencanaan aula,
kolam, outbond, photoboth dan showroom. Showroom di Dusun Brajan tata kelolanya belum tertata dengan baik, akibatnya wisatawan
yang berkunjung hanya tertuju di satu titik showroom di tempat Bapak Dukuh sehingga
96
berakibat  tidak  adanya  pemerataan  pendapatan  dan  seringkali  menimbulkan  konflik.Hal tersebut akibat dari akses jangkauan yang paling mudah dikunjungi bertempat di tempat
pak Dukuh. Dengan adanya perencanaan Showroom yang terintegrasi diharapkan perajin dapat bersama-sama menjual kerajinannya.
2  Perencanaan penataan kolam
Keberadaan kolam ikan yang di miliki oleh kelompok ikan dapat menjadikan daya tarik tambahan  wisatawan  yang  berkunjung  ke  Dusun  Brajan.  Kolam  ikan  dapat  menjadi
alternatif wisata berupa memancing atau menangkap ikan.
3 Pendampingan Pemetaan potensi Desa Wisata
Desa  wisata  Dusun  Brajan  Desa  Sendangagung  Kecamatan  Minggir  belum  memiliki pemetaan  potensi  desa  wisata  yang  di  miliki.  Keterbatasan  sumber  daya  manusia  dalam
melakukan pemetaan potensi  ekonomi desa ini menjadikan desa  wisata di Dusun Brajan hanya di dominasi oleh wisata edukasi pembuatan kerajinan anyaman bambu. Berdasarkan
permasalahan  tersebut  wisatawan  banyak  mengeluh  ke  pengelola  desa  wisata  untuk diadakan kegiatan wisata yang lain.
Hasil pemeta an terlampir
4 Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
Masyarakat Desa wisata di Dusun Brajan Desa Sendangagung belum memiliki kemampuan dalam  sadar  wisata.  Penetapan  desa  wisata  karena  adanya  faktor  potensi  yang  dimiliki
berupa  kerajinan  anyaman  bambu  tanpa  memperkuat  sumber  daya  manusia  yang  ada. Sehingga  berakibat  kurang  optimalisasi  masyarakat  dalam  menerima  kunjungan.  Faktor
lainnya  adalah  dengan  rendahnya  pengetahuan  masayarakat  tentang  sadar  wisata mengakibatkan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari hasil
kerajinan  tidak  termanfaatkan  dan  di  buang  dengan  baik,  sehingga  terkesan  kumuh  dan menganggu wisatawan. Pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan PKM ini berupa
studi banding ke desa wisata Sukunan.
5 Pendampingan kelembagaan desa wisata
Kelembagaan  pengurus  desa  wisata  di  Dusun  Brajan  tersusun  secara  parsial  dan  tidak adanya  peran  generasi  muda  dalam  pengurusan  desa  wisata.  Mayoritas  pengelola
merupakan perajin sehingga dalam mengurus desa wisata berjalan stagnant. Desa wisata kerajinan  anyaman  bambu  di  Dusun  Brajan  jika  dikelola  dengan  baik  akan  dapat
menambah perekonomian warga masyarayakat di Dusun Brajan dan Desa Sendangagung. Keterlibatan  generasi  muda  dilibatkan  dalam  bidang  promosi.
Bagan  struktur  pengurus terlampir
Yogyakarta, 30 November 2016
97
6 Pendampingan pemasaran melalui media online dan Handphone
Dusun  Brajan  menjadi  desa  yang  bisa  melakukan  kegiatan  berupa  pemasaran  melalui media online. Dalam pelaksanaan PKM ini dilakukan perbaikan media online pemasaran
desa wisata. Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online masih konten lama dan belum dilakukan pembaharuan atau penambahan data. Di samping kegiatan tersebut
melalui  PKM  ini  mahasiswa  melakukan  pembuatan  iklan  tentang  desa  wisata  di  dusun Brajan dengan durasi waktu satu menit yang dapat dipublikasikan melalui media
whatsaap
sehingga memudahkan dalam meningkatkan pemasaran. Media ini digunakan dikarenakan saat ini whatsapp sudah sangat umum dimiliki oleh setiap orang yang memiliki
handphone android
.
7  Pengukuhan Sentra Bambu Brajan
Perencanaan pengembangan desa wisata di Dusun Brajan mendapatkan respon positif dari pemerintah  Kabupaten  Sleman  dengan  di  kukuhnya  Dusun  Brajan  sebagai  satu-satunya
sentra  bambu  di  Kabupaten  Sleman  pada  tanggal  26  September  2016  oleh  Bupati Kabupaten Sleman yang saat penyerahan di wakilkan oleh wakil bupati.
KESIMPULAN
Dalam  pelaksanaan  laporan  kegiatan  kemajuan  pendampingan  pengembangan  desa wisata  kerajinan  dalam  mendukung  keberlanjutan  kerajinan  anyaman  bambu  di  Desa
Sendangagung Sleman ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 4
Pelaksanaan  PPM  ini  mendapatkan  respon  yang  positif  dari  pemerintah  desa,  Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan UKM kerajinan anyaman
bambu dan pengelola desa wisata. 5
Hasil dari perencanaan masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017 6
Kegiatan  PKM  ini  dapat  menjadi  kegiatan  yang  berkelanjutan  pelaksanaan  PKM  pada periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM  pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini
dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa wisata
di Dusun Brajan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis  mengucapkan  terima  kasih  kepada  Direktorat  Riset  dan  Pengabdian  masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
98
hibah  untuk  pelaksanaan  kegiatan  Pengabdian  Masyarakat  KKN-PPM  Kuliah  Kerja  Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan,  R.N. ,  2004,  “Grameen  Bank  sebagai  Upaya  Penanggulangan  Kemiskinan  Studi
Kasus  Penerapan  Metode  Grameen  Bank  Oleh  BPR  Persahabatan  di  Desa  Cibarusah Kecamatan  Cibarusah  Kabu
paten  Bekasi”.
Tesis  tidak  dipublikasikan,
Universitas Indonesia Jakarta.
Pattinama, M. J., 2009, Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal Studi Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat,
Jurnal Makara Sosial Humaniora
, 13 1, 1-12. Safi’i,  M.,  2011,
Ampih  Kemiskinan;  Model  Kebijakan  Penuntasan  Kemiskinan  dalam Perspektif Teori dan Praktik,
Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono  2009,  Memberdayakan  Masyarakat  Pesisir  dengan  Pendekatan  Program
Pemberdayaan  Ekonomi  Masyarakat  Pesisir  PEMP,
Jurnal  Riset  Daerah  BAPEDA Bantul,
73, 1169-1189. Situmorang, J., 2007, Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga
Keuangan Alternatif,
Jurnal Infokop,
2, 24-35. Suharto,  E.,  2010,
Membangun  Masyarakat  Memberdayakan  Rakyat;  Kajian  Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial  Pekerjaan Sosial,
Cet. ke-4, PT Refika Aditama: Bandung.
Wardhani,  I.M.,  2010,  Evaluasi  Program  Community  Development  Mengentaskan Kemiskinan  CD-MK  di  Kabupaten  Bantul  Tahun  2006-2009  Study  Kasus  Desa
Bangunharjo  dan  Desa  Timbulharjo”,
Skripsi  tidak  dipublikasikan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yulianto,  T.,  2005,  Fenomena  Program-Program  Pengetasan  Kemiskinan  di  Kabupaten Klaten  Studi  Kasus  di  Desa  Jotangan  Kecamatan  Bayat,
Tesis  tidak  dipublikasikan,
Universitas Diponegoro, Semarang. http:www.ampta.ac.iddesa-wisata.VUMkUtw0FVg
diakses 28 Juli 2016 http:digilib.its.ac.idpublicITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf  diakses  28
Juli 2016 http:catatanpamong.blogspot.com201401undang-undang-no-6-tahun-2014-
tentang.html diakses 28
Yogyakarta, 30 November 2016
99
PENDAMPINGAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM,PEMASARAN DAN PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN ABG ACADEMIC,BUSSINES AND
GONVERMENT BAGI PELAKU MAKANAN OLAHAN DI DESA HARJOBINANGUN PAKEM SLEMAN DALAM MENYONGSONG MEA 2015
Lutfi Chabib
1
, Yosi Febrianti
1
, Abdul Hakim
1
, Muhammad Safarullah
1
, Bambang Subekti
1
1
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta-Indonesia Email:
lutfi.chabibuii.ac.id
ABSTRAK
Dalam  menghadapi  Masyarakat  Ekonomi  Asean  MEA  2015  pemerintah  Kabupaten Pemkab  Sleman  mendorong  Usaha  Mikro,  Kecil  dan  Menengah  UMKM  untuk  dapat
mempersiapkan diri bersaing dengan produk asing dengan cara meningkatkan kualitas produk dan juga  standarisasi  produk  terutama  untuk  makanan  olahan.  Salah  satu  kelompok  usaha  makanan
olahan yang mendapatkan pendampingan dari Disperindagkop Kabupaten Sleman pada tahun 2014 dalam  menghadapi  Masyarakat  Ekonomi  Asean  2015  tersebut  berada  di  Desa  Harjobinangun
Pakem  Sleman.  Kelompok  ini  merupakan  kelompok  usaha yang  berasal  dari  progam  usulan  PIK Pagu indikatif kecamatan tahun 2013. Potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat makanan
olahan di Desa Harjobinangun adalah bahan baku makanan merupakan bahan lokal. Kelompok ini terdiri  dari  20  orang  yang  tersebar  di  5  pedukuhan.  Permasalahan  lemahnya  SDM  dalam
berwirausaha,  lemahnya  kualitas  dan  pengemasan  produk  serta  kendala  pemasaran  menjadikan kelompok ini tidak dapat berkembang. Karena usaha makanan olahan ini didirikan secara instan
dalam rangka merespon pemberdayaan masyarakat lokal atas progam usulan PIK Pagu indikatif kecamatan.  Kelompok  makanan  olahan  ini  perlu  diberdayakan  supaya  tercipta  peningkatan
kapasitas  SDM,  produksi  dan  pemasaran  melalui  pendekatan  ABG  Academic,  business,  and Goverment. Mitra kerjasama dalam pelaksanaan KKN PPM ini adalah Disperindagkop Kabupaten
Sleman dan mini market Syar`e Mart.
Kata kunci:Peningkatan Kapssitas SDM,produksi, dan pemasaran
ABSTRACT
In  the  face  of  the  Asean  Economic  Community  AEC  in  2015  the  District  Government Regency Sleman push the Micro, Small and Medium Enterprises MSMEs can be for review self
prepares  foreign  compete  product  with  the  qua lity  how  to  improve  products  and  also standardization of products mainly for the review foods processed. one of the business group foods
processed get assistance from Disperindagkop Sleman in 2014 hearts Facing the Asean Economic Community 2015 is located in the village of Pakem Sleman Harjobinangun. The group is Business
Group  The  program  originated  from  a  proposal  PIK  indicative  ceiling  of  sub-district  Year Potential 2013. The Group is owned by public food processed in the Village Raw materials food
Harjobinangun is a Local Ingredients. The group coonsists of 20 persons that spread in 5 hamlets. The problem of Weak human resources issues hearts entrepreneurship, weak quality products and
packaging  constraints  And  Marketing  The  group  made  can  not  be  Developing.  For  foodeffort processed Singer Operates established the Framework responds instantly hearts Local Community
Empowerment differences program proposals PIK Capping indicative sub-district. FOOD group should be processed Singer Empowered In order  to create an increase in HR Capacity, Production
And  Marketing  approach  through  ABG  Academic,  business,  and  government.  Cooperation Partners  hearts  Singer  KKN  PPM  implementation  is  Disperindagkop  Sleman  and  mini  market
Syar`e Mart.
Keywords: Increased Kapssita s Human Resources, Production, and Marketing
100
PENDAHULUAN
Usaha  Kecil  Menengah  UKM  mempunyai  peran  yang  strategis  dalam  pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga  kerja  juga  berperan  dalam  pendistribusian  hasil-hasil  pembangunan.  Dalam  krisis ekonomi  yang  terjadi  di  negara  kita  sejak  beberapa  waktu  yang  lalu,  dimana  banyak  usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah  UKM  terbukti  lebih  tangguh  dalam  menghadapi  krisis  tersebut  Ainuri,  2009.
Mengingat  pengalaman  yang  telah  dihadapi  oleh  Indonesia  selama  krisis,  kiranya  tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha
ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
UKM Usaha Kecil Menengah selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UKM juga  berperan  dalam  mendorong  laju  pertumbuhan  ekonomi  pasca  krisis  nmoneter  di  saat
perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia
Bratakusumah dan Supriady, 2004 UKM  merupakan suatu  bentuk  usaha kecil masyarakat  yang pendiriannya berdasarkan
inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungka pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur Putri, 2016
Usaha Kecil Menengah UKM Dharma Karya merupakan UKM yang terdapat di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. UKM yang berdiri pada tahun
2013  ini  memiliki  keterbatasan  sumber  daya  dalam  produksi,  pemasaran  dan  administrasi. Dalam  hal  produksi,  UKM  Dharma  Karya  belum  memiliki  alat-alat  yang  digunakan  untuk
menunjang proses produksi seperti alat
cup sealer,sealer dan lain sebagainya
untuk mengemas produk yang sudah jadi. Dalam hal pemasaran, UKM Dharma Karya tidak memiliki cukup alat
penunjang untuk mempromosikan produk-produknya seperti,
roll banner dan juga pemasara n melalui  media  online
yang  berfungsi  sebagai  identitas  UKM.  Sedangkan  dalam  hal administrasi,  belum  adanya  nota  pembelian  dan    stempel.  Penyediaan  alat-alat  tersebut
bertujuan untuk mendukung kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi agar lebih efisien dan  efektif.  Dalam  jangka  panjang,  produk  yang  dihasilkan  UKM  Dharma  Karya  dapat
terdistribusi  dan  dikenal  oleh  masyarakat  luas.  Maka  dari  itu,  progam  kerja  yang  dijalankan
Yogyakarta, 30 November 2016
101
adalah  melakukan  penyediaan  alat-alat  penunjang  sebagai  pendukung  kegiatan  produksi maupun pemasaran.
Dalam kaitannya pengadaan alat, diperlukan adanya tutorial berkaitan dengan alat baru yang  akan  digunakan  oleh  UKM  Dharma  Karya.  Diantaranya  bagaimana  menggunakan  alat
dengan baik dan benar. Hal ini bertujuan agar alat tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih panjang. Alat-alat penunjang produksi ini sepenuhnya akan menjadi milik UKM Dharma Karya
yang  dananya  berasal  dari  Dana  Hibah  DIKTI.  Maka  dari  itu,  KKN  PPM  UII  memfasilitasi pembuatan stiker nomor inventaris alat-alat tersebut agar mudah dalam hal pengendalian dan
pemantauan  keberadaan  alat  tersebut.  Tindaklanjut  atas  progam  tentu  saja  akan  dilakukan sehubungan  dengan  upaya  KKN  PPM  UII  untuk  berusaha  menjalin  hubungan  baik  dan
memajukan UKM Dharma Karya. Manurut  Soewarno  Handayaningrat  administrasi  adalah  kegiatan  ketatausahaan  yang
terdiri  dari  berbagai  kegiatan  seperti  pembukuan  baik  penghitungan,  pencatatan  atau  yang lainnya  dengan  tujuan  untuk  menyediakan  informasi  yang  dibutuhkan.  Sedangkan  dala  arti
yang  sempit,  menurutnya  administrasi  merupakan  kegiatan  catat  mencatat  atau  pembukuan, surat menyurat atau lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan. Manurut Kotler  Amstrong
pemasaran merupakan sebuah proses managerial yang orang-orang didalamnya mendapatkan apa yang mereka inginkan  butuhkan melalui penciptaan  pertukaran produk-produk yang
ditawarkan  nilai produknya kepada orang lain Justin, 2000.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara
Qonita dan Prnanto, 2015. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat  dari  narasumber  yang  terpercaya.  Wawancara  dilakukan  dengan  cara  penyampaian
sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber dalam hal ini adalah Ketua UKM Dharma  Karya  untuk  memperolah  informasi  berkaitan  dengan  masalah  dan  kendala  yang
dihadapi  oleh para  anggota UKM.  Dari hasil wawancara tersebut,  kemudian penulis  melihat secara  langsung  proses  produksi  dari  masing-masing  anggota  UKM  Dharma  Karya  untuk
mengamati  sekaligus  berdiskusi  langsung  mengenai  keterbatasan  alat  yang  dimiliki  oleh masing-masing  anggota.  Penulis  juga  melakukan
tester
terhadap  produk  yang  telah  diolah sedemikian rupa untuk memberikan masukan mengenai rasa,
packaging,
dan juga pemasaran produk  tersebut.  Hingga  akhirnya  penulis  melakukan  diskusi  antar  anggota  KKN  PPM  UII
untuk menentukan alat-alat apa saja yang sangat menjadi prioritas untuk dibeli dan digunakan
102
oleh UKM Dharma Karya. Selanjutnya, dilakukan survei harga dan kualitas di pasaran terhadap alat-alat yang akan dibeli,penulis juga mengukur tingkat pemasaran yamg sudah dilakukan oleh
UKM  dan  terkahir  dilakukan  pembelian  setelah  harga  dan  kualitas  yang  dimaksudkan  telah terpenuhi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis  melakukan  sosisalisasi  kegiatan  yang  akan  dilakukan  kepada  anggota  UKM Dharma Karya sesuai dengan ajuan kebutuhan.
Berikut foto kegiatan sosialisasi di UKM Dharma Karya :
Gambar 1. Sosialisasi kegiatan UKM
KEGIATAN KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN : Studi banding carica ke wonosobo
Gambar 2. Studi banding ke Wonosobo Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik latar belakang sebagai berikut
yaitu dimana desa harjobinangun memiliki garis geografi yang mendominasi adalah pertanian
Yogyakarta, 30 November 2016
103
yang mana pemnfaatan hasil panen kurang maksimal sehingga banyaknya buah yg membusuk dan  terbuang,maka  dari  itu  tujuan  dari  ada  nya  studi  banding  ini  agar  ibu  dapat
mengimplementasikan ilmu yg sdh di terapkan dalam pembuatan atau pengeolahan buah carica atau sejenisnya.
Program ini dimaksudkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan menambah pemahaman  ibu  ibu  UKM  “DHARMA  KARYA”  dalam  pemnfaatan  buah  pepaya  yg  bisa
diolah sebagai makanan dan minuman kemasan dan juga bisa menigkatkan nilai ekonomi desa.
Introduksi Pembuatan Website Dan Pelatihan Pemasaran Melalui Media Online
Pemasaran  di  definisikan  sebagai  telaah  terhadap  aliran  produk  secara  fisis  dan ekonomik,dari  produsen  melalui  pedagang  perantara  ke  konsumen  Downey  dan
Erikson,1987. Pemasaran produk secara online saat ini banyak digunakan oleh para produsen barang  ataupu  reseller  untuk  memasarkan  dan  memperkenakan  produk  nya  ke  kalangan
masyarakat yang luas sehingga dapat meningkatkan nilai jual yang maksimal. Program pembuatan blog didasarkan pada wawancara dengan ketua UKM Dharma Karya
bahwa  selama  ini  proses  pemasaran  yang  terdapat  di  UKM  masih  menggunakan  cara konvensional  sehingga  pemasaran  produkbelum  luas  dan  belum  ada  media  online  untuk
pemasaran berbasis
online.
Gambar 3. Tampilan website UKM Dharma Karya
104
Pendampingan inovasi kualitas kemasan produk
UKM Dharma Karya yang rata-rata produk dari UKM tersebut adalah olahan makanan dan  minuman.  Olahan  makanan  tersebut  memiliki  rasa  yang  enak  dan  bahan-bahan  yang
digunakan tidak mengandung zat-zat yang berbahaya sehingga sangat berpotensi untuk dijual secara lebih luas. Tetapi untuk dapat memasuki pasar yang lebih luas, banyak hal yang harus
diperhatikan, salah satunya adalah kemasan atau
packaging
produk tersebut.
Packaging
dalam suatu produk haruslah memiliki standar dan menarik agar dapat dijual ke pasar yang lebih luas
dan tidak kalah saing dengan produk-produk lainnya.
Gambar 4. Pendampingan  inovasi kemasan produk
Sosialisasi produk Halal dan P-IRT
Sosialisasi dan promosi halal diperlukan untuk memberikan edukasi bagi anggota UKM Dharma Karya . Melalui kegiatan sosialisasi produk halal dan P-IRT diharapkan para anggota
UKM dan pelaku usaha dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya produk halal dan P- IRT.  Adapun  beberapa  program  kegiatan  sosialisasi  produk  halal  dan  P-IRT  adalah  sebagai
berikut: 1.
Memberikan edukasi tentang pentingnya produk halal. 2.
Memberikan edukasi Penting nya memiliki perizinan usaha. 3.
Sosialisasi tentang tantangan UKM di Masyarakat Ekonomi Asean MEA 4.
Memberikan bantuan untuk membuat lisensi halal berkerjasama dengan HTREND UII.
Yogyakarta, 30 November 2016
105
Gambar 5. Sosialisasi Produk Halal dan P-IRT
Pendampingan kualitas produk melalui kualitas air. Tandontanki  air  berfungsi  menampung  air  dari  sumber  air  baku  sebelum  dialirkan
kedalam  instalasi  pipa  didalam  rumah.  Dengan  tandon  air,  jika  suatu  saat  pasokan  air  dari sumber air baku bermasalah, kita masih memiliki persediaan air untuk jangka waktu. Layout
merupakan  skema  yang  mana  untuk  menjelaskan  detail-detail  mengenai  tandon  baik  dari jumlah  debit  air,  kecepatan  air,  jenis  penyaringan  air  yang  di  gunakan  dan  titik  koordinat
tandon. Tujuan dan manfaat dari layout tandon air adalah sebagai berikut :
1 Tempat menampung air dari sumber air baku.
2 Sebagai sumber air untuk dapat di distribusikan untuk keperluan UKM Dharma Karya
3 Menjelaskan secara detail mengenai kualitas air.
4 Menjadi bukti fisik untuk pengajuan proposal kepemerintah.
5 Menjadi acuan utama untuk melihat apakah kualitas air benar sehat untuk digunakan
dalam sebuah produksi makanan dan minuman UKM.
.
Gambar 6.Perbaikan kualitas tandon air Respon Masyarakat
106
Respon  dan  harapan  masyarakat  terhadap  pengadaan  dan  pelatihan  dan  soislisasi  dari KKN PPM UII kepada UKM Dharma Karya adalah sebagai berikut:
a. Bermanfaat bagi peningkatan kapasitas produksi b. Lebih cepat dan tanggap terhadap permintaan pasar
c. Rasa syukur atas diberikannya alat penunjang produksi d. Meningkatkan tingkat pemasaran bisnis UKM Dharma Karya
e. Perlengkapan administrasi perusahaan atau UKM Dharma Karya terpenuhi
KESIMPULAN
Terdapat  beberapa  permasalahan  yang  dihadapi  UKM  Dharma  Karya  sehingga  tidak dapat memproduksi dan melakukan pemasaran secara maksimal. Salah satu permasalahannya
yaitu keterbatasan sarana dan prasaranadan juga system pemasaran yang di lakukan. Sehingga KKN PPM UII  mengadakan program kerja berupa pengadaan alat-alat yang dibutuhkan UKM
Dharma Karya. Dengan pengadaan alat ini diharapkan UKM Dharma Karya dapat melakukan produksi dan pemasaran secara maksimal. Saran untuk program ini adalah supaya penggunaan
alat  dan  administrasi  dapat  berguna  dan  digunakan  secara  terus  menerus.  Kemudian  untuk rekomendasi program selanjutnya adalah karena alat yang diperlukan UKM sudah disediakan
maka  peran  selanjutnya  adalah  mengkader  anggota  UKM  Dharma  Karya  untuk mengembangkan  produk  mereka  baik  dari  segi  inovasi,  pemasaran  maupun  kualitas  produk.
Harapannya adalah UKM Dharma Karya menjadi lebih dikenal masyarakat dan produk yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran.
SARAN
Dengan melihat hasil evaluasi bahwa perlakuan-perlakuan yang dilaksanakan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain serta saling terkait, maka dapat direkomendasikan agar kinerja
usaha UKM meningkat sebagai berikut: 1
Pemberian  pinjaman  dilakukan  berdasarkan  penilaian  kelayakan  usaha  yang  ditetapkan terlebih dahulu, serta diklafikasikan berdasarkan jumlah modal, jenis usaha serta pasar yang
dituju. 2
Melihat  sumbangan  pelatihan  terhadap  kinerja  usaha  kecil,  maka  dirasakan  perlu  ditata kembali program pelatihan dengan memperhatikan hal-hal yang mendasar yaitu:
  Peserta  pelatihan  harus  benar-benar  UKM  yang  dapat  pinjaman  dan  tidak diperkenankan untuk diwakilkan
Yogyakarta, 30 November 2016
107
  Peserta  pelatihan  kiranya  dapat  dikelompokkan  berdasarkan  jenis  usaha,  jumlah pinjaman yang diberikan serta tingkat pendidikan formal yang ditempuh. Hal ini agar
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 3
Melihat kondisi ada, dimana UKM yang diteliti memiliki keterbatasan sebagai berikut,   Kemampuan pengelolaan dan perencanaan usaha
  Informasi pasar yang terbatas   Teknologi informasi yang minim
  Serta modal kerja terbatas
Dengan  kondisi  keterbatasan  di  atas,  maka  sulit  bagi  UKM  dalam  mengembangkan usahanya. Untuk itu perlu kiranya, bagi UKM yang oriantasi ekspor secara kontinyu diberikan
tambahan pengetahuan tentang manajemen ekspor secara langsung dan informasi tentang pasar ekspor dengan diikutkannya pameran-pameran yang ada.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini didanai oleh skema Program Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti.
DAFTAR PUSTAKA Longeneckker, J.G. 2000.
Small Business Management
. South-Western College Publishing.
Sintya,  Putri,  E.  Usaha  Kecil  Menengah  sebagai  Potret  UKM  Indonesia.  http:bisnis  dan Investasi.com.
Rini, E.S. 2013. Jenis Peran Pengembangan produk dalam meningkatkan penjualan.
Jurnal Ekonom
. Vol. 161
Qanita,  A.,  Pranoto,  N.H.  2015.  Aplikasi  Mesin  Penepung  Bahan  Herbal  untuk  Meningkatkan Efesiensi Produksi pada Skala Home Industri. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kuncoro,  M.  2011.  Perencanaan  Daerah:  Bagaimana  Membangun  Ekonomi  Lokal,  Kota  dan
Kawasan. Jakarta. Riyadi, B., Supriady, D. 2004. Perencanaan Pembangun Daerah: Strategi Menggali Potensi Dalam
Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta. Ainuri,  M.  2009.  Nilai  Ekonomi  Modal  Sosial  Sebagai  Media  Rekaysa  Difusi  Teknologi  Pada
Sentra Industri Pangan Skala Kecil. Vol 294. Downey,W.D dan Erickson,S.P Manajemen Agribisnis.Erlangga.Jakarta
108
PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK PANGAN HASIL INDUSTRI RUMAH
Munthoha
1
, Agus Mansyur
2
1
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia
Email: muntohafh.uii.ac.id
ABSTRAK
Desa Ngluwar merupaka n wilayah yang berada  di pusat pertumvbuhan kecamatan Ngluwar, Kabupaten  Magelang.  Sebagaian  besar  masyarakat  desa  Ngluwar  bekerja  sebagai  petani,
sedangkan  sebagaian  kecilnya  ada  pelaku  usaha  UKM  lokal  dibidang  pengolahan  pangan, sehingga  sedikit  banyak  mewarnai  pertumbuhan  ekonomi  desa  Ngluwar.  Dengan  potensi
sumberdaya manusia terutama pelaku usaha UKM sebenarnya bisa meningkatkan pengembangan potensi  lainnya  seperti  peningkatan  budidaya  tanaman  pangan  serta  penambahan  jumlah
sumberdaya  manusia  yang  terlibat  dalam  usaha  UKM  lokal.  Namun  dengan  latar  belakang sebagai  masyarakat  agraris  maka  para  pelaku  usaha  UKM  masih  memiliki  kultur  kerja  yang
belum  berkembangan  sebagaimana  diharapkan,  dimana  cara  berpikir  dan  hasil  usaha  mereka belum berkembangan dengan teknologi pengolahan pangan yang memadai.Pola kerja tradisional
masih sangat terasa dimana pengelolaan usaha belum dikembangan dengan manajemen usaha yang modern,  pengolahan  dibidang  pangan  makanan  belum  menerapkan  teknologi  yang  baik  yang
mampu  meningkatkan  kualitas  dan  kuantitas  produk.  Para  pelaku  usaha  masih  memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah bahan baku lokal dan keterbatasan pengetahuan dan skill
menggali potensi bahan pangan lokal yang dapat diolah sebagai produk makanan bernila i. Potensi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan pengembangan alat produksi memberikan peuang
yang baik bagi para pelaku usaha UKM desa Ngluwar karena masih tingginya permintaan pasar dan  kemampuan  serap  produk  makanan  olahan  dari  wilayah  Ngluwar  dan  sekitarnya.  Dengan
memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pelaku usaha UKM untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal diharapkan dapat menumbuhkan posisi tawar dalam persaingan
produk  dengan  wilayah  lain,  sehingga  dapat  mewujudkan  tujuan  utama  pemerintah  desa  untuk menekan keterbatasan ekonomi keluarga dan mampu mendorong  kesejahteraan masyarakat secara
lebih luas.
Kata kunci : Peningkatan kapasistas SDM, peningkatan kualitas produk
ABSTRACT
Ngluwar village is a region of central pertumvbuhan Ngluwar districts, Magelang. A large part of the village community Ngluwar work as fa rmers, whereas in part of his existing businesses
SMEs locally in the field of food processing, so a little more coloring Ngluwar village of economic growth. With the potential of human resources, especially businesses SMBs can actually increase
the potential development such as an increase in cultivation of food crops as well as increasing the number of human resources involved in the business SMEs locally. However, with a background
as an agrarian society then businesses SMEs still has a working culture that has not berkembangan as expected, where the way of thinking and the results of their efforts have not been progress with
food  processing  technology  that  memadai.Pola  traditional  work  is  still  strongly  felt  where management effort yet developed with modern business management, the field of food processing
food  do  not  apply  good  technology  that  can  improve  the  quality  and  quantity  of  products.  The businesses  still  have  limitations  in  increasing  the  number  of  local  raw  materials  and  lack  of
knowledge and skills to explore the potential of local foodstuffs that can be treated as a valuable food product. The potential for increased human resource capacity and development of production
tools provide peuang good for business SMEs Ngluwar village because of the high market demand and absorption  ability  of  processed  food products  from  the  region and  surrounding  Ngluwar.  By
providing training and assistance to businesses SMBs to improve the quality and quantity of local products is expected to grow bargaining in product competition with other regions, so as to realize
Yogyakarta, 30 November 2016
109
the  main  purpose  of  the  village  government  to  suppress  economic  limitations  families  and  to encourage the public welfare more large.
Keywords: Increasing the capacity of human resources, improvement of product quality
LATAR BELAKANG
Di negara Inbdonesia ini bahwa Usaha Kecil dan Menengah UKM mempunyai peranan strategis dalam kancah pembangunan teruatama dibidang perekonomian nasional. Peran UKM
mendorong  pertumbuhan  ekonomi  kelas  bawah,  ini  terbukti  dengan  banyaknya  tenaga  kerja yang terserap di berbagai sector UKM. Dengan kondisi ekonomi negara yang stagnan sekalipun
bahwa UKM tetap mampu bertahan dan masih bisa tumbuh dibandingkan dengan usaha yang berskala  besar.  Artinya  perekonomial  nasional  masih  bisa  bertahan  dalam  krisis  karena
didukung  oleh  keberadaan  dari  usaha  kecil  fan  menengah  ini.  Pengembangan  UKM  sudah sepantasnya  mendapat perhatian yang besar dari semua kalangan, baik pemerintah, perguruan
tinggi  maupun  para  pengusaha  besar.  Jaringan  kemitraan  harus  dibangun  untuk  menopang ketahan ekonomi nasional dengan prinsip saling member keuntungan.
Pengembangan UKM saat ini perlu di dorong untuk mengembangkan keunggulan lokal lingkungan internal menangkap peluang pasar global, dengan dasar sinergi otonomi daerah
dan  pasar  bebas.  Konsep  pemikiran  pengembangan  UKM  harus  berskala  global  dengan diterjemahkan  berdasarkan  kearifan  lokal  untuk  membangun  program  berskala  local  think
globaly and act locally sehingga kebijakan pengembangan UKM dapat berjalan sesuai kondisi dan situasi masyarakat.
Berdasarkan  Undang-undang  Nomor  25  Tahun  2004  tentang  Sistem  Perencanaan Pembangunan  Nasional  menjelaskan  bahwa  visi  adalah  rumusan  umum  mengenai  keadaan
yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Sebagai sebuah dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang merupakan sebuah rangkaian dokumen perencanaan daerah bersama-
sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Magelang Tahun  2005-2025  Peraturan  Daerah  Nomor  28  Tahun  2008,  maka  visi  di  dalam  RPJMD
Kabupaten Magelang Tahun 2014-2019 haruslah memiliki keterkaitan terhadap pencapaian visi RPJPD Kabupaten Magelang sebagai kesinambungan pembangunan daerah.
Dengan adanya kebijakan pembangunan yang mengarah pada RPJMD maka pemerintah kabupaten  magelang  akan  melanjutkan  program  pembangunan  yang  lebih  tepat  sasaran.
Program  tahun  2014-2019  dari  pemerintah  kabupaten    Magelang  dilaksanakan  dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Magelang pada masa lalu dan saat ini, tantangan
yang dihadapi  dalam 5 lima tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar
110
yang  dimiliki  serta  dengan  tetap  memperhatikan
motto
Kabupaten Magelang  yaitu “Gemah Ripah  Iman  Cemerlang”  atau  Magelang  Gemilang  dan  Visi  Pembangunan  Kabupaten
Magelang  Tahun  2009-2014.    Untuk  mewujudkan  visi  pembangunan  5  lima  tahun  maka ditempuh melalui 6 enam misi pembangunan daerah, salah satunya adalah
“ Membangun perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya saing” Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah
di  Kabupaten  Magelang  yang  memiliki  sejumlah  UKM  yang  potensial,  dimana  para  pelaku usahanya  merupakan  masyarakat  lokal  yang  melakukan  pengolahan  produk  pangan  berbasis
potensi  lokal.  Seiring  adanya  kegiatan  pendampingan  maka  muncul  beberapa  permasalahan yang  dihadapi  para  UKM  berupa  keterbatasan  skill  dan  wawasan  usaha.  Beberapa  masalah
tentang pengolahan produk masih bersifat tradisonal, pengemasan dan packing produk masih sederhana,  serta  standar  produk  belum  mengacu  pada  standar  BPOM.  Oleh  karenanya
pelaksanaan  program  pengembangan  UKM  akan  diarahkan  pada  pengembangan  SDM  dan pembaharuan teknologi melalui bentuk pengabdian kepada masyarakat.
PERMASALAHAN
Keberadaan  usaha  skala  kecil  dan  menengah  UKM  di  Indonesia  adalah  merupakan subyek  pemikiran  yang  senantiasa  menjadi  perjhatian  banyak  pihak  sebab  perusahaan  skala
kecil ini ada di tiap wialayah terkecil sekalipun, dan dampaknya menciptakan lapangan kerja yang potensial. Fakta menyatakan bahwa sektor ekonomi UKM memiliki proporsi unit usaha
terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 Demikian  halnya  dengan  kecamatan  Ngluwar,  Kabupaten  Magelang  merupakan
kecamatan  yang  berbatasan  dengan  Daerah  Istimewa  Yogyakarta,  yaitu  berbatasan  dengan kabupaten  Sleman  dan  Kabupaten  Kulon  Progo.  Kecamatan  Ngluwar  merupakan  daerah
pertumbuhan  yang  cukup  menjanjikan  sebagai  daerah  pertumbuhan  ekonomi  yang  tinggi dimana memiliki 8 desa.
Program  pemberdayaan  masyarakat  bisa  dilakukan  oleh  banyak  pihak,  termasuk perguruan tinggi merupakan satu mitra alternatif bagi masyarakat untuk bisa lebih aktif dalam
mengembangkan  potensi  diri,  dan  memperbaiki  perekonomian  keluarga.  Dengan  adanya program  pendampingan  dalam  pemberdayaan  masyarakat,  bisa  lebih  berperan  aktif  dalam
menjalankan serta mengembangkan perekonomian yang ada di Desa. Dengan adanya kemitraan dengan perguruan tinggi diharpkan Usaha Kecil dan Menengah UKM masyarakat Desa, dapat
berjalan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dari Sumber Daya Alam SDA dan Sumber Daya Manusia SDM yang ada di Desa.
Yogyakarta, 30 November 2016
111
Kemauan dan keuletan pelaku usaha di masyarakat dalam menggeluti pekerjaan sebagai produsen produk pangan dapat dilihat dalam kegiatan produksi dari produk-produknya. Setiap
hari masyarakat UKM harus berproduksi karena permintaan pasar selalu terjadi setiap hari, selain itu  keberlangsungan usaha sangat tergantung dari hasil penjualan produk tiap harinya..
Kapasitas produksi masyarakat atas produk yang dihasilkan saat ini diserap pasar dalam ukuran kiloan, sehingga nilainya sangat ditentukan oleh harga pasar. Sedangkan kemampuan
untuk menemukan pasar baru di luar penjualan kiloan belum mampu bersaingan dengan produk jadi yang sudah ada di pasar tertentu.
Berdasarkan masih besarnya peluang permintaan produk pangan maka pemerintah Desa Ngluwar berupaya menumbuhkan potensi lokal berbasis kompetensi sumberdaya manusianya.
Pemanfaatan hasil pertanian dan perkebunannya harus dilakukan secara optimal, yaitu dengan memanfatkan ilmu Teknologi Pengolahan pangan. Mengingat persaingan cukup tinggi, produk-
produk makanan lokal hasil UKM setempat memerlukan pendampingan oleh perguruan tinggi, mengingat  tingkat  pengetahuan  dan  skill  SDM  lokal  belum  mampu  mendorong  peningkatan
produk yang ada. Dengan  memperhatikan  Undang-Undang  No.  25  Tahun  2000  tentang  Program
Pembangunan Nasional serta amanatnya dalam rangka meningkatkan produksi dan konsumsi yang  beragam  untuk  menunjang  Program  Peningkatan  Ketahanan  Pangan  maka  perlu
pembinaan  dan  pengembangan  UKM  melalui  Diversifikasi  Pangan  Olahan  Berbahan  Baku Lokal.
Oleh karenanya perlu pengawalan terhadap UKM agar memiliki cara produksi yang baik CPB atau dalam bahasa asing dikenal
Good Manufacturing Practice
GMP, harus diterapkan kepada  semua  aspek-aspek  yang  berhubungan  dengan  produksi,  agar  produk  memenuhi
harapan  konsumen,  berarti  bahwa  produk  yang  dibeli  pada  kenyataanya  sama  dengan  yang diklaim  pada  label,  tepat  digunakan,  tidak  terkontaminasi  dengan  apapun  yang  mungkin
berbahaya  dan  tidak  memiliki  kandungan  bahan  kimiawi  yang  merusak  kesehatan,  sehingga perlu standar pengawetan, pengemasan dan penyimpanan yang baik.
Dengan memperhatikan banyaknya permintaan yang terjadi tiap hari sesungguhnya para UKM  mampu  memenuhi  permintaan  pasar,  namun  kemampuan  belum  bisa  optimal  karena
masih ada keterbatasan alat.
112
Tabel 1 . Potensi Permintaan Pasar No
Produk UKM
Kapasitas 1 bal: 2,5Kg Permintaan
1 Criping Ketela
21 ± 90 - 100 bal  hari
≥ 200 balhari 2
Criping Pisang 16
± 90 - 100 bal  hari
≥ 200 balhari
Dari kapasistas produksi 21 UKM saat ini baru mampu menghasilkan ± 90 - 100 bal  hari criping ketela dan 16 UKM  juga baru mampu menghasilkan criping pisang sebanyak ± 90 -
100  bal    hari,  karena  masih  adanya  keterbatas  kemampuan  tiap  UKM.  Sedangkan  potensi permintaan pasar masih belum mampu dipenuhi, sehingga jika dibiarkan maka potensi pasar
tersebut dapat di raih oleh produk UKM luar wilayah desa Ngluwar. Masalah yang Dihadapi UKM saat ini Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh
Usaha Kecil dan Menengah UKM, antara lain meliputi:
1
Faktor Internal
a Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan
untuk mengembangkan suatu unit usaha. Minimnya permodalan UKM di desa Ngluwar disebabkan  oleh  factor  tikat  perekonomian  keluarga,  yaitu  UKM  yang  ada  pada
umumnya masih  merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik  usaha itu sendiri. Sedangakan kemampuan
untuk  mengakses  pendanaan  dari  luar  masih  belum  dilakukan  karena  pola  piker  dan kemampuan usahanya dianggap masih kecil sehingga menjadi penghambat kemajuan
usahanya. b
Kualitas Sumber Daya Manusia SDM dari para UKM desa Ngluwar pada dasarnya tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga berkesinambungan. Pada sisi
lain tingkat pendidikan formal maupun dukungan pengetahuan dan skill masih belum memadai  untuk  menopang  perkembangan  usahanya.  Pengaruh  system  manajemen
pengelolaan  usaha  keluarga  berdampak  pada  kesulitan  berkembang,  apalagi kemampuan  untuk  memasukan  perkembangan  teknologi  terapan  baru  untuk
meningkatkan kemampuan dan daya saing produk yang dihasilakn oleh usahanya. c
Belum  adanya  dukungan  jaringan  usaha  dan  kemampuan  penetrasi  pasar  yang  kuat membuat  UKM  desa  Ngluwar    mempunyai  banyak  keterbatasan  menyebabkan  sulit
untuk meningkatkan pengembasngan produk usahanya.
Yogyakarta, 30 November 2016
113
d Dengan  lemahnya  daya  serap  produk  membuat  UKM  tidak  mudah  untuk
mengembangkan produksinya secara lebih besar serta kualitasnyapun menjadi kurang kompetitif. UKM.
e Factor  mentalitas  pelaku  usaha  UKM  belum  memadai,  dimana  jiwa  kewirausahaan
menjadi hal penting yang sering dilupakan dalam pembinaan dan pengembangan UKM di  pedesaan.  Suasana  pedesaan  yang  menjadi  latar  belakang  dari  UKM  seringkali
memiliki  andil  juga  dalam  membentuk  kinerja  para  pelaku  usaha  UKM.  Beberapa diantaranya konerja atau ritme kerja cenderung datar kurang aktif untuk menemukan
peluang-peluang  pasar,  tidak  uletnya  membangun  jaringan  informasi  dan  kemitraan yang memperlambat gerak majunya usaha.
2  Faktor Eksternal
a Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif untuk upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan
Menengah UKM. Banyak factor yang mempengaruhi dalam pengabilan kebijakan oleh pemerintah dalam memberdayakan UKM. Iklim persaingan masih dirasa kurang sehat
dan terkadang merugikan para pelaku usaha kecil. b
Banyak  UKM  masih  memiliki  keterbatasan  dalam  penyediaan  sarana  dan  prasarana usaha.    Minimnya  informasi  tentang  kemanjuan  teknologi  terapan  mwembuat  para
UKM lamban dalam memanfatkan kesempatan itu. Akibatnya masih banyak sarana dan prasarana yang mereka miliki kurang mendukung kemajuan usahanya.
c Rendahnya kualitas produk teruatama makanan olahan local home industry membuat
UKM tidak mudah bersaing secara lebih luas di lini produknya. Faktornya adalah sifat produk dengan ketahanan pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri
atau karakteristik sebagai produk-produk yang kurang bertahan lama. Banyakk factor meliputi bahan baku kurang baik, system produksi yang kurang memenuhi criteria baik
serta pengemasan produk yang tidak baik. d
Terbatasnya  akses  pasar  menyebabkan  produk  yang  dihasilkan  UKM  tidak  dapat dipasarkan secara kompetitif. UKM hanya sebatas melayani konsumen perantara yang
justru ikut menentukan harga pembelian kepada UKM. e
Dengan keterbatasan akses informasi, UKM akan sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap  kemampuan  untuk  berkompetisi  pada  produk  yang  sama  dari  UKM  lain,
sehingga  tidak  dapat  diketahui  seberapa  besar  daya  saing  dan  kualitas  produk  yang dihasilkan untuk jangka panjang.
114
METODE
Atas  berbagai  masalah  yang dihadapi  oleh masyarakat  di  Desa  Ngluwar, khususnya di maka disusun solusi yang dapat dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu :
a. FGD, yaitu melaksanakan dialog dengan para UKM yang masih aktif dalam usahanya
guna  menemukenali  permasalahan  utama  dari  usahanya  dan  penguatan  komitmen usaha yang berorientasi pada kebutuhan pasar.
b. Pemetaan dan identifikasi bahan baku pangan lokal yang potensial digunakan dalam
pembuatan produk pangan. c.
Perencanaan kegiatan bisnis bisnis plan di tingkat kelompok sasaran. d.
Penerapan Teknologi pengolahan pangan pada produk unggulan serta pemasarannya berbasis konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk meningkatkan daya saing
UKM. e.
Melaksanakan Penyediaan teknologi terapa berupa alat pendukung usaha yang dapat meningkatkan kualitas produk secara terpadu.
f. Pelatihan pengolahan pangan local secara baik dan benar.
g. Pelatihan Manajemen usaha dan administrasi keuangan UKM
h. Pendampingan  masyarakat  UKM  Desa  Ngluwar  agar  ada  keberlanjutan  kegiatan
usahanya sesuai dengan prinsip ASUH.
PELAKSANAAN PROGRAM
Pelaksanaan Program meliputi : a.
Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komit- men usaha berorientasi pasar
b. Penyuluhan Kewirausahaan dalam UKM Bisnis Plan
c. Praktek pembuatan Bisnis Plan di kelompok UKM
d. Pengenalan Teknologi Pengolahan Pangan
e. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing
bahan serta gizi bahan makanan f.
Pengenalan Bahan Tambahan Pangan BTP g.
Good Manufacturing Practice GMP Cara Produksi yang Baik CPB h.
Manajemen Pangan dengan konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal  sanitasi, hygiene dan keamanan pangan.
i. Perencanaan dan Cara Mendesain Kemasan
j. Praktek Pengemasan
Yogyakarta, 30 November 2016
115
k. Praktik Pengolahan Pangan Lokal
l. Penyediaan  fasilitas  produksi  untuk  mendukung  peningkatan  kuantitas  dan  kualitas
produk pangan. m.
Pelatihan pemasaran produk secara sederhana dan efektif . n.
Pelatihan Administrasi dan Keuangan Usaha.
Profil Mitra kerjasama
a. Para pelaku usaha UKM Desa Ngluwar sudah  lama memiliki pengolahan produk pangan
yang  dihasilkan  industri  rumah  tangga.  Para  pelaku  usaha  UKM  jumlahnya  cukup lumayan untuk ukuran Desa di kabupaten Magelang yaitu berkisar 81 UKM. Hasil produk
olahan pangan tersebut dipasarkan ditingkat lokal dan keluar wilayah kecamatan Ngluwar b.
Berdasarkan potensi yang paling menonjol adalah industri pengolahan produk makanan, diantaranya meliputi :
Tabel 2. Produk UKM  Desa Ngluwar No  Produk Pangan
Bahan UKM
1 Kerupuk Lele
Ikan Lele 4 unit
2 Slondok
Ketela 6 unit
3 Lempeng
Nasi Beras 9 unit
4 Criping Ketela
Ketela 21 unit
5 Lanting
Ketela 5 unit
6 Rengginan
Nasi Beras 4 unit
7 Bolu Kukus
Waluh  Ketela 3 unit
8 Susu Jagung
Jagung 2 unit
9 Kerupuk Ketela
Ketela 6 unit
10 Galundeng Kering
Tepung 3 unit
11 Criping Pisang
Pisang 16 unit
12 Jamur Crispy
Jamur Kuping 2 unit
Sumber : Desa Ngluwar c.
Dari 81 unit usaha UKM dengan produk pada tabel di atas, bahwa produk yang paling besar diserap pasar adalah produk berbahan ketela dan pisang. Produk berbahan ketela dan
pisangpun  jenisnya  adalah  criping.  Sedangkan  sebagian  produk  lainnya  masih membutuhkan waktu untuk berkembangan seperti produk criping.
d. Dengan  kondisi  di  atas  maka  pada  tahun  2014  telah  diupayakan  untuk  menumbuh
kembangkan produk yang ada dari warga masyarakat bersama banyak pihak. Tujuannya
116
untuk memberi nilai tambah bagi usaha masyarakat, baik usaha yng sudah berjalan maupun warga masyarakat yang akan merintis atau memulai usaha baru.
e. Para UKM desa Ngluwar sesungguhnya memiliki banyak permintaan produk yang cukup
besar.  Diantara  produk  yang  paling  banyak  diminati  adalah  produk  criping  pisang  dan criping  ketela.  Mulai  tahun  tahun  2000  banyak  pihak  telah  mengupayakan  pembinaan
hasil-hasil  pertanian  dan  perkebunan  namun  belum  masimal  karena  dukungan  banyak pihak masih sebatas pembinaan pengetahuan dan skill yang tidak berkelanjutan sehingga
hasil yang diharpkantidak bias mempengaruhi perubahan ekonomi keluarga di masyarakat.
Tahapan Realisasi Program
Pada  pelaksanaan  KKN  di  desa  Ngluwar  telah  dilakukan  pertemuan  awal  dengan masyarakat  teruatama  mengundang  kelompok  UKM  untuk  memaparkan  progran  KKN
Tematik,  terkait  program-program  yang  disesuaikan  dengan  kebutuhan  masyarakat  sasaran. Selanjutnya dilakukan kegiatan berdasarkan acuan program yang telah disusun dalam program-
program KKN PPM meliputi : a.
Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komitmen usaha  berorientasi  pasar,  dimana  para  UKM  yang  ada  di  desa  Ngluwar  masih  bersifat
tradisional dalam pengelolaan, dan pemahaman terhadap pasar masih sebatas jualan produk. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2016 jam 19.30 WIB.
Gambar 3. Dialog dengan para pelaku usaha lokal UKM b.
Pemetaan  bahan  pangan  lokal  yang  potensial  untuk  pengolahan  produk  pangan  baru. Beberapa bahan pangan yang dikelola masyarakat masih ada yang belum diolah dan masih
dijual mentah dari hasil budidaya tanaman pangan. Olehkarenanya perlu pemetaan  ulang dan  pendampingan  untuk  memberikan  bantuan  pemikiran  ataupun  skliil  biladibutuhkan
untuk  pengolahan  pasca  budidaya.  Pelaksanaan  ini  dilakukan  membutuhkan  kecermatan dan  waktu  yang  cukup  guna  mengetahui  apakah  setiap  bahan  pangan  dapat  diberi  nilai
Yogyakarta, 30 November 2016
117
tambah atau tidak sehingg mampu menaikan harga jual yang lebih baik. Dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus 2016 hingga waktu 12 Agustus 2016
Gambar 4. Pemetaan Potensi bahan pangan lokal c.
Pendampingan  kepada  para  UKM  lokal  untuk  melihat  kembali  unit  usahanya  yang  sedang berjalan guna melihat potensi berkembangnya usaha melalui pengelolaan yang baik dan benar.
Proses ini memberikan dampingan pembelajaran secara utuh kepada para UKM berdasarkan kasus usaha masing-masing UKM. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Proses
ini diarahkan hingga pembelajaran pada Perencanaan Bisnis UKM skala kecil hingga menengah
Bisnis Plan
. Dilaksanakan mulai tanggal 6 Agustus 2016 dan diharapkan bisa mendampingan beberapa UKM hingga tanggal 13 Agustus 2016
Gambar 5. Penyuluhan Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal
Gambar 6. Pendampingan Pemahaman Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal d.
Pembinaan para UKM local agar memiliki wawasan dan mengerti perlunya produk yang di produksi  berstandar  makanan  sehat,  aman  dan  berkualitas.  Maka  kepada  beberapa  UKM
118
dilakukan pendampingan untuk mengikuti aturan dan ketentuan mengenai produksi makanan yang  aman,  sehat,  utuh  dan  halal  ASUH  sesuai  yang  disyaratkan  oleh  pemerintah  melalui
BPOM. UKM didampingi untuk mendaftar produknya guna mendapatkan ijin produksi PIRT terhadap  usaha  produksi  makanan  olahan  yang  menjadi  sumber  pendapatan  keluarganya.
Dilaksanakan tanggal 14 sd 15 Agustus 2016.
Gambar 7. Pendampingan kepada para UKM untuk mewujudkan produk terstandart BPOM e.
Sebagai bagian dari proses pembinaan dan pengembangan UKM maka KKN UII bekerjasama dengan Pemerintah Desa Ngluwar untuk meningkatkan kemampuan produksi para UKM yang
ada. Dari beberapa UKM yang ada terdapat beberapa yang masih membutuhkan pendampingan guna  meningkatkan  kemampuan  produksinya.  Salah  satunya  adalah  dengan  memberikan
bantuan alat-alat produksi yang sesuai dan dibutuhkan para UKM tersebut. Bersama pemerintah desa maka para UKM  diberikan pengarahan tentang motivasi  dan kemampuan berwirausaha
Agar para UKM memiliki semangat untuk menumbuhkembangkan usahanya keraha yang lebih baik.
Gambar 8. Penyerahan bantuan alat produksi bagi UKM dari mahasiswa dan pengarahan pembinaan dari Desa
f. Bagi para UKM telah memiliki berbagai produk hasil usahanya dengan segala kemampuannya,
dan masing-masing punya teknik atau cara yang berbeda dalam pengolahan bahan baku sebagai dasar produknya. Dengan menggunakan alat rekayasa produk maka para UKM telah mencoba
menggunakan teknologi yang lebih baik dari sebelumnya. Para UKM selama ini menggunakan pisau atau alat pemotong lain untuk  mengolah bahan baku seperti  ketela, pare, kentang atau
bahan  lainya.  Dengan  menggunakan  alat  potong  berupa  mesiin  pemotong  cepat  maka  dapat
Yogyakarta, 30 November 2016
119
menghemat tenaga, memudahkan pemotongan bahan sesuai ukuran yang sama. Pelaksanaannya dilakukan tanggal 18 Agustus 2016.
Pemotongan manual pisau Tangan
Gambar 9. Pengenalan Teknologi Pengolahan bahan Pangan
g. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing bahan
serta  gizi  bahan  makanan  melalui  2  kali  penyuluhan  kepada  para  UKM  maupun  warga masyarakat sekitar. Kegiatannya dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2016.
Gambar 10. Penyuluhan Pangan Berbahan Baku Lokal macam dan sifat - gizi makanan
Selanjutnya  dilakukan  beberapa  praktek  mengenai  pengolahan  bahan  makanan  pilihan  lain sebagai produk baru ketela, jagung dan tepung. Dilaksanakan pada tanggal 22 sd 23 Agustus
2016.
120
Gambar 11. Praktek Pengolahan Pangan Berbahan Baku Lokal
h. Dari beberapa produk para UKM dapat di evaluasi melalui kegiatan penyuluhan tentang konsep
pemasaran  baik  yang  sederhana.  Kegiatan  ini  dilaksanakan  pada  tanggal  25  Agustus  2016. Pemasaran juga berkaitan dengan pola pengemasan produk para UKM yang selama ini sudah
ada. Pengemasan dapat dipilah berdasarkan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen.
Gambar 12. UKM dan masyarakat dikenalkan desain kemasan menarik sesuai kebutuhan produk
Beberapa produk dijual berdasarkan konsumen yang menghendaki dengan model ukuran tertentu dan model curah, sehingga pengemasan akan menyesuaikan pilihan konsumen tersebut.
Dengan adanya dua moidel serapan pasar oleh konsumen maka mahasiswa mendorong untuk melakukan pengemasan yang baik dan tahan terhadap segala kondisi. Beberapa contoh kemasan
di  atas  merupakan  kemasan  untuk  melayani  model  konsumen  menengah  keatas  sehingga diperlukan pengenalan konsep pengemasan yang baik dan menarik.
Sedangkan pengemasan yang memenuhi konseumen tertentu model kemasannya tertentu pula seperti pembelian konsumen dalam jumlah tertentu Kg, ons atau ball.
Yogyakarta, 30 November 2016
121
Gambar 13. Pengolahan dan Produk olahan
Gambar 14. Pengemasan produk olahan
Gambar 15. Pengemasan produk olahan kg, gram dan ball i.
Sebagai  tahap  lanjutan  dari  pembinaan  bagi  para  UKM  adalah  memberikan  penyuluhan terhadap segala yang terkait administrasi, seperti
penyuluhan keuangan, penghitungan HPP produk, pembukuan neraca keuangan
.
122
Gambar 17. Penyuluhan administrasi dan Keuangan j.
Proses  hasil  pembinaan  UKM  diharapkan  ada  umpan  balik  dari  masyarakat  luas  maka dilakukan pameran produk UKM di tingkat Kecamatan untuk siar produk terhadap masyarakat
luas.  Beberapa  produk  ditampilkan  dan  di  tunjukkan  pula  profil  Desa  Ngluwar  tahap  awal editan awal sebagai gambaran tentang usaha-usaha masyarakat di berbagai bidang.
Gambar 18. Pameran di Kecamatan Ngluwar :  produk alternative dari hasil pelatihan kepada masyarakat
Yogyakarta, 30 November 2016
123
Gambar 19. Profil Desa Ngluwar :  beberapa tampilan halaman profil
KESIMPULAN
Program  kegiatan  KKN  UII  di  desa  Ngluwar  ini  masih  tahap  awal    sehingga  kegiatan masih  belum  banyak,  yaitu  mulai  seleksi  awal  mahasiswa  hingga  pelaksanaan  beberapa
kegiatan  KKN  yang  direncanakan.  Oleh  karenanya  kegiatan  yang  terlaporankan  masih sementara. Maka dapat disimpulkan meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan awal persiapan dan pembinaan melalui program sudah dilaksanakan
guna mewujudkan hasil yang diharapkan. 2.
Kegiatan  dialog  dan  pemetaan  usaha  masyarakat  UKM  dan  kegiatan  dampingan perencanaan  usaha  sudah  dilaksanakan  sehingga  kegiatan  KKN  sudah  berjalan  sesuai
dengan arah dan sasaran program. 3.
Beberapa luaran seperti a.
adanya  pemahaman  tentang  pentingnya  melakukan  perencanaan  bisnis  tradisional melangkah pada perencanaan bisnis yang lebih maju.
b. terlatihnya  kelompok  usaha  masyarakat  dalam  pembuatan  rencana  usaha  kedepan
dengan berbasis potensi wilayah. c.
Terpetakannya bahan-bahan hasil budidaya lokal yang potensi untuk dikembangkan sebagai  alternative  diversifikasi  produk  makanan  lokal  seperti  tumbuhan  gagan-
gaganan, pace dan kenikir
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis  mengucapkan  terima  kasih  kepada  Direktorat  Riset  dan  Pengabdian  masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
124
hibah  untuk  pelaksanaan  kegiatan  Pengabdian  Masyarakat  KKN-PPM  Kuliah  Kerja  Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan  RI,  Indonesia,  Departemen  Kesehatan,  Direktorat  Jenderal  Pembinaan
Kesehatan Mayarakat, Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
Yogyakarta, 30 November 2016
125
PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO
KABUPATEN PURWOREJO
3
Nur Feriyanto
1
, Abdul Jamil
2
1
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia e-mail: nur.feriyantouii.ac.id
ABSTRAK
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang  yang  sangat  besar  bagi  setiap  desa  yang  ada  di  Indonesia  untuk  bisa  mengembangkan
setiap  potensi  yang  dimilikinya  secara  mandiri  sesuai  kebutuhan  masing-masing  dalam  rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4 tersebut  bertujuan mendorong
prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna  kesejahteraan  bersama;  serta  memajukan  perekonomian  masyar akat  Desa  serta  mengatasi
kesenjangan  pembangunan  nasional.  Namun  saat  ini  masih  sangat  sedikit  desa  yang  mampu mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai
obyek  pembangunan  sehingga  sangat  menggantungkan  diri  pada  bantuan  pemerintah  pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang
bersifat  sentralistik  pada  masa  lalu  mengakibatkan  banyak  potensi  dibiarkan  terbengkalai  tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat. Dalam upaya mengelola potensi yang ada
tersebut,  maka  diperlukan    penguatan    kelembagaan  melalui  peningkatan  kapasitas  dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta bertanggung jawab sehingga
mampu  memajukan  perekonomian  masyarakat  dan  mengatasi  permasalahan  kemiskinan  yang selama ini terjadi.
Kata Kuci: Undang-undang Desa, dan  Penguatan kelembagaan
ABSTRACT
With  the  enactment  of  Law  No.  6  of  2014  on  the  village  then  became  a  tremendous opportunity  for  every  village  in  Indonesia  to  be  able  to  develop  all  their  potential  independently
according to the needs of each in order to realize the public welfare. Law number 6 th 2014 Article 4  is  to  encourage  initiative,  movement,  and  the  participation  of  the  village  community  to  the
development  potential  and  assets  for  the  welfare  of  the  village  together;  as  well  as  improve  the economy  of  the  village  community  and  overcome  the  gap  of  national  development.  But  this  time
there  is  very  little  village  that  is  able  to  develop  its  potential.  It  is  due  to  this  village  for  more positioned  as  the  object  of  development  so  it  relied  on  the  help  of  the  central  government.  Low
creativity of human resources in the village as a result of the development system is centralized in the past resulted in a lot of potential left to rot is not developed to the source of the prosperity of
society.  In  an  effort  to  manage  the  existing  potential,  the  necessary  institutional  strengthening through the establishment of institutional capacity building in a professional, efficient, effective and
responsible so as to improve the economy of the community and solve the problems of poverty that has been happening.
Kuci said: Act Village, and institutional strengthening
3
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
126
LATAR BELAKANG
Dengan  diberlakukannya  Undang-undang  nomor  6  tahun  2014  tentang  Desa  maka menjadi  peluang  yang  sangat  besar  bagi  setiap  desa  yang  ada  di  Indonesia  untuk  bisa
mengembangkan  setiap  potensi  yang  dimilikinya  secara  mandiri  sesuai  kebutuhan  masing- masing  dalam  rangka  mewujudkan  kesejahteraan  masyarakat.  UU  nomor  6  th  2014  pasal  4
tersebut    bertujuan  mendorong  prakarsa,  gerakan,  dan  partisipasi  masyarakat  Desa  untuk pengembangan  potensi  dan  Aset  Desa  guna  kesejahteraan  bersama;  serta  memajukan
perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal
ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga sangat  menggantungkan  diri  pada  bantuan  pemerintah  pusat.  Rendahnya  kreatifitas  sumber
daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat
sentralistik
pada masa  lalu  mengakibatkan  banyak  potensi  dibiarkan  terbengkalai  tidak  dikembangkan  untuk
sumber kemakmuran masyarakat. Pembangunan  desa  hakekatnya  merupakan  basis  dari  pembangunan  nasional,  karena
apabila  setiap  desa  telah  mampu  melaksanakan  pembangunan  secara  mandiri  maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan meningkatkan indek
kemakmuran  masyarakat  Indonesia.  Untuk  bisa  mewujudkan  semua  ini  maka  pemerintahan desa bersama-sama dengan segenap lembaga dan tokoh  masyarakat  perlu mengenali potensi
apa  saja  yang  ada  baik  fisik  maupun  non-fisik  dan  memahami  bagaimana  strategi  dan  cara mengembangkan potensi tersebut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
masyarakat. Dalam  pengembangan  potensi  desa  harus  diseuaikan  dengan  permasalahan  kehidupan
atau  kebutuhan  masyarakat  agar  hasilnya  benar-benar  bisa  dirasakan  untuk  meningkatkan kesejahteraan secara luas sesuai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam upaya mengelola
potensi  yang  ada  tersebut,  maka  diperlukan  penguatan    kelembagaan  melalui  peningkatan kapasitas  dalam    terwujudnya  kelembagaan  yang  profesional,  efisien  dan  efektif  serta
bertanggung  jawab  sehingga  mampu  memajukan  perekonomian  masyarakat  dan  mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi.
PERMASALAHAN
Desa  sidorejo  merupakan  wilayah  desa  di  Kabupaten  Purworejo  yang  masuk  dalam kategori kemiskinan sedang, faktor ini dilihat dari tingkat ekonomi warga, pekerjaan, tingkat
pendidikan, rumah tinggal dan kesehatan. Menurut data dari pemerintahan desa, kemiskinan di
Yogyakarta, 30 November 2016
127
wilayah Desa Sidorejo  berjumlah 363 jiwa penduduk  yang tersebar di 5  pedukuhan  yaitu di pedukuhan bokongan  berjumlah 53 jiwa , sorogenen berjumlah 24 jiwa , jurangjero berjumlah
97 jiwa, dan jambean berjumlah 189 jiwa
sumber desa Sidorejo 2014
. Ketidak berdayaan dan kemampuan lembaga desa dalam mengelola potensi desa yang
ada, menjadikan pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo mengalami
stagnasi
, hal tersebut dikarenakan lembaga desa tidak memiliki peran dan tanggung jawabnya dalam pengentasan
kemiskinan  berbasis  pengembangan  potensi  lokal  yang  ada..  Permasalahan –permasalahan
tersebut akibat dari:
No Aspek
Permasalahan
1. Tidak adanya perencanaan
dalam menyongsong UU Desa no 6 tahun 2014
1. Kemampuan SDM dalam memamahami UU
Desa no 6 tahun 2014 2.
Kemampuan  SDM  dalam  membuat perencaaan pengembangan desa terbatas
3. Tidak  adanya  perencanaan  pengembangan
jangka pendek dan panjang 4.
SDM  dalam  menyusun  perencanaan berdasarkan kebutuhan
5. Ketidaktahuan  SDM  dalam  membuat
perencanaan yang baik
2. Tidak ada pemetaan dan
profil wilayah 1.
SDM tidak memiliki kemampuan memotret potensi wilayah
2. SDM  tidak  memiliki  kemampuan  dalam
memetakan wilayah 3.
SDM  tidak  memiliki  kemampuan  dalam menyusun profil desa
3. Keterbatasan kemampuan
lembaga dalam mengelola potensi desa
4. Tidak adanya pendataan potensi desa
5. Tidak adanya tanggung jawab SDM dalam
pengembangan potensi desa 6.
Kemampuan SDM dalam mengembangkan potensi yang ada terbatas
4. Sinergitas antar lembaga
1. Lembaga  tidak  memiliki
sinergitas
kerjasama  dalam  pengembangan  potensi desa
2. Perbedaan tujuan lembaga
128
3. Tidak  adanya  keterlibatan  partisipasi
masyarakat  dalam  pengembangan  potensi wilayah
METODE ANALISIS Berdasarkan  permasalahan  tesebut  dapat  dilakukan  analisis  SWOT  untuk  menemukan
strategi  penyelesaian  masalah.  Analisis  mengunakan  analisis  SWOT  adalah  identifikasi berbagai  faktor  secara  sistematis  untuk  merumuskan  strategi  yang  harus  dilakukan  untuk
menyelesaikan  masalah.    Analisis  ini  didasarkan  pada  logika  yang  dapat  memaksimalkan kekuatan
strength
dan  peluang
opportunities
,  namun  secara  bersama-sama  dapat meminimalkan kelemahan
weakness
dan ancaman
threats
. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010;
Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
1 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor  eksternal  dapat  diperoleh  dengan  cara  menganalisis  lingkungan  eksternal perusahaan  dengan  kegiatannya  seperti  analisis  terhadap  competitor,  analisis  terhadap
nasabah,  kreditur,  kondisi  perekonomian,  demografi,  kebijakan  pemerintah  dan sebagainya.  Faktor-faktor  strategi  eksternal  merupakan  peluang  dan  ancaman  bagi
perusahaan.  Setelah  faktor-faktor  strategi  perusahaan  ditentukan  selanjutnya  menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS
Eksternal Strategic Factors Analysis Summary
. 2
Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor  ini  diperoleh  berdasarkan  gambaran  keadaan  internal  perusahaan  seperti
sumber  daya,  kemampuan  produksi,  kondisi  keuangan  dan  sebagainya.  Faktor  strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS
Internal Strategic Factors Analysis Summary
. 3
Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT.
Yogyakarta, 30 November 2016
129
Tahap  selanjutnya  adalah  mentransfer  peluang,  ancaman  serta  kekuatan  dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: i
Dalam  sel
opportunities
O  buat  5  sampai  10  peluang  eksternal.  Sel  itu  harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
j Dalam  sel
Treats
T  buat  5  sampai  10  anacaman  eksternal  yang  harus  dihadapi perusahaan.
k Dalam  sel
Strengths
S  buat  kekuatan  yang  dimiliki  BMT  Syariah  baik  saat  ini maupun masa mendatang.
l Dalam sel
Weakness
W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan  dan  kelemahan  yang  dimiliki,  buat  berbagai  alternative  strategi  berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
i Strategi SO
Strategi  ini  dibuat  berdasarkan  pada  pemanfaatan  seluruh  kekuatan  untuk  membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
j Strategi ST
Strategi  dalam  menggunakan  kekuatan  yang  dimiliki  perusahaan  untuk  mengatur ancaman.
k Strategi WO
Strategi  yang  diterapkan  berdasarkan  pemanfaatan  peluang  yang  ada  dengan  cara meminimalkan kelemahan yang ada.
l Strategi WT
Strategi  yang  didasarkan  pada  kegiatan  yang  bersifat  defensive  dan  meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel  1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor- faktor kelemahan
internal WEAKNESS W
Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
OPPORTUNITIES O
STRATEGI SO Ciptakan strategi
yang menggunakan STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
130
Tentukan faktor
peluang eksternal kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS T Tentukan faktor
ancaman eksternal STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1.
Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan metode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan  memasukkan  berbagai  aspek  permaslahan  yang  ada,  maka  dapat  dirumuskan  berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel  2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan S Kelemahan W
  Adanya potensi alam dan pertanian
  Adanya potensi kerajinan, kuliner dan
kesenian   Lokasi berdekatan
dengan pusat kota Purworejo
  SDM  lemabaga  desa  belum mempunyai
kemampuan dalam
menyusun sebuah
perencanaan   SDM  lembaga  desa  belum
melakukan  pendataan  potensi lokal
 Kemampuan  SDM  lembaga desa  dalam  mengembangkan
potensi desa tidak ada  Kelembagaan Desa  belum
terbentuk dalam pengembangan potensi lokal
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
 Terciptanya pemetaan potensi lokal
1. Pendampingan
pemetaan potensi
desa 1.
Pendampingan pemetaan
potensi ekonomi desa
Yogyakarta, 30 November 2016
131
 Terciptanya masterplan pengembangan potensi
lokal 2.
Pendampingan penguatan
kelembagaan  desa 3.
Studi banding 4.
Pendampingan pengembangan
potensi lokal 2.
Pendampingan  penyusunan perencanaan Desa
3. Pendampingan
sekolah lapangan
melalui studi
banding
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
  Tidak adanya pemetaan potensi lokal
  Tidak adanya
perencanaan skala desa   Tidak
adanya penguatan kelembagaan
dalam menyongsong
undang-undang desa 1.
Terciptanya peta
potensi ekonomiDesa
2. Pembuatan
perencanaan dalam
bentuk masterplan 3.
Terciptanya perencanaan
pengembangan potensi  lokal  skala
desa 1.
Meningkatkan  kemampuan SDM
dalam meyusun
perencanaan desa 2.
Pendampingan  kelembagaan desa  dalam  menyusun  peta
potensi ekonomi desa 3.
Pendampingan penguatan
kelembagaan desa
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat  urutan  prioritas  program  berdasarkan  masing-masing  aspek,  yaitu  aspek  sumber  daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3.
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM pengembangan potensi lokal melalui penguatan kelembagaan sebagai solusi pengentasan kemiskinan di desa Sidorejo Kabupaten Purworejo
132
No  Aspek Permasalahan
Prioritas program
1. Tidak
adanya perencanaan
dalam menyongsong  UU
Desa  no  6  tahun 2014
1. Kemampuan SDM dalam
memamahami  UU  Desa no 6 tahun 2014
2. Kemampuan SDM dalam
membuat perencaaan
pengembangan desa
terbatas 3.
Tidak adanya
perencanaan pengembangan
jangka pendek dan panjang
4. SDM  dalam  menyusun
perencanaan  berdasarkan kebutuhan
5. Ketidaktahuan
SDM dalam
membuat perencanaan yang baik
1. Sosialisasi  UU  Desa  no  6
tahun 2014 2.
Pelatihan peningkatan
kapasitas SDM
dalam membuat  perencanan  desa
berbasis potensi lokal 3.
Lokakarya  desa  tentang perencanaan  desa  berbasis
potensi  lokal  penyamaan persepsi
dan tujuan
perencanaan 4.
Pendampingan penyusunan
pedoman perencanaan  desa  berbasis
potensi lokal 5.
Sosialisasi perencanaan
desa berbasis potensi lokal 6.
Pendampingan penyusunan  perencanaan
desa 7.
Pembuatan  dokumentasi perencanaan  desa  berbasis
potensi lokal 2.
Tidak ada pemetaan ptensi
ekonomi desa 1.
SDM  tidak  memiliki kemampuan
memotret potensi wilayah
2. SDM  tidak  memiliki
kemampuan dalam
memetakan wilayah 3.
SDM  tidak  memiliki kemampuan
dalam 1.
Peningkatan  kemampuan SDM  dalam  pembuatan
peta potensi wilayah 2.
Pendampingan  pemetaan berbasis
swadaya masyarakat
3. Pendampingan  pembuatan
peta potensi wilayah
Yogyakarta, 30 November 2016
133
menyusun  peta  ekonomi desa
4. Pendampingan  pembuatan
profil wilayah
3. Keterbatasan
kemampuan lembaga dalam
mengelola potensi desa
1. Tidak  adanya  pendataan
potensi desa 2.
Tidak  adanya  tanggung jawab
SDM dalam
pengembangan potensi
desa 3.
Kemampuan SDM dalam mengembangkan  potensi
yang ada terbatas 1.
Pendampingan  pendataan potensi lokal
2. Pendampingan  motivasi
SDM dalam
pengembangan potensi
desa 3.
Pembelajaran melalui
studi
wilayah  di  Desa  lain  yang sudah
berhasil dalam
pengembangan potensi
lokal 4.   Sinergitas antar
lembaga 1.
Lembaga tidak
memiliki
sinergitas
kerjasama dalam
pengembangan potensi desa
2. Tidak
adanya keterlibatan
partisipasi masyarakat
dalam pengembangan
potensi wilayah 1.
Rembug  Desa  dalam penyamaan
tujuan pengembangan  potensi
wilayah 2.
Pembentukan  lembaga pengembangan  potensi
desa 3.
Pendampingan penguatan
lembaga berbasis
partisipasi masyarakat
134
                