Ketidak mampuan pemetaan sumber mata air alternatif
Yogyakarta, 30 November 2016
77
3 Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik
SWOT. Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan
kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:
a Dalam sel
opportunities
O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
b Dalam sel
Treats
T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan.
c Dalam sel
Strengths
S buat kekuatan yang dimiliki baik saat ini maupun masa mendatang.
d Dalam sel
Weakness
W susun 5 sampai 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
a Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
b Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman.
c Strategi WO
Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal
78
OPPORTUNITIES O Tentukan faktor peluang
eksternal STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang TREATHS T
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan- kelemahan dan menghindari
peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan S Kelemahan W
SDM memiliki
keterbatasan dalam
mengelola lingkungan SDM
memiliki keterbatasan
dalam menghasilkan air bersih
Keterbatasan masyarakat dalam membuat drainase
Keterbatasan masyarakat dalam
memetakan ketersediaan air
Keterbatasan masyarakat dalam melakukan
pemanenan air hujan Tidak ada air bersih
Belum adanya masaterplan
drinase Belum adanya gerakan
pemanenan air hujan Belum adanya sosialisasi
pengolahan limbah
Yogyakarta, 30 November 2016
79
Keterbatasan masyarakat dalam mengelola limbah
rumah tangga
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
Terciptanya sumber air bersih
Terciptanya peningkatan masyarakat dalam
mengelola lingkungan drainase, dan limbah
1. Pendampingan pengadaan
air bersih 2.
Pendampingan penyusunan
masterplan lingkungan
3. Pendampingan gerakan
pemanenan air hujan 4.
Pendampingan pengelolaan
limbah keluarga
1. Memetakan sumber mata
air 2.
Pendampingan pembuatan sumur bur
3. Peningkatan
kapasitas masyarakat
dalam menyusun
masterplan lingkungan drinase
4. Peningkatan
kapasitas masyarakat
dalam mengelola
limbah keluarga
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
Tidak adanya peta masterplan lingkungan
Tidak adanya kesedian air bersih
Tidak adanya tata kelola lingkungan baik
1. Pembuatan
peta masterplan lingkungan
2. Pendampingan
pengolahan air bersih dan pengadaan air bersih
3. Pendampingan tata kelola
lingkungan 1.
Meningkatkan kapasitas sdm masyarakat dalam
menyusun masterplan
lingkungan 2.
Pendampingan peningkatan
kapasitas sdm masyarakat dalam
tata kelola lingkungan 3.
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3.
80
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM di Desa Soko Purworejo
No Aspek
Permasalaha
1.
Air Bersih
1. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola sumber mata air
2. Ketidak mampuan warga dalam pemanfaatan air hujan
3. Ketidakmampuan warga masyarakat dalam memetakan sumber air alternatif
4. Ketidakmampuan warga masyarakat dalam menghitung kebutuhan air dengan jumlah
penduduk 5. Air sumber hanya di alirkan ke parit tidak
bersemen sehingga air akan mudah meresap sebelum sampai ke penampungan penduduk
2. Drainase
1. Drainase air hujan dibuat sembarangan 2. Drainase dibuat dengan metode parit yang
tidak saling berhubungan 3. Air hujan terbuang percuma
4. Muara dari drainase harusnya kesungai akan tetapi limpasan air masuk ke pekarangan
5. Tidak adanya drainase sumur resapan
3. Limbah
1. Tidak ada limbah keluarga yang terkelola dengan baik
2. Limbah padat sampah di buang disekitar pekarangan rumah
3. Limbah cair tidak dibuatkan penampungan tertutup
Pelaksanaan Program
Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan pelatihan, pendampingan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui KKN-PPM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun
Yogyakarta, 30 November 2016
81
jalinan kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen dan berkelanjutan yaitu :
1 Badan Keluarga berencana dan Pemberdayaan Masyarakat kabupaten purworejo
Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pelaksanaan pengentasan KKN menunjuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga dalam pelaksaan
kegiatan ini dapat terjadi sinergitas baik berupa pendanaan kegiatan maupun implementasi sehingga tercipta program yang selalu berkelanjutan
2 Pemerintah Desa Soko, dan perangkat Dusun.
Perbaikan Insfrastruktur lingkungan merupakan program kegiatan dalam hal tercapainya ketersediaan air bersih dan lingkungan yang sehat dan bersih, sehingga
kegiatan ini dapat diusulkan dalam dana dari APBD musrenbang Desa, sehingga dapat mempercepat permasalahan di Desa berkaitan dengan lingkungan dan teciptanya program
yang berkelanjutan. 1
Sasaran masyarakat pelaksanaan KKN PPM ini meliputi perangkat Desa, dusun, lembaga desa, RTRW, Karang taruna,dan Kelompok PKK.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas , maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:
2 Persiapan dan Pembekalan
a Sosialisasi ke masayarakat penguna program
b Persiapan dan pembekalan
3 Pelaksanaan kegiatan
a Pendampingan peningkatan kapasitas SDM dalam membuat sumur bor
b Pendampingan pengelolaan drainase berwasan lingkunganmasterplan
c Pendampingan gerakan pemanenan air hujan
d Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif
e Pendampingan pengelolaan sumur resapan dan biopori
Tahapan Realisasi Program
Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
82
1 Pendampingan peningkatan kapasitas SDM masyarakat dalam membuat sumur bor
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan dan sosialisasi jika di Desa Soko Kabuapaten Purworejo mengalami krisis air bersih. Air sumber yang dekat dengan sungai
sangat keruh akibat dari limbah dan sampah yang masuk ke dalam sumur. Saat musim kemarau air sumur tidak dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat .
Gambar 1. Kondisi sumur dan mata air warga di Desa Soko Purworejo
Gambar 2. Pembuatan sumur bor di Desa Soko Purworejo
2 Pendampingan pengelolaan drainase berwawasan Lingkungan
Drainase di Desa Soko Purworejo selama ini belum terkelola dengan baik dengan adanya gambar perencanaan yang sudah ada. Akibatnya drinase yang ada saat ini jika musim
penghujan tidak berfunsi dengan baik dan berakibat airnya masuk ke dalam sumur warga.
Gambar 3. Masterplan Drainase
Yogyakarta, 30 November 2016
83
3 Pendampingan gerakan pemanenan air hujan
Masyarakat di Desa Soko Kabuapaten Purworejo belum menyadari tentang pentingnya gerakan pemanenan air hujan. Hal tersebut akibat dari ketidak tahuan warga masyarakat jika
air hujan dapat dimanfaatkan di saat musim kemarau.
Gambar 4. Sosialisasi gerakan pemanenan air hujan
4 Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif
Keterbatasan masyarakat dalam mencari alternatif sumber mata ir menjadikan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Soko. Hasil dari kegiatan ini berupa pemetaan
lokasi tanah yang memiliki sumber mata air.
Gambar 5. Pemetaan sumber mata air alternatif
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk program pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis
swadaya masyarakat ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1
Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa dan pemerintah kabupaten purworejo.
2 Pelaksanaan KKN-PPM ini menghasilkan satu sumur air bersih di Desa Soko
3 Hasil dari perencanaan masterplan drainase akan ditindak lanjuti dengan program desa
pada tahun 2017
84
SARAN
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis swadaya masyarakat ini dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan
yang serupa sehingga keberadaan akan air bersih di Desa Soko Kabupaten Purworejo dapat terwujud dengan baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Safi’i, M., 2011,
Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam Perspektif Teori dan Praktik,
Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono 2009, Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP,
Jurnal Riset Daerah BAPEDA Bantul,
73, 1169-1189. Jayadi, R. 2000.
Pengantar Hidrologi
, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kodoatie, R.J dan Sugiyanto,
Ba njir
, Perpustakaan Mahasiswa, Yogyakarta. Kusumo, W. 2009.
P enanganan Sistem Drainase Kecamatan Ja ti Kabupaten Kudus
. Universitas Diponegoro, Semarang.
Nadajadji, A. 2008.
Aplikasi Storm Water Mana gement Model Pada DAS Deluwang Jawa Timur
, Vol.1 pp.1-2, Jawa Timur. Palar, R.T dkk. 2013.
Studi Perbandingan Antara Hidrograf SCS Soil Conservation Service dan Metode Rasional P ada DAS Tikala
, Jurnal Teknik Sipil Vol. 1 No. 3, Manado. Sismanto.2009.
Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten Ba njar Kalimantan Tenga h
, Jurnal Aplikasi Vol.6 No.1, Surabaya.
Yogyakarta, 30 November 2016
85
PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNG KABUPATEN SLEMAN
2
Jaka Sriyana
1
, Arif Rachman
2
, Muhammad Bambang Subekti
3
1
Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Akuntansi, Universitas Islam Indonesia
3
Pusat Penelitian Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Indonesia e-mail: jakasriyanauii.ac.id
ABSTRAK
Artikel ini memaparkan hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat PKM dalam bentuk program pengembangan kerajinan bambu di Dusun Sendang Agung, Kecmatan
Minggir, Kabupaten Sleman. Analisis permasalahan dilakukan dengan pendekatan SWOT Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Hasil dari analisis SWOT dihasilkan rekomendasi
prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana - prasarana, kelembagaan dan pemasaran. Pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan
pengembangan desa wisata kerajinan bambu Desa Brajan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan untuk
mendukung pengembangan desa wisata di Dusun Brajan.
Kata kunci: kerajinan, bambu Desa Brajan
ABSTRACT
This article describes the results of implementing community service activities PKM in the form of bamboo handicraft development program in the hamlet of Spring Court, Kecmatan Minggir,
Sleman. Analysis of the issue carried out by the approach of SWOT Strength, Weakness, Opportunity and Threat. The results of the SWOT analysis is generated on program priorities based
on each aspects, namely human resources, infrastructure, institutional and marketing. The implementation of development assistance PPM bamboo craft village tourism village Brajan in
supporting the sustainability of woven bamboo crafts can be followed up with assistance activities to support the development of rural tourism in the hamlet Brajan.
Keywords: Move aside, handicrafts, bamboo village Brajan
LATAR BELAKANG
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi
otonomi daerah. Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupatenkota. Dalam rangka
mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah membuat kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan. Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi
2
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016 berdasarkan Surat Tugas Nomor: 006ST- Rek80DPPMKKN PPM-KEMENRISTEKDIKTIIII2016.
86
wewenang melakukan berbagai upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk melibatkan sektor
keuangan dan koperasi Situmorang, 2007. Program-program pengentasan kemiskinan yang diimplementasikan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas
kesempatan kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat terus berkurang secara simultan Burhan, 2004; Syafi’i, 2011. Di beberapa daerah upaya yang telah dilakukan Pemerintah
Pusat dan Daerah telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin Yulianto, 2005. Namun diakui pula, di sisi lainnya, sebagai akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional dan
berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru Pattinama, 2009.
Pemerintah provinsi maupun kabupatenkota di Indonesia terus mengupayakan percepatan pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan pada
konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu pemberdayaan masyarakat berbasis UMKM. Demi suksesnya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional dan
lokal, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan pemerintah daerah diintegrasikan dengan program-program nasional dalam Pemberdayaan Masyarakat
Sahudiyono, 2009. Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah guna membangun kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Desa Wisata Kerajinan Bambu Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang memiliki potensi
industri karena beberapa pengusaha industri kerajinan bambu tersentra di daerah tersebut. Sejalan dengan kegiatan pendampingan permasalahan baru muncul berkaitan dengan
permodalan usaha di karenakan sistem bayar dari pemesan yang menggunakan sistem termin sehingga mengakibatkan perajin harus memiliki uang lebih dalam menunjang usahanya
tersebut. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pengembangan kerajinan bambu dalam bentuk pengabidan kepada masyarakat PKM ini.
PERMASALAHAN
Daerah Istimewa Yogyakarta DIY merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Dalam perkembangannya para wisatawan dalam menikmati
objek wisata tidak semata-mata menikmati keramaian dan keindahan
artificial
tetapi banyak yang ingin menikmati suasana kehidupan di pedesaan yang masih alami dengan berbagai
keindahan alam, keramah-tamahan penduduk, ketenangan dan menikmati nilai-nilai budaya pedesaan.
Yogyakarta, 30 November 2016
87
Sejalan dengan dinamika, perubahan perkembangan pariwisata tersebut, maka pengembangan pariwisata saat ini mengarah pada pengembangan desa wisata. Desa wisata di
wujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat yang menonjolkan keaslian identitas atau ciri khas daerah seperti keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan
tersebut. Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan desa sentra industri bambu yang sedang berkembang menjadi desa wisata. Lokasi dusun di Desa Sendangagung meliputi Dusun Brajan, Diro, Kwayuhan, dan
Saidan. Wilayah tersebut merupakan sentra produksi kerajinan anyaman bambu. Dusun Brajan merupakan wilyah sentra kerajinan anyaman bambu terbesar di Desa Sendangagung, karena 80
penduduknya merupakan perajin. Sedangkan 3 wilayah dusun lainnya yaitu Dusun Diro, Kwayuhan, dan Sayidan merupakan dusun yang memenuhi permintaan pesanan dari Dusun
Brajan. Adanya potensi kerajinan anyaman bambu tersebut maka pada tahun 2002 Dusun Brajan ditetapkan sebagai desa wisata kerajinan oleh pemerintah Kabupaten Sleman.
Kemampuan kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan di dapatkan dari warisan yang turun temurun. Produksi kerajinan bambu di wilayah Dusun Brajan mulai berkembang pada
tahun 1985 dengan produksi kerajinan berupa besek dan
ceting
. Saat ini terdapat 15 UKM di Dusun Brajan , 3 UKM di Dusun Diro, 1 UKM di Dusun Kwayuhan, dan 1 UKM di Dusun
Saidan. Produk yang dihasilkan antara lain : tempat tisu, besek, tempat pinsil, kap lampu, placemet, tempat buah dll. Pasar produk kerajinan dusun Brajan selain lokal seperti,
Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Sumatera dan Jakarta juga telah mencapai pasar internasional seperti Malaysia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang dll.
Luas desa wisata Dusun Brajan seluas + 34 ha yang terdiri dari 3 Rukun Warga RW dan 6 Rukun Tetangga RT. Jumlah penduduk dusun ini 663 jiwa yang tergabung dalam 185
Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki adalah 348 jiwa dan perempuan adalah 315. Penduduk yang beragama Islam sejumlah 371 jiwa sedangkan yang beragama Kristen Katolik
sejumlah 292 jiwa. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan pada tahun 2014 di
dominasi oleh wisata lokal yang berasal dari sekitar Desa Sendangagung, berikut jumlah kunjungan wisata ke Desa Wisata Dusun Brajan pada tahun 2014.
Stagnasi pengembangan desa wisata kerajinan anyaman bambu di desa wisata Dusun Brajan merupakan akibat dari berbagai faktor yang terus terjadi dalam jangka panjang.
Sehingga memunculkan berbagai permaslahan sebagai berikut:
88
1 Sumber daya pengelola merupakan perajin
Pengelola desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan merupakan perajin yang memiliki kegiatan rutinitas sebagai perajin, akibatnya pengembangan desa wisata tidak
terurus dan di biarkan saja tanpa adanya perencanaan dan program wisata yang jelas. Di sisi lain sumber daya manusia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, dan
lemahnya pemasaran
2 Keterlibatan generasi muda sangat minim
Generasi muda tidak terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, hal tersebut akibat dari kurang sadarnya generasi muda dan ketertarikan generasi muda dalam pengembangan
desa wisata
3 Rendahnya peran masyarakat dalam mendukung desa wisata
Masyarakat perajin belum memiliki kesadaran akan keberadaan desa wisata, karena selama ini kunjungan wisata hanya di terima di rumah kepala dusun. Penginapan hanya ada 3
rumah yang semuanya merupakan pengelola desa wisata.
4 Minimnya sarana dan Prasarana desa wisata
Sarana penunjang desa wisata sangat terbatas hal tersebut akibat dari ketiadaan perencanaan dalam bentuk
masterplan
desa wisata sebagai upaya pengembangan sarana dan prasana yang terencana dalam jangka pendek dan panjang melalui usulan dana desa.
5 Kelembagaan Desa Wisata belum terkelola dengan baik
Kelembagaan desa wisata belum memiliki tata kelola yang baik, hal tersebut akibat dari faktor lembaga yang disusun secara parsial dan tidak adanya kemampuan pengelola dalam
pengembangan desa wisata. Lembaga belum memiliki sumber daya manusia yang mampu mengelola pemasaran desa wisata baik secara manual maupun online.
METODE ANALISIS Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan
strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
strength
dan peluang
opportunities
, namun secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan
weakness
dan ancaman
threats
. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010;
Yogyakarta, 30 November 2016
89
Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
5 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal perusahaan dengan kegiatnnya seperti analisis terhadap competitor, analisis
terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi
perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS
Eksternal Strategic Factors Analysis Summary
. 6
Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti
sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS
Internal Strategic Factors Analysis Summary
. 7
Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT.
Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: e
Dalam sel
opportunities
O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
f Dalam sel
Treats
T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan.
g Dalam sel
Strengths
S buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini maupun masa mendatang.
h Dalam sel
Weakness
W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 8
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
e Strategi SO
90
Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
f Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman.
g Strategi WO
Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
h Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal OPPORTUNITIES
O Tentukan
faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang TREATHS T
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.
Yogyakarta, 30 November 2016
91
Tabel 2. Hasil Analisis SWOT IFAS
EFAS Kekuatan S
Kelemahan W
SDM memiliki
keterbatasan dalam
menggali potensi yang ada dalam mendukung
atraksi wisata
SDM memiliki
keterbatasan dalam
melakukan perencanaan dan
pengembangan wisata
Keterbatasan generasi muda
dalam mengembangkan
desa wisata
SDM didominasi oleh perajin
sehingga wawasan pengembangan
wisata terbatas SDM perajin saat ini
merupakan generasi terakhir sehingga sangat
mengancam keberadaan desa wisata di Dusun
Brajan Pemasaran
bersifat konfensional
Sarana web, blog pemasaran
yang difasilitasi
dinas pariwisata
tidak terkelola
dan termanfaatkan dengan
baik Belum adanya media
pemasaran melalui handphone
Kelembagaan terbentuk secara parsial
Kelembagaan desa
wisata belum terkelola dengan baik terutama
dari segi manajemen dan keuangan
Kelembagaan terdiri dari unsur anggota
yang kurang mengetahui tentang
sadar wisata
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
Terbukanya pasar ekspor dan pertumbuhan pasar domestik
Peningkatan permintaan produk yang variatif dan
berorientasi kualitas 1.
Pendampingan pemetaan potensi desa
wisata 2.
Pendampingan Penyusunan
rencana pengembangan
desa wisata
3. Pendampingan motivasi
generasi muda dalam pengembangan
desa wisata
4. Melibatkan
generasi muda dan kaderisasi
dalam pengurusan desa wisata
1. Membentuk
kepengurusan lembaga
berbasis entrepreneur dan sadar
wisata 2.
Pendampingan kelembagaan berbasis
manajemen dan
keuangan 3.
Optimalisasi SDM
berwawasan wisata
92
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
Tidak adanya peta kawasan wisata
Tidak adanya masterplan pengembangan sarana dan
prasarana Tidak
adanya sarana
informasi wisata kerajinan yang baik
4. Terciptanya media iklan
melalui hand phone 5.
Pembuatan peta desa wisata
6. Pembuatan perencanaan
dalam bentuk
masterplan 7.
Membentuk sarana
informasi wisata. 4.
Meningkatkan pemasaran
melalui media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi muda dalam mengelola pemasaran
6. Perbaikan
media online
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3. Tabel 3. Prioritas kegiatan program PKM pengembangan desa wisata di Dusun Brajan
No Aspek Permasalahan
Prioritas program 1.
Sumber daya manusia
1. SDM memiliki keterbatasan
dalam menggali potensi yang ada dalam mendukung atraksi
wisata 2.
SDM memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan
dan pengembangan wisata 3.
Keterbatasan generasi muda dalam mengembangkan desa
wisata 4.
SDM didominasi oleh perajin sehingga
wawasan pengembangan wisata terbatas
5. SDM perajin saat ini merupakan
generasi terakhir
sehingga sangat mengancam keberadaan
desa wisata di Dusun Brajan 1.
Pendampingan pemetaan potensi desa wisata
2. Pendampingan
Penyusunan rencana
pengembangan desa
wisata 3.
Pendampingan motivasi generasi
muda dalam
pengembangan desa
wisata 4.
Melibatkan generasi
muda dan
kaderisasi dalam pengurusan desa
wisata
2. Sarana dan
Prasarana 1.
Tidak adanya peta kawasan wisata
1. Pembuatan peta desa
wisata
Yogyakarta, 30 November 2016
93
2. Tidak
adanya masterplan
pengembangan sarana
dan prasarana
3. Tidak adanya sarana informasi
wisata kerajinan yang baik 2.
Pembuatan perencanaan dalam bentuk masterplan
3. Membentuk
sarana informasi wisata.
3. Kelembagaan 1.
Kelembagaan terbentuk secara parsial
2. Kelembagaan desa wisata
belum terkelola dengan baik terutama dari segi manajemen
dan keuangan 3.
Kelembagaan terdiri dari unsur anggota
yang kurang
mengetahui tentang
sadar wisata
4. Membentuk
kepengurusan lembaga
berbasis entrepreneur dan sadar wisata
5. Pendampingan
kelembagaan berbasis
manajemen dan
keuangan 6.
Optimalisasi SDM
berwawasan wisata 4.
Pemasaran 1.
Pemasaran bersifat konfensional 2.
Sarana web, blog pemasaran yang difasilitasi dinas pariwisata
tidak terkelola
dan termanfaatkan dengan baik
3. Belum adanya media pemasaran
melalui handphone 4.
Meningkatkan pemasaran melalui media online
5. Pendampingan
peningkatan
skill
generasi muda dalam mengelola pemasaran
6. Perbaikan media online
7. Terciptanya media iklan
melalui handphone
Pelaksanaan Program
Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan kaderisasi, pelatihan, pendampingan, studi
lapangan, dan implementasi
Profil Mitra kerjasama
Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan
94
kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :
1 Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas
memiliki andil yang cukup besar dalam mendukung keberlanjutan program melalui dana-dana pelatihan dan pengadaan alat produksi
2 Pemerintah Desa Sendangagung, dan perangkat Dusun. Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah
dianggarkan dalam musrenbang Desa Sendanagung di bidang ekonomi sehingga dapat mensuport pengembangan dan keberlanjutan kerajinan anyaman bambu
Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: 1 Perangkat Desa dan Dusun mulai dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RWRT, Lembaga Desa; 2
Kelompok Pemuda karangTaruna; 3 Kumpulan bapak-bapak, 4 PKK ; 5 Kelompok pengelola desa wisata
Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:
4 Persiapan dan Pembekalan
c Sosialisasi ke masayarakat penguna program
d Persiapan dan pembekalan
5 Pelaksanaan kegiatan
a Pendampingan perencananaan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi
masyarakat b
Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa c
Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata d
Pendampingan kelembagaan desa wisata e
Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone Tabel 3. Rincian kegiatan PPM
No Nama Pekerjaaan
Program Prioritas
1. Pendampingan perencananaan kawasan
wisata yang
terintegrasi berbasis
partisipasi masyarakat dan potensi lokal melalui survai dusun sendiri
Peningkatan Kapasitas
kelompok masyarakat dalam menggali potensi dusun
2. Pendampingan pemetaan potensi wilayah Peningkatan
kapasitas kelompok
masyarakat dalam melakukan pemetaan
Yogyakarta, 30 November 2016
95
wilayah 3.
Pendampingan pemetaan ekonomi desa wisata
1 Peningkatan kapasitas kelompok
masyarakat dalam pembuatan peta ekonomi desa
2 Desain dan cetak potensi ekonomi
desa 4.
Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
Peningkatan kapasitas SDM berwawasan sadar wisata
5. Pendampingan kelembagaan desa wisata Perbaikan kepengurusan pengelola desa
wisata 7.
Pendampingan pemasaran melalui media
online
dan
handphone
Peningkatan pemasaran melalui media online dan handphone
1 Pembuatan vidio iklan
2 Pelatihan komunikasi
3 Perbaikan media online Web
10 Seminar Hasil PKM
Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke pihak terkait
Tahapan Realisasi Program
Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk
terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau
membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.
1 Pendampingan perencananaan pengembangan kawasan wisata yang terintegrasi
berbasis partisipasi masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan PKM dalam membuat perencanaan pengembangan desa wisata dengan melibatkan peran masyarakat dan perangkat desa dengan luaran program
berupa masterplan pengembangan desa wisata dan vidio perencanaan. Perencaaan yang dilakukan dalam kegiatan ini terbagi atas 5 perencaaan yang meliputti perencanaan aula,
kolam, outbond, photoboth dan showroom. Showroom di Dusun Brajan tata kelolanya belum tertata dengan baik, akibatnya wisatawan
yang berkunjung hanya tertuju di satu titik showroom di tempat Bapak Dukuh sehingga
96
berakibat tidak adanya pemerataan pendapatan dan seringkali menimbulkan konflik.Hal tersebut akibat dari akses jangkauan yang paling mudah dikunjungi bertempat di tempat
pak Dukuh. Dengan adanya perencanaan Showroom yang terintegrasi diharapkan perajin dapat bersama-sama menjual kerajinannya.
2 Perencanaan penataan kolam
Keberadaan kolam ikan yang di miliki oleh kelompok ikan dapat menjadikan daya tarik tambahan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan. Kolam ikan dapat menjadi
alternatif wisata berupa memancing atau menangkap ikan.
3 Pendampingan Pemetaan potensi Desa Wisata
Desa wisata Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir belum memiliki pemetaan potensi desa wisata yang di miliki. Keterbatasan sumber daya manusia dalam
melakukan pemetaan potensi ekonomi desa ini menjadikan desa wisata di Dusun Brajan hanya di dominasi oleh wisata edukasi pembuatan kerajinan anyaman bambu. Berdasarkan
permasalahan tersebut wisatawan banyak mengeluh ke pengelola desa wisata untuk diadakan kegiatan wisata yang lain.
Hasil pemeta an terlampir
4 Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata
Masyarakat Desa wisata di Dusun Brajan Desa Sendangagung belum memiliki kemampuan dalam sadar wisata. Penetapan desa wisata karena adanya faktor potensi yang dimiliki
berupa kerajinan anyaman bambu tanpa memperkuat sumber daya manusia yang ada. Sehingga berakibat kurang optimalisasi masyarakat dalam menerima kunjungan. Faktor
lainnya adalah dengan rendahnya pengetahuan masayarakat tentang sadar wisata mengakibatkan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari hasil
kerajinan tidak termanfaatkan dan di buang dengan baik, sehingga terkesan kumuh dan menganggu wisatawan. Pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan PKM ini berupa
studi banding ke desa wisata Sukunan.
5 Pendampingan kelembagaan desa wisata
Kelembagaan pengurus desa wisata di Dusun Brajan tersusun secara parsial dan tidak adanya peran generasi muda dalam pengurusan desa wisata. Mayoritas pengelola
merupakan perajin sehingga dalam mengurus desa wisata berjalan stagnant. Desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan jika dikelola dengan baik akan dapat
menambah perekonomian warga masyarayakat di Dusun Brajan dan Desa Sendangagung. Keterlibatan generasi muda dilibatkan dalam bidang promosi.
Bagan struktur pengurus terlampir
Yogyakarta, 30 November 2016
97
6 Pendampingan pemasaran melalui media online dan Handphone
Dusun Brajan menjadi desa yang bisa melakukan kegiatan berupa pemasaran melalui media online. Dalam pelaksanaan PKM ini dilakukan perbaikan media online pemasaran
desa wisata. Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online masih konten lama dan belum dilakukan pembaharuan atau penambahan data. Di samping kegiatan tersebut
melalui PKM ini mahasiswa melakukan pembuatan iklan tentang desa wisata di dusun Brajan dengan durasi waktu satu menit yang dapat dipublikasikan melalui media
whatsaap
sehingga memudahkan dalam meningkatkan pemasaran. Media ini digunakan dikarenakan saat ini whatsapp sudah sangat umum dimiliki oleh setiap orang yang memiliki
handphone android
.
7 Pengukuhan Sentra Bambu Brajan
Perencanaan pengembangan desa wisata di Dusun Brajan mendapatkan respon positif dari pemerintah Kabupaten Sleman dengan di kukuhnya Dusun Brajan sebagai satu-satunya
sentra bambu di Kabupaten Sleman pada tanggal 26 September 2016 oleh Bupati Kabupaten Sleman yang saat penyerahan di wakilkan oleh wakil bupati.
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan laporan kegiatan kemajuan pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa
Sendangagung Sleman ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 4
Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa, Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan UKM kerajinan anyaman
bambu dan pengelola desa wisata. 5
Hasil dari perencanaan masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017 6
Kegiatan PKM ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan pelaksanaan PKM pada periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program
Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini
dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa wisata
di Dusun Brajan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
98
hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, R.N. , 2004, “Grameen Bank sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan Studi
Kasus Penerapan Metode Grameen Bank Oleh BPR Persahabatan di Desa Cibarusah Kecamatan Cibarusah Kabu
paten Bekasi”.
Tesis tidak dipublikasikan,
Universitas Indonesia Jakarta.
Pattinama, M. J., 2009, Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal Studi Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat,
Jurnal Makara Sosial Humaniora
, 13 1, 1-12. Safi’i, M., 2011,
Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam Perspektif Teori dan Praktik,
Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono 2009, Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP,
Jurnal Riset Daerah BAPEDA Bantul,
73, 1169-1189. Situmorang, J., 2007, Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga
Keuangan Alternatif,
Jurnal Infokop,
2, 24-35. Suharto, E., 2010,
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Pekerjaan Sosial,
Cet. ke-4, PT Refika Aditama: Bandung.
Wardhani, I.M., 2010, Evaluasi Program Community Development Mengentaskan Kemiskinan CD-MK di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2009 Study Kasus Desa
Bangunharjo dan Desa Timbulharjo”,
Skripsi tidak dipublikasikan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yulianto, T., 2005, Fenomena Program-Program Pengetasan Kemiskinan di Kabupaten Klaten Studi Kasus di Desa Jotangan Kecamatan Bayat,
Tesis tidak dipublikasikan,
Universitas Diponegoro, Semarang. http:www.ampta.ac.iddesa-wisata.VUMkUtw0FVg
diakses 28 Juli 2016 http:digilib.its.ac.idpublicITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf diakses 28
Juli 2016 http:catatanpamong.blogspot.com201401undang-undang-no-6-tahun-2014-
tentang.html diakses 28
Yogyakarta, 30 November 2016
99
PENDAMPINGAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM,PEMASARAN DAN PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN ABG ACADEMIC,BUSSINES AND
GONVERMENT BAGI PELAKU MAKANAN OLAHAN DI DESA HARJOBINANGUN PAKEM SLEMAN DALAM MENYONGSONG MEA 2015
Lutfi Chabib
1
, Yosi Febrianti
1
, Abdul Hakim
1
, Muhammad Safarullah
1
, Bambang Subekti
1
1
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta-Indonesia Email:
lutfi.chabibuii.ac.id
ABSTRAK
Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean MEA 2015 pemerintah Kabupaten Pemkab Sleman mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM untuk dapat
mempersiapkan diri bersaing dengan produk asing dengan cara meningkatkan kualitas produk dan juga standarisasi produk terutama untuk makanan olahan. Salah satu kelompok usaha makanan
olahan yang mendapatkan pendampingan dari Disperindagkop Kabupaten Sleman pada tahun 2014 dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 tersebut berada di Desa Harjobinangun
Pakem Sleman. Kelompok ini merupakan kelompok usaha yang berasal dari progam usulan PIK Pagu indikatif kecamatan tahun 2013. Potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat makanan
olahan di Desa Harjobinangun adalah bahan baku makanan merupakan bahan lokal. Kelompok ini terdiri dari 20 orang yang tersebar di 5 pedukuhan. Permasalahan lemahnya SDM dalam
berwirausaha, lemahnya kualitas dan pengemasan produk serta kendala pemasaran menjadikan kelompok ini tidak dapat berkembang. Karena usaha makanan olahan ini didirikan secara instan
dalam rangka merespon pemberdayaan masyarakat lokal atas progam usulan PIK Pagu indikatif kecamatan. Kelompok makanan olahan ini perlu diberdayakan supaya tercipta peningkatan
kapasitas SDM, produksi dan pemasaran melalui pendekatan ABG Academic, business, and Goverment. Mitra kerjasama dalam pelaksanaan KKN PPM ini adalah Disperindagkop Kabupaten
Sleman dan mini market Syar`e Mart.
Kata kunci:Peningkatan Kapssitas SDM,produksi, dan pemasaran
ABSTRACT
In the face of the Asean Economic Community AEC in 2015 the District Government Regency Sleman push the Micro, Small and Medium Enterprises MSMEs can be for review self
prepares foreign compete product with the qua lity how to improve products and also standardization of products mainly for the review foods processed. one of the business group foods
processed get assistance from Disperindagkop Sleman in 2014 hearts Facing the Asean Economic Community 2015 is located in the village of Pakem Sleman Harjobinangun. The group is Business
Group The program originated from a proposal PIK indicative ceiling of sub-district Year Potential 2013. The Group is owned by public food processed in the Village Raw materials food
Harjobinangun is a Local Ingredients. The group coonsists of 20 persons that spread in 5 hamlets. The problem of Weak human resources issues hearts entrepreneurship, weak quality products and
packaging constraints And Marketing The group made can not be Developing. For foodeffort processed Singer Operates established the Framework responds instantly hearts Local Community
Empowerment differences program proposals PIK Capping indicative sub-district. FOOD group should be processed Singer Empowered In order to create an increase in HR Capacity, Production
And Marketing approach through ABG Academic, business, and government. Cooperation Partners hearts Singer KKN PPM implementation is Disperindagkop Sleman and mini market
Syar`e Mart.
Keywords: Increased Kapssita s Human Resources, Production, and Marketing
100
PENDAHULUAN
Usaha Kecil Menengah UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut Ainuri, 2009.
Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha
ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
UKM Usaha Kecil Menengah selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter di saat
perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia
Bratakusumah dan Supriady, 2004 UKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan
inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungka pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur Putri, 2016
Usaha Kecil Menengah UKM Dharma Karya merupakan UKM yang terdapat di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. UKM yang berdiri pada tahun
2013 ini memiliki keterbatasan sumber daya dalam produksi, pemasaran dan administrasi. Dalam hal produksi, UKM Dharma Karya belum memiliki alat-alat yang digunakan untuk
menunjang proses produksi seperti alat
cup sealer,sealer dan lain sebagainya
untuk mengemas produk yang sudah jadi. Dalam hal pemasaran, UKM Dharma Karya tidak memiliki cukup alat
penunjang untuk mempromosikan produk-produknya seperti,
roll banner dan juga pemasara n melalui media online
yang berfungsi sebagai identitas UKM. Sedangkan dalam hal administrasi, belum adanya nota pembelian dan stempel. Penyediaan alat-alat tersebut
bertujuan untuk mendukung kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi agar lebih efisien dan efektif. Dalam jangka panjang, produk yang dihasilkan UKM Dharma Karya dapat
terdistribusi dan dikenal oleh masyarakat luas. Maka dari itu, progam kerja yang dijalankan
Yogyakarta, 30 November 2016
101
adalah melakukan penyediaan alat-alat penunjang sebagai pendukung kegiatan produksi maupun pemasaran.
Dalam kaitannya pengadaan alat, diperlukan adanya tutorial berkaitan dengan alat baru yang akan digunakan oleh UKM Dharma Karya. Diantaranya bagaimana menggunakan alat
dengan baik dan benar. Hal ini bertujuan agar alat tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih panjang. Alat-alat penunjang produksi ini sepenuhnya akan menjadi milik UKM Dharma Karya
yang dananya berasal dari Dana Hibah DIKTI. Maka dari itu, KKN PPM UII memfasilitasi pembuatan stiker nomor inventaris alat-alat tersebut agar mudah dalam hal pengendalian dan
pemantauan keberadaan alat tersebut. Tindaklanjut atas progam tentu saja akan dilakukan sehubungan dengan upaya KKN PPM UII untuk berusaha menjalin hubungan baik dan
memajukan UKM Dharma Karya. Manurut Soewarno Handayaningrat administrasi adalah kegiatan ketatausahaan yang
terdiri dari berbagai kegiatan seperti pembukuan baik penghitungan, pencatatan atau yang lainnya dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan dala arti
yang sempit, menurutnya administrasi merupakan kegiatan catat mencatat atau pembukuan, surat menyurat atau lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan. Manurut Kotler Amstrong
pemasaran merupakan sebuah proses managerial yang orang-orang didalamnya mendapatkan apa yang mereka inginkan butuhkan melalui penciptaan pertukaran produk-produk yang
ditawarkan nilai produknya kepada orang lain Justin, 2000.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara
Qonita dan Prnanto, 2015. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian
sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber dalam hal ini adalah Ketua UKM Dharma Karya untuk memperolah informasi berkaitan dengan masalah dan kendala yang
dihadapi oleh para anggota UKM. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian penulis melihat secara langsung proses produksi dari masing-masing anggota UKM Dharma Karya untuk
mengamati sekaligus berdiskusi langsung mengenai keterbatasan alat yang dimiliki oleh masing-masing anggota. Penulis juga melakukan
tester
terhadap produk yang telah diolah sedemikian rupa untuk memberikan masukan mengenai rasa,
packaging,
dan juga pemasaran produk tersebut. Hingga akhirnya penulis melakukan diskusi antar anggota KKN PPM UII
untuk menentukan alat-alat apa saja yang sangat menjadi prioritas untuk dibeli dan digunakan
102
oleh UKM Dharma Karya. Selanjutnya, dilakukan survei harga dan kualitas di pasaran terhadap alat-alat yang akan dibeli,penulis juga mengukur tingkat pemasaran yamg sudah dilakukan oleh
UKM dan terkahir dilakukan pembelian setelah harga dan kualitas yang dimaksudkan telah terpenuhi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis melakukan sosisalisasi kegiatan yang akan dilakukan kepada anggota UKM Dharma Karya sesuai dengan ajuan kebutuhan.
Berikut foto kegiatan sosialisasi di UKM Dharma Karya :
Gambar 1. Sosialisasi kegiatan UKM
KEGIATAN KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN : Studi banding carica ke wonosobo
Gambar 2. Studi banding ke Wonosobo Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik latar belakang sebagai berikut
yaitu dimana desa harjobinangun memiliki garis geografi yang mendominasi adalah pertanian
Yogyakarta, 30 November 2016
103
yang mana pemnfaatan hasil panen kurang maksimal sehingga banyaknya buah yg membusuk dan terbuang,maka dari itu tujuan dari ada nya studi banding ini agar ibu dapat
mengimplementasikan ilmu yg sdh di terapkan dalam pembuatan atau pengeolahan buah carica atau sejenisnya.
Program ini dimaksudkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan menambah pemahaman ibu ibu UKM “DHARMA KARYA” dalam pemnfaatan buah pepaya yg bisa
diolah sebagai makanan dan minuman kemasan dan juga bisa menigkatkan nilai ekonomi desa.
Introduksi Pembuatan Website Dan Pelatihan Pemasaran Melalui Media Online
Pemasaran di definisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik,dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen Downey dan
Erikson,1987. Pemasaran produk secara online saat ini banyak digunakan oleh para produsen barang ataupu reseller untuk memasarkan dan memperkenakan produk nya ke kalangan
masyarakat yang luas sehingga dapat meningkatkan nilai jual yang maksimal. Program pembuatan blog didasarkan pada wawancara dengan ketua UKM Dharma Karya
bahwa selama ini proses pemasaran yang terdapat di UKM masih menggunakan cara konvensional sehingga pemasaran produkbelum luas dan belum ada media online untuk
pemasaran berbasis
online.
Gambar 3. Tampilan website UKM Dharma Karya
104
Pendampingan inovasi kualitas kemasan produk
UKM Dharma Karya yang rata-rata produk dari UKM tersebut adalah olahan makanan dan minuman. Olahan makanan tersebut memiliki rasa yang enak dan bahan-bahan yang
digunakan tidak mengandung zat-zat yang berbahaya sehingga sangat berpotensi untuk dijual secara lebih luas. Tetapi untuk dapat memasuki pasar yang lebih luas, banyak hal yang harus
diperhatikan, salah satunya adalah kemasan atau
packaging
produk tersebut.
Packaging
dalam suatu produk haruslah memiliki standar dan menarik agar dapat dijual ke pasar yang lebih luas
dan tidak kalah saing dengan produk-produk lainnya.
Gambar 4. Pendampingan inovasi kemasan produk
Sosialisasi produk Halal dan P-IRT
Sosialisasi dan promosi halal diperlukan untuk memberikan edukasi bagi anggota UKM Dharma Karya . Melalui kegiatan sosialisasi produk halal dan P-IRT diharapkan para anggota
UKM dan pelaku usaha dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya produk halal dan P- IRT. Adapun beberapa program kegiatan sosialisasi produk halal dan P-IRT adalah sebagai
berikut: 1.
Memberikan edukasi tentang pentingnya produk halal. 2.
Memberikan edukasi Penting nya memiliki perizinan usaha. 3.
Sosialisasi tentang tantangan UKM di Masyarakat Ekonomi Asean MEA 4.
Memberikan bantuan untuk membuat lisensi halal berkerjasama dengan HTREND UII.
Yogyakarta, 30 November 2016
105
Gambar 5. Sosialisasi Produk Halal dan P-IRT
Pendampingan kualitas produk melalui kualitas air. Tandontanki air berfungsi menampung air dari sumber air baku sebelum dialirkan
kedalam instalasi pipa didalam rumah. Dengan tandon air, jika suatu saat pasokan air dari sumber air baku bermasalah, kita masih memiliki persediaan air untuk jangka waktu. Layout
merupakan skema yang mana untuk menjelaskan detail-detail mengenai tandon baik dari jumlah debit air, kecepatan air, jenis penyaringan air yang di gunakan dan titik koordinat
tandon. Tujuan dan manfaat dari layout tandon air adalah sebagai berikut :
1 Tempat menampung air dari sumber air baku.
2 Sebagai sumber air untuk dapat di distribusikan untuk keperluan UKM Dharma Karya
3 Menjelaskan secara detail mengenai kualitas air.
4 Menjadi bukti fisik untuk pengajuan proposal kepemerintah.
5 Menjadi acuan utama untuk melihat apakah kualitas air benar sehat untuk digunakan
dalam sebuah produksi makanan dan minuman UKM.
.
Gambar 6.Perbaikan kualitas tandon air Respon Masyarakat
106
Respon dan harapan masyarakat terhadap pengadaan dan pelatihan dan soislisasi dari KKN PPM UII kepada UKM Dharma Karya adalah sebagai berikut:
a. Bermanfaat bagi peningkatan kapasitas produksi b. Lebih cepat dan tanggap terhadap permintaan pasar
c. Rasa syukur atas diberikannya alat penunjang produksi d. Meningkatkan tingkat pemasaran bisnis UKM Dharma Karya
e. Perlengkapan administrasi perusahaan atau UKM Dharma Karya terpenuhi
KESIMPULAN
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi UKM Dharma Karya sehingga tidak dapat memproduksi dan melakukan pemasaran secara maksimal. Salah satu permasalahannya
yaitu keterbatasan sarana dan prasaranadan juga system pemasaran yang di lakukan. Sehingga KKN PPM UII mengadakan program kerja berupa pengadaan alat-alat yang dibutuhkan UKM
Dharma Karya. Dengan pengadaan alat ini diharapkan UKM Dharma Karya dapat melakukan produksi dan pemasaran secara maksimal. Saran untuk program ini adalah supaya penggunaan
alat dan administrasi dapat berguna dan digunakan secara terus menerus. Kemudian untuk rekomendasi program selanjutnya adalah karena alat yang diperlukan UKM sudah disediakan
maka peran selanjutnya adalah mengkader anggota UKM Dharma Karya untuk mengembangkan produk mereka baik dari segi inovasi, pemasaran maupun kualitas produk.
Harapannya adalah UKM Dharma Karya menjadi lebih dikenal masyarakat dan produk yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran.
SARAN
Dengan melihat hasil evaluasi bahwa perlakuan-perlakuan yang dilaksanakan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain serta saling terkait, maka dapat direkomendasikan agar kinerja
usaha UKM meningkat sebagai berikut: 1
Pemberian pinjaman dilakukan berdasarkan penilaian kelayakan usaha yang ditetapkan terlebih dahulu, serta diklafikasikan berdasarkan jumlah modal, jenis usaha serta pasar yang
dituju. 2
Melihat sumbangan pelatihan terhadap kinerja usaha kecil, maka dirasakan perlu ditata kembali program pelatihan dengan memperhatikan hal-hal yang mendasar yaitu:
Peserta pelatihan harus benar-benar UKM yang dapat pinjaman dan tidak diperkenankan untuk diwakilkan
Yogyakarta, 30 November 2016
107
Peserta pelatihan kiranya dapat dikelompokkan berdasarkan jenis usaha, jumlah pinjaman yang diberikan serta tingkat pendidikan formal yang ditempuh. Hal ini agar
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 3
Melihat kondisi ada, dimana UKM yang diteliti memiliki keterbatasan sebagai berikut, Kemampuan pengelolaan dan perencanaan usaha
Informasi pasar yang terbatas Teknologi informasi yang minim
Serta modal kerja terbatas
Dengan kondisi keterbatasan di atas, maka sulit bagi UKM dalam mengembangkan usahanya. Untuk itu perlu kiranya, bagi UKM yang oriantasi ekspor secara kontinyu diberikan
tambahan pengetahuan tentang manajemen ekspor secara langsung dan informasi tentang pasar ekspor dengan diikutkannya pameran-pameran yang ada.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini didanai oleh skema Program Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti.
DAFTAR PUSTAKA Longeneckker, J.G. 2000.
Small Business Management
. South-Western College Publishing.
Sintya, Putri, E. Usaha Kecil Menengah sebagai Potret UKM Indonesia. http:bisnis dan Investasi.com.
Rini, E.S. 2013. Jenis Peran Pengembangan produk dalam meningkatkan penjualan.
Jurnal Ekonom
. Vol. 161
Qanita, A., Pranoto, N.H. 2015. Aplikasi Mesin Penepung Bahan Herbal untuk Meningkatkan Efesiensi Produksi pada Skala Home Industri. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kuncoro, M. 2011. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota dan
Kawasan. Jakarta. Riyadi, B., Supriady, D. 2004. Perencanaan Pembangun Daerah: Strategi Menggali Potensi Dalam
Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta. Ainuri, M. 2009. Nilai Ekonomi Modal Sosial Sebagai Media Rekaysa Difusi Teknologi Pada
Sentra Industri Pangan Skala Kecil. Vol 294. Downey,W.D dan Erickson,S.P Manajemen Agribisnis.Erlangga.Jakarta
108
PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK PANGAN HASIL INDUSTRI RUMAH
Munthoha
1
, Agus Mansyur
2
1
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia
Email: muntohafh.uii.ac.id
ABSTRAK
Desa Ngluwar merupaka n wilayah yang berada di pusat pertumvbuhan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Sebagaian besar masyarakat desa Ngluwar bekerja sebagai petani,
sedangkan sebagaian kecilnya ada pelaku usaha UKM lokal dibidang pengolahan pangan, sehingga sedikit banyak mewarnai pertumbuhan ekonomi desa Ngluwar. Dengan potensi
sumberdaya manusia terutama pelaku usaha UKM sebenarnya bisa meningkatkan pengembangan potensi lainnya seperti peningkatan budidaya tanaman pangan serta penambahan jumlah
sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha UKM lokal. Namun dengan latar belakang sebagai masyarakat agraris maka para pelaku usaha UKM masih memiliki kultur kerja yang
belum berkembangan sebagaimana diharapkan, dimana cara berpikir dan hasil usaha mereka belum berkembangan dengan teknologi pengolahan pangan yang memadai.Pola kerja tradisional
masih sangat terasa dimana pengelolaan usaha belum dikembangan dengan manajemen usaha yang modern, pengolahan dibidang pangan makanan belum menerapkan teknologi yang baik yang
mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Para pelaku usaha masih memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah bahan baku lokal dan keterbatasan pengetahuan dan skill
menggali potensi bahan pangan lokal yang dapat diolah sebagai produk makanan bernila i. Potensi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan pengembangan alat produksi memberikan peuang
yang baik bagi para pelaku usaha UKM desa Ngluwar karena masih tingginya permintaan pasar dan kemampuan serap produk makanan olahan dari wilayah Ngluwar dan sekitarnya. Dengan
memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pelaku usaha UKM untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal diharapkan dapat menumbuhkan posisi tawar dalam persaingan
produk dengan wilayah lain, sehingga dapat mewujudkan tujuan utama pemerintah desa untuk menekan keterbatasan ekonomi keluarga dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat secara
lebih luas.
Kata kunci : Peningkatan kapasistas SDM, peningkatan kualitas produk
ABSTRACT
Ngluwar village is a region of central pertumvbuhan Ngluwar districts, Magelang. A large part of the village community Ngluwar work as fa rmers, whereas in part of his existing businesses
SMEs locally in the field of food processing, so a little more coloring Ngluwar village of economic growth. With the potential of human resources, especially businesses SMBs can actually increase
the potential development such as an increase in cultivation of food crops as well as increasing the number of human resources involved in the business SMEs locally. However, with a background
as an agrarian society then businesses SMEs still has a working culture that has not berkembangan as expected, where the way of thinking and the results of their efforts have not been progress with
food processing technology that memadai.Pola traditional work is still strongly felt where management effort yet developed with modern business management, the field of food processing
food do not apply good technology that can improve the quality and quantity of products. The businesses still have limitations in increasing the number of local raw materials and lack of
knowledge and skills to explore the potential of local foodstuffs that can be treated as a valuable food product. The potential for increased human resource capacity and development of production
tools provide peuang good for business SMEs Ngluwar village because of the high market demand and absorption ability of processed food products from the region and surrounding Ngluwar. By
providing training and assistance to businesses SMBs to improve the quality and quantity of local products is expected to grow bargaining in product competition with other regions, so as to realize
Yogyakarta, 30 November 2016
109
the main purpose of the village government to suppress economic limitations families and to encourage the public welfare more large.
Keywords: Increasing the capacity of human resources, improvement of product quality
LATAR BELAKANG
Di negara Inbdonesia ini bahwa Usaha Kecil dan Menengah UKM mempunyai peranan strategis dalam kancah pembangunan teruatama dibidang perekonomian nasional. Peran UKM
mendorong pertumbuhan ekonomi kelas bawah, ini terbukti dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap di berbagai sector UKM. Dengan kondisi ekonomi negara yang stagnan sekalipun
bahwa UKM tetap mampu bertahan dan masih bisa tumbuh dibandingkan dengan usaha yang berskala besar. Artinya perekonomial nasional masih bisa bertahan dalam krisis karena
didukung oleh keberadaan dari usaha kecil fan menengah ini. Pengembangan UKM sudah sepantasnya mendapat perhatian yang besar dari semua kalangan, baik pemerintah, perguruan
tinggi maupun para pengusaha besar. Jaringan kemitraan harus dibangun untuk menopang ketahan ekonomi nasional dengan prinsip saling member keuntungan.
Pengembangan UKM saat ini perlu di dorong untuk mengembangkan keunggulan lokal lingkungan internal menangkap peluang pasar global, dengan dasar sinergi otonomi daerah
dan pasar bebas. Konsep pemikiran pengembangan UKM harus berskala global dengan diterjemahkan berdasarkan kearifan lokal untuk membangun program berskala local think
globaly and act locally sehingga kebijakan pengembangan UKM dapat berjalan sesuai kondisi dan situasi masyarakat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan
yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Sebagai sebuah dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang merupakan sebuah rangkaian dokumen perencanaan daerah bersama-
sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Magelang Tahun 2005-2025 Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2008, maka visi di dalam RPJMD
Kabupaten Magelang Tahun 2014-2019 haruslah memiliki keterkaitan terhadap pencapaian visi RPJPD Kabupaten Magelang sebagai kesinambungan pembangunan daerah.
Dengan adanya kebijakan pembangunan yang mengarah pada RPJMD maka pemerintah kabupaten magelang akan melanjutkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran.
Program tahun 2014-2019 dari pemerintah kabupaten Magelang dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Magelang pada masa lalu dan saat ini, tantangan
yang dihadapi dalam 5 lima tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar
110
yang dimiliki serta dengan tetap memperhatikan
motto
Kabupaten Magelang yaitu “Gemah Ripah Iman Cemerlang” atau Magelang Gemilang dan Visi Pembangunan Kabupaten
Magelang Tahun 2009-2014. Untuk mewujudkan visi pembangunan 5 lima tahun maka ditempuh melalui 6 enam misi pembangunan daerah, salah satunya adalah
“ Membangun perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya saing” Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah
di Kabupaten Magelang yang memiliki sejumlah UKM yang potensial, dimana para pelaku usahanya merupakan masyarakat lokal yang melakukan pengolahan produk pangan berbasis
potensi lokal. Seiring adanya kegiatan pendampingan maka muncul beberapa permasalahan yang dihadapi para UKM berupa keterbatasan skill dan wawasan usaha. Beberapa masalah
tentang pengolahan produk masih bersifat tradisonal, pengemasan dan packing produk masih sederhana, serta standar produk belum mengacu pada standar BPOM. Oleh karenanya
pelaksanaan program pengembangan UKM akan diarahkan pada pengembangan SDM dan pembaharuan teknologi melalui bentuk pengabdian kepada masyarakat.
PERMASALAHAN
Keberadaan usaha skala kecil dan menengah UKM di Indonesia adalah merupakan subyek pemikiran yang senantiasa menjadi perjhatian banyak pihak sebab perusahaan skala
kecil ini ada di tiap wialayah terkecil sekalipun, dan dampaknya menciptakan lapangan kerja yang potensial. Fakta menyatakan bahwa sektor ekonomi UKM memiliki proporsi unit usaha
terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 Demikian halnya dengan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan
kecamatan yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu berbatasan dengan kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Ngluwar merupakan daerah
pertumbuhan yang cukup menjanjikan sebagai daerah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dimana memiliki 8 desa.
Program pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak pihak, termasuk perguruan tinggi merupakan satu mitra alternatif bagi masyarakat untuk bisa lebih aktif dalam
mengembangkan potensi diri, dan memperbaiki perekonomian keluarga. Dengan adanya program pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat, bisa lebih berperan aktif dalam
menjalankan serta mengembangkan perekonomian yang ada di Desa. Dengan adanya kemitraan dengan perguruan tinggi diharpkan Usaha Kecil dan Menengah UKM masyarakat Desa, dapat
berjalan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dari Sumber Daya Alam SDA dan Sumber Daya Manusia SDM yang ada di Desa.
Yogyakarta, 30 November 2016
111
Kemauan dan keuletan pelaku usaha di masyarakat dalam menggeluti pekerjaan sebagai produsen produk pangan dapat dilihat dalam kegiatan produksi dari produk-produknya. Setiap
hari masyarakat UKM harus berproduksi karena permintaan pasar selalu terjadi setiap hari, selain itu keberlangsungan usaha sangat tergantung dari hasil penjualan produk tiap harinya..
Kapasitas produksi masyarakat atas produk yang dihasilkan saat ini diserap pasar dalam ukuran kiloan, sehingga nilainya sangat ditentukan oleh harga pasar. Sedangkan kemampuan
untuk menemukan pasar baru di luar penjualan kiloan belum mampu bersaingan dengan produk jadi yang sudah ada di pasar tertentu.
Berdasarkan masih besarnya peluang permintaan produk pangan maka pemerintah Desa Ngluwar berupaya menumbuhkan potensi lokal berbasis kompetensi sumberdaya manusianya.
Pemanfaatan hasil pertanian dan perkebunannya harus dilakukan secara optimal, yaitu dengan memanfatkan ilmu Teknologi Pengolahan pangan. Mengingat persaingan cukup tinggi, produk-
produk makanan lokal hasil UKM setempat memerlukan pendampingan oleh perguruan tinggi, mengingat tingkat pengetahuan dan skill SDM lokal belum mampu mendorong peningkatan
produk yang ada. Dengan memperhatikan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional serta amanatnya dalam rangka meningkatkan produksi dan konsumsi yang beragam untuk menunjang Program Peningkatan Ketahanan Pangan maka perlu
pembinaan dan pengembangan UKM melalui Diversifikasi Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal.
Oleh karenanya perlu pengawalan terhadap UKM agar memiliki cara produksi yang baik CPB atau dalam bahasa asing dikenal
Good Manufacturing Practice
GMP, harus diterapkan kepada semua aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi, agar produk memenuhi
harapan konsumen, berarti bahwa produk yang dibeli pada kenyataanya sama dengan yang diklaim pada label, tepat digunakan, tidak terkontaminasi dengan apapun yang mungkin
berbahaya dan tidak memiliki kandungan bahan kimiawi yang merusak kesehatan, sehingga perlu standar pengawetan, pengemasan dan penyimpanan yang baik.
Dengan memperhatikan banyaknya permintaan yang terjadi tiap hari sesungguhnya para UKM mampu memenuhi permintaan pasar, namun kemampuan belum bisa optimal karena
masih ada keterbatasan alat.
112
Tabel 1 . Potensi Permintaan Pasar No
Produk UKM
Kapasitas 1 bal: 2,5Kg Permintaan
1 Criping Ketela
21 ± 90 - 100 bal hari
≥ 200 balhari 2
Criping Pisang 16
± 90 - 100 bal hari
≥ 200 balhari
Dari kapasistas produksi 21 UKM saat ini baru mampu menghasilkan ± 90 - 100 bal hari criping ketela dan 16 UKM juga baru mampu menghasilkan criping pisang sebanyak ± 90 -
100 bal hari, karena masih adanya keterbatas kemampuan tiap UKM. Sedangkan potensi permintaan pasar masih belum mampu dipenuhi, sehingga jika dibiarkan maka potensi pasar
tersebut dapat di raih oleh produk UKM luar wilayah desa Ngluwar. Masalah yang Dihadapi UKM saat ini Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh
Usaha Kecil dan Menengah UKM, antara lain meliputi:
1
Faktor Internal
a Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan
untuk mengembangkan suatu unit usaha. Minimnya permodalan UKM di desa Ngluwar disebabkan oleh factor tikat perekonomian keluarga, yaitu UKM yang ada pada
umumnya masih merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik usaha itu sendiri. Sedangakan kemampuan
untuk mengakses pendanaan dari luar masih belum dilakukan karena pola piker dan kemampuan usahanya dianggap masih kecil sehingga menjadi penghambat kemajuan
usahanya. b
Kualitas Sumber Daya Manusia SDM dari para UKM desa Ngluwar pada dasarnya tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga berkesinambungan. Pada sisi
lain tingkat pendidikan formal maupun dukungan pengetahuan dan skill masih belum memadai untuk menopang perkembangan usahanya. Pengaruh system manajemen
pengelolaan usaha keluarga berdampak pada kesulitan berkembang, apalagi kemampuan untuk memasukan perkembangan teknologi terapan baru untuk
meningkatkan kemampuan dan daya saing produk yang dihasilakn oleh usahanya. c
Belum adanya dukungan jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar yang kuat membuat UKM desa Ngluwar mempunyai banyak keterbatasan menyebabkan sulit
untuk meningkatkan pengembasngan produk usahanya.
Yogyakarta, 30 November 2016
113
d Dengan lemahnya daya serap produk membuat UKM tidak mudah untuk
mengembangkan produksinya secara lebih besar serta kualitasnyapun menjadi kurang kompetitif. UKM.
e Factor mentalitas pelaku usaha UKM belum memadai, dimana jiwa kewirausahaan
menjadi hal penting yang sering dilupakan dalam pembinaan dan pengembangan UKM di pedesaan. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali
memiliki andil juga dalam membentuk kinerja para pelaku usaha UKM. Beberapa diantaranya konerja atau ritme kerja cenderung datar kurang aktif untuk menemukan
peluang-peluang pasar, tidak uletnya membangun jaringan informasi dan kemitraan yang memperlambat gerak majunya usaha.
2 Faktor Eksternal
a Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif untuk upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan
Menengah UKM. Banyak factor yang mempengaruhi dalam pengabilan kebijakan oleh pemerintah dalam memberdayakan UKM. Iklim persaingan masih dirasa kurang sehat
dan terkadang merugikan para pelaku usaha kecil. b
Banyak UKM masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana usaha. Minimnya informasi tentang kemanjuan teknologi terapan mwembuat para
UKM lamban dalam memanfatkan kesempatan itu. Akibatnya masih banyak sarana dan prasarana yang mereka miliki kurang mendukung kemajuan usahanya.
c Rendahnya kualitas produk teruatama makanan olahan local home industry membuat
UKM tidak mudah bersaing secara lebih luas di lini produknya. Faktornya adalah sifat produk dengan ketahanan pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri
atau karakteristik sebagai produk-produk yang kurang bertahan lama. Banyakk factor meliputi bahan baku kurang baik, system produksi yang kurang memenuhi criteria baik
serta pengemasan produk yang tidak baik. d
Terbatasnya akses pasar menyebabkan produk yang dihasilkan UKM tidak dapat dipasarkan secara kompetitif. UKM hanya sebatas melayani konsumen perantara yang
justru ikut menentukan harga pembelian kepada UKM. e
Dengan keterbatasan akses informasi, UKM akan sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkompetisi pada produk yang sama dari UKM lain,
sehingga tidak dapat diketahui seberapa besar daya saing dan kualitas produk yang dihasilkan untuk jangka panjang.
114
METODE
Atas berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Ngluwar, khususnya di maka disusun solusi yang dapat dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu :
a. FGD, yaitu melaksanakan dialog dengan para UKM yang masih aktif dalam usahanya
guna menemukenali permasalahan utama dari usahanya dan penguatan komitmen usaha yang berorientasi pada kebutuhan pasar.
b. Pemetaan dan identifikasi bahan baku pangan lokal yang potensial digunakan dalam
pembuatan produk pangan. c.
Perencanaan kegiatan bisnis bisnis plan di tingkat kelompok sasaran. d.
Penerapan Teknologi pengolahan pangan pada produk unggulan serta pemasarannya berbasis konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk meningkatkan daya saing
UKM. e.
Melaksanakan Penyediaan teknologi terapa berupa alat pendukung usaha yang dapat meningkatkan kualitas produk secara terpadu.
f. Pelatihan pengolahan pangan local secara baik dan benar.
g. Pelatihan Manajemen usaha dan administrasi keuangan UKM
h. Pendampingan masyarakat UKM Desa Ngluwar agar ada keberlanjutan kegiatan
usahanya sesuai dengan prinsip ASUH.
PELAKSANAAN PROGRAM
Pelaksanaan Program meliputi : a.
Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komit- men usaha berorientasi pasar
b. Penyuluhan Kewirausahaan dalam UKM Bisnis Plan
c. Praktek pembuatan Bisnis Plan di kelompok UKM
d. Pengenalan Teknologi Pengolahan Pangan
e. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing
bahan serta gizi bahan makanan f.
Pengenalan Bahan Tambahan Pangan BTP g.
Good Manufacturing Practice GMP Cara Produksi yang Baik CPB h.
Manajemen Pangan dengan konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal sanitasi, hygiene dan keamanan pangan.
i. Perencanaan dan Cara Mendesain Kemasan
j. Praktek Pengemasan
Yogyakarta, 30 November 2016
115
k. Praktik Pengolahan Pangan Lokal
l. Penyediaan fasilitas produksi untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas
produk pangan. m.
Pelatihan pemasaran produk secara sederhana dan efektif . n.
Pelatihan Administrasi dan Keuangan Usaha.
Profil Mitra kerjasama
a. Para pelaku usaha UKM Desa Ngluwar sudah lama memiliki pengolahan produk pangan
yang dihasilkan industri rumah tangga. Para pelaku usaha UKM jumlahnya cukup lumayan untuk ukuran Desa di kabupaten Magelang yaitu berkisar 81 UKM. Hasil produk
olahan pangan tersebut dipasarkan ditingkat lokal dan keluar wilayah kecamatan Ngluwar b.
Berdasarkan potensi yang paling menonjol adalah industri pengolahan produk makanan, diantaranya meliputi :
Tabel 2. Produk UKM Desa Ngluwar No Produk Pangan
Bahan UKM
1 Kerupuk Lele
Ikan Lele 4 unit
2 Slondok
Ketela 6 unit
3 Lempeng
Nasi Beras 9 unit
4 Criping Ketela
Ketela 21 unit
5 Lanting
Ketela 5 unit
6 Rengginan
Nasi Beras 4 unit
7 Bolu Kukus
Waluh Ketela 3 unit
8 Susu Jagung
Jagung 2 unit
9 Kerupuk Ketela
Ketela 6 unit
10 Galundeng Kering
Tepung 3 unit
11 Criping Pisang
Pisang 16 unit
12 Jamur Crispy
Jamur Kuping 2 unit
Sumber : Desa Ngluwar c.
Dari 81 unit usaha UKM dengan produk pada tabel di atas, bahwa produk yang paling besar diserap pasar adalah produk berbahan ketela dan pisang. Produk berbahan ketela dan
pisangpun jenisnya adalah criping. Sedangkan sebagian produk lainnya masih membutuhkan waktu untuk berkembangan seperti produk criping.
d. Dengan kondisi di atas maka pada tahun 2014 telah diupayakan untuk menumbuh
kembangkan produk yang ada dari warga masyarakat bersama banyak pihak. Tujuannya
116
untuk memberi nilai tambah bagi usaha masyarakat, baik usaha yng sudah berjalan maupun warga masyarakat yang akan merintis atau memulai usaha baru.
e. Para UKM desa Ngluwar sesungguhnya memiliki banyak permintaan produk yang cukup
besar. Diantara produk yang paling banyak diminati adalah produk criping pisang dan criping ketela. Mulai tahun tahun 2000 banyak pihak telah mengupayakan pembinaan
hasil-hasil pertanian dan perkebunan namun belum masimal karena dukungan banyak pihak masih sebatas pembinaan pengetahuan dan skill yang tidak berkelanjutan sehingga
hasil yang diharpkantidak bias mempengaruhi perubahan ekonomi keluarga di masyarakat.
Tahapan Realisasi Program
Pada pelaksanaan KKN di desa Ngluwar telah dilakukan pertemuan awal dengan masyarakat teruatama mengundang kelompok UKM untuk memaparkan progran KKN
Tematik, terkait program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Selanjutnya dilakukan kegiatan berdasarkan acuan program yang telah disusun dalam program-
program KKN PPM meliputi : a.
Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komitmen usaha berorientasi pasar, dimana para UKM yang ada di desa Ngluwar masih bersifat
tradisional dalam pengelolaan, dan pemahaman terhadap pasar masih sebatas jualan produk. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2016 jam 19.30 WIB.
Gambar 3. Dialog dengan para pelaku usaha lokal UKM b.
Pemetaan bahan pangan lokal yang potensial untuk pengolahan produk pangan baru. Beberapa bahan pangan yang dikelola masyarakat masih ada yang belum diolah dan masih
dijual mentah dari hasil budidaya tanaman pangan. Olehkarenanya perlu pemetaan ulang dan pendampingan untuk memberikan bantuan pemikiran ataupun skliil biladibutuhkan
untuk pengolahan pasca budidaya. Pelaksanaan ini dilakukan membutuhkan kecermatan dan waktu yang cukup guna mengetahui apakah setiap bahan pangan dapat diberi nilai
Yogyakarta, 30 November 2016
117
tambah atau tidak sehingg mampu menaikan harga jual yang lebih baik. Dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus 2016 hingga waktu 12 Agustus 2016
Gambar 4. Pemetaan Potensi bahan pangan lokal c.
Pendampingan kepada para UKM lokal untuk melihat kembali unit usahanya yang sedang berjalan guna melihat potensi berkembangnya usaha melalui pengelolaan yang baik dan benar.
Proses ini memberikan dampingan pembelajaran secara utuh kepada para UKM berdasarkan kasus usaha masing-masing UKM. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Proses
ini diarahkan hingga pembelajaran pada Perencanaan Bisnis UKM skala kecil hingga menengah
Bisnis Plan
. Dilaksanakan mulai tanggal 6 Agustus 2016 dan diharapkan bisa mendampingan beberapa UKM hingga tanggal 13 Agustus 2016
Gambar 5. Penyuluhan Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal
Gambar 6. Pendampingan Pemahaman Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal d.
Pembinaan para UKM local agar memiliki wawasan dan mengerti perlunya produk yang di produksi berstandar makanan sehat, aman dan berkualitas. Maka kepada beberapa UKM
118
dilakukan pendampingan untuk mengikuti aturan dan ketentuan mengenai produksi makanan yang aman, sehat, utuh dan halal ASUH sesuai yang disyaratkan oleh pemerintah melalui
BPOM. UKM didampingi untuk mendaftar produknya guna mendapatkan ijin produksi PIRT terhadap usaha produksi makanan olahan yang menjadi sumber pendapatan keluarganya.
Dilaksanakan tanggal 14 sd 15 Agustus 2016.
Gambar 7. Pendampingan kepada para UKM untuk mewujudkan produk terstandart BPOM e.
Sebagai bagian dari proses pembinaan dan pengembangan UKM maka KKN UII bekerjasama dengan Pemerintah Desa Ngluwar untuk meningkatkan kemampuan produksi para UKM yang
ada. Dari beberapa UKM yang ada terdapat beberapa yang masih membutuhkan pendampingan guna meningkatkan kemampuan produksinya. Salah satunya adalah dengan memberikan
bantuan alat-alat produksi yang sesuai dan dibutuhkan para UKM tersebut. Bersama pemerintah desa maka para UKM diberikan pengarahan tentang motivasi dan kemampuan berwirausaha
Agar para UKM memiliki semangat untuk menumbuhkembangkan usahanya keraha yang lebih baik.
Gambar 8. Penyerahan bantuan alat produksi bagi UKM dari mahasiswa dan pengarahan pembinaan dari Desa
f. Bagi para UKM telah memiliki berbagai produk hasil usahanya dengan segala kemampuannya,
dan masing-masing punya teknik atau cara yang berbeda dalam pengolahan bahan baku sebagai dasar produknya. Dengan menggunakan alat rekayasa produk maka para UKM telah mencoba
menggunakan teknologi yang lebih baik dari sebelumnya. Para UKM selama ini menggunakan pisau atau alat pemotong lain untuk mengolah bahan baku seperti ketela, pare, kentang atau
bahan lainya. Dengan menggunakan alat potong berupa mesiin pemotong cepat maka dapat
Yogyakarta, 30 November 2016
119
menghemat tenaga, memudahkan pemotongan bahan sesuai ukuran yang sama. Pelaksanaannya dilakukan tanggal 18 Agustus 2016.
Pemotongan manual pisau Tangan
Gambar 9. Pengenalan Teknologi Pengolahan bahan Pangan
g. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing bahan
serta gizi bahan makanan melalui 2 kali penyuluhan kepada para UKM maupun warga masyarakat sekitar. Kegiatannya dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2016.
Gambar 10. Penyuluhan Pangan Berbahan Baku Lokal macam dan sifat - gizi makanan
Selanjutnya dilakukan beberapa praktek mengenai pengolahan bahan makanan pilihan lain sebagai produk baru ketela, jagung dan tepung. Dilaksanakan pada tanggal 22 sd 23 Agustus
2016.
120
Gambar 11. Praktek Pengolahan Pangan Berbahan Baku Lokal
h. Dari beberapa produk para UKM dapat di evaluasi melalui kegiatan penyuluhan tentang konsep
pemasaran baik yang sederhana. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2016. Pemasaran juga berkaitan dengan pola pengemasan produk para UKM yang selama ini sudah
ada. Pengemasan dapat dipilah berdasarkan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen.
Gambar 12. UKM dan masyarakat dikenalkan desain kemasan menarik sesuai kebutuhan produk
Beberapa produk dijual berdasarkan konsumen yang menghendaki dengan model ukuran tertentu dan model curah, sehingga pengemasan akan menyesuaikan pilihan konsumen tersebut.
Dengan adanya dua moidel serapan pasar oleh konsumen maka mahasiswa mendorong untuk melakukan pengemasan yang baik dan tahan terhadap segala kondisi. Beberapa contoh kemasan
di atas merupakan kemasan untuk melayani model konsumen menengah keatas sehingga diperlukan pengenalan konsep pengemasan yang baik dan menarik.
Sedangkan pengemasan yang memenuhi konseumen tertentu model kemasannya tertentu pula seperti pembelian konsumen dalam jumlah tertentu Kg, ons atau ball.
Yogyakarta, 30 November 2016
121
Gambar 13. Pengolahan dan Produk olahan
Gambar 14. Pengemasan produk olahan
Gambar 15. Pengemasan produk olahan kg, gram dan ball i.
Sebagai tahap lanjutan dari pembinaan bagi para UKM adalah memberikan penyuluhan terhadap segala yang terkait administrasi, seperti
penyuluhan keuangan, penghitungan HPP produk, pembukuan neraca keuangan
.
122
Gambar 17. Penyuluhan administrasi dan Keuangan j.
Proses hasil pembinaan UKM diharapkan ada umpan balik dari masyarakat luas maka dilakukan pameran produk UKM di tingkat Kecamatan untuk siar produk terhadap masyarakat
luas. Beberapa produk ditampilkan dan di tunjukkan pula profil Desa Ngluwar tahap awal editan awal sebagai gambaran tentang usaha-usaha masyarakat di berbagai bidang.
Gambar 18. Pameran di Kecamatan Ngluwar : produk alternative dari hasil pelatihan kepada masyarakat
Yogyakarta, 30 November 2016
123
Gambar 19. Profil Desa Ngluwar : beberapa tampilan halaman profil
KESIMPULAN
Program kegiatan KKN UII di desa Ngluwar ini masih tahap awal sehingga kegiatan masih belum banyak, yaitu mulai seleksi awal mahasiswa hingga pelaksanaan beberapa
kegiatan KKN yang direncanakan. Oleh karenanya kegiatan yang terlaporankan masih sementara. Maka dapat disimpulkan meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan awal persiapan dan pembinaan melalui program sudah dilaksanakan
guna mewujudkan hasil yang diharapkan. 2.
Kegiatan dialog dan pemetaan usaha masyarakat UKM dan kegiatan dampingan perencanaan usaha sudah dilaksanakan sehingga kegiatan KKN sudah berjalan sesuai
dengan arah dan sasaran program. 3.
Beberapa luaran seperti a.
adanya pemahaman tentang pentingnya melakukan perencanaan bisnis tradisional melangkah pada perencanaan bisnis yang lebih maju.
b. terlatihnya kelompok usaha masyarakat dalam pembuatan rencana usaha kedepan
dengan berbasis potensi wilayah. c.
Terpetakannya bahan-bahan hasil budidaya lokal yang potensi untuk dikembangkan sebagai alternative diversifikasi produk makanan lokal seperti tumbuhan gagan-
gaganan, pace dan kenikir
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana
124
hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Indonesia, Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Mayarakat, Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
Yogyakarta, 30 November 2016
125
PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO
KABUPATEN PURWOREJO
3
Nur Feriyanto
1
, Abdul Jamil
2
1
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Islam Indonesia
2
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia e-mail: nur.feriyantouii.ac.id
ABSTRAK
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan
setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4 tersebut bertujuan mendorong
prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan perekonomian masyar akat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai
obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang
bersifat sentralistik pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat. Dalam upaya mengelola potensi yang ada
tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta bertanggung jawab sehingga
mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi.
Kata Kuci: Undang-undang Desa, dan Penguatan kelembagaan
ABSTRACT
With the enactment of Law No. 6 of 2014 on the village then became a tremendous opportunity for every village in Indonesia to be able to develop all their potential independently
according to the needs of each in order to realize the public welfare. Law number 6 th 2014 Article 4 is to encourage initiative, movement, and the participation of the village community to the
development potential and assets for the welfare of the village together; as well as improve the economy of the village community and overcome the gap of national development. But this time
there is very little village that is able to develop its potential. It is due to this village for more positioned as the object of development so it relied on the help of the central government. Low
creativity of human resources in the village as a result of the development system is centralized in the past resulted in a lot of potential left to rot is not developed to the source of the prosperity of
society. In an effort to manage the existing potential, the necessary institutional strengthening through the establishment of institutional capacity building in a professional, efficient, effective and
responsible so as to improve the economy of the community and solve the problems of poverty that has been happening.
Kuci said: Act Village, and institutional strengthening
3
Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
126
LATAR BELAKANG
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing- masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4
tersebut bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan
perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal
ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber
daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat
sentralistik
pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk
sumber kemakmuran masyarakat. Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional, karena
apabila setiap desa telah mampu melaksanakan pembangunan secara mandiri maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan meningkatkan indek
kemakmuran masyarakat Indonesia. Untuk bisa mewujudkan semua ini maka pemerintahan desa bersama-sama dengan segenap lembaga dan tokoh masyarakat perlu mengenali potensi
apa saja yang ada baik fisik maupun non-fisik dan memahami bagaimana strategi dan cara mengembangkan potensi tersebut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
masyarakat. Dalam pengembangan potensi desa harus diseuaikan dengan permasalahan kehidupan
atau kebutuhan masyarakat agar hasilnya benar-benar bisa dirasakan untuk meningkatkan kesejahteraan secara luas sesuai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam upaya mengelola
potensi yang ada tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta
bertanggung jawab sehingga mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi.
PERMASALAHAN
Desa sidorejo merupakan wilayah desa di Kabupaten Purworejo yang masuk dalam kategori kemiskinan sedang, faktor ini dilihat dari tingkat ekonomi warga, pekerjaan, tingkat
pendidikan, rumah tinggal dan kesehatan. Menurut data dari pemerintahan desa, kemiskinan di
Yogyakarta, 30 November 2016
127
wilayah Desa Sidorejo berjumlah 363 jiwa penduduk yang tersebar di 5 pedukuhan yaitu di pedukuhan bokongan berjumlah 53 jiwa , sorogenen berjumlah 24 jiwa , jurangjero berjumlah
97 jiwa, dan jambean berjumlah 189 jiwa
sumber desa Sidorejo 2014
. Ketidak berdayaan dan kemampuan lembaga desa dalam mengelola potensi desa yang
ada, menjadikan pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo mengalami
stagnasi
, hal tersebut dikarenakan lembaga desa tidak memiliki peran dan tanggung jawabnya dalam pengentasan
kemiskinan berbasis pengembangan potensi lokal yang ada.. Permasalahan –permasalahan
tersebut akibat dari:
No Aspek
Permasalahan
1. Tidak adanya perencanaan
dalam menyongsong UU Desa no 6 tahun 2014
1. Kemampuan SDM dalam memamahami UU
Desa no 6 tahun 2014 2.
Kemampuan SDM dalam membuat perencaaan pengembangan desa terbatas
3. Tidak adanya perencanaan pengembangan
jangka pendek dan panjang 4.
SDM dalam menyusun perencanaan berdasarkan kebutuhan
5. Ketidaktahuan SDM dalam membuat
perencanaan yang baik
2. Tidak ada pemetaan dan
profil wilayah 1.
SDM tidak memiliki kemampuan memotret potensi wilayah
2. SDM tidak memiliki kemampuan dalam
memetakan wilayah 3.
SDM tidak memiliki kemampuan dalam menyusun profil desa
3. Keterbatasan kemampuan
lembaga dalam mengelola potensi desa
4. Tidak adanya pendataan potensi desa
5. Tidak adanya tanggung jawab SDM dalam
pengembangan potensi desa 6.
Kemampuan SDM dalam mengembangkan potensi yang ada terbatas
4. Sinergitas antar lembaga
1. Lembaga tidak memiliki
sinergitas
kerjasama dalam pengembangan potensi desa
2. Perbedaan tujuan lembaga
128
3. Tidak adanya keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan potensi wilayah
METODE ANALISIS Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan
strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
strength
dan peluang
opportunities
, namun secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan
weakness
dan ancaman
threats
. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan
demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010;
Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model
diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:
1 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal
Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal perusahaan dengan kegiatannya seperti analisis terhadap competitor, analisis terhadap
nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi
perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS
Eksternal Strategic Factors Analysis Summary
. 2
Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti
sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS
Internal Strategic Factors Analysis Summary
. 3
Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT.
Yogyakarta, 30 November 2016
129
Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik
SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: i
Dalam sel
opportunities
O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.
j Dalam sel
Treats
T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan.
k Dalam sel
Strengths
S buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini maupun masa mendatang.
l Dalam sel
Weakness
W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4
Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut.
i Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.
j Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman.
k Strategi WO
Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
l Strategi WT
Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman.
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS
EFAS STRENGTHS S
Tentukan faktor- faktor kelemahan
internal WEAKNESS W
Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
OPPORTUNITIES O
STRATEGI SO Ciptakan strategi
yang menggunakan STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
130
Tentukan faktor
peluang eksternal kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS T Tentukan faktor
ancaman eksternal STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1.
Hasil analisis SWOT
Dengan mengaplikasikan metode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai
strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Analisis SWOT
IFAS
EFAS
Kekuatan S Kelemahan W
Adanya potensi alam dan pertanian
Adanya potensi kerajinan, kuliner dan
kesenian Lokasi berdekatan
dengan pusat kota Purworejo
SDM lemabaga desa belum mempunyai
kemampuan dalam
menyusun sebuah
perencanaan SDM lembaga desa belum
melakukan pendataan potensi lokal
Kemampuan SDM lembaga desa dalam mengembangkan
potensi desa tidak ada Kelembagaan Desa belum
terbentuk dalam pengembangan potensi lokal
Peluang O Strategi S-O
Strategi W-O
Terciptanya pemetaan potensi lokal
1. Pendampingan
pemetaan potensi
desa 1.
Pendampingan pemetaan
potensi ekonomi desa
Yogyakarta, 30 November 2016
131
Terciptanya masterplan pengembangan potensi
lokal 2.
Pendampingan penguatan
kelembagaan desa 3.
Studi banding 4.
Pendampingan pengembangan
potensi lokal 2.
Pendampingan penyusunan perencanaan Desa
3. Pendampingan
sekolah lapangan
melalui studi
banding
Ancaman T Strategi S-T
Strategi W-T
Tidak adanya pemetaan potensi lokal
Tidak adanya
perencanaan skala desa Tidak
adanya penguatan kelembagaan
dalam menyongsong
undang-undang desa 1.
Terciptanya peta
potensi ekonomiDesa
2. Pembuatan
perencanaan dalam
bentuk masterplan 3.
Terciptanya perencanaan
pengembangan potensi lokal skala
desa 1.
Meningkatkan kemampuan SDM
dalam meyusun
perencanaan desa 2.
Pendampingan kelembagaan desa dalam menyusun peta
potensi ekonomi desa 3.
Pendampingan penguatan
kelembagaan desa
Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya
manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3.
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM pengembangan potensi lokal melalui penguatan kelembagaan sebagai solusi pengentasan kemiskinan di desa Sidorejo Kabupaten Purworejo
132
No Aspek Permasalahan
Prioritas program
1. Tidak
adanya perencanaan
dalam menyongsong UU
Desa no 6 tahun 2014
1. Kemampuan SDM dalam
memamahami UU Desa no 6 tahun 2014
2. Kemampuan SDM dalam
membuat perencaaan
pengembangan desa
terbatas 3.
Tidak adanya
perencanaan pengembangan
jangka pendek dan panjang
4. SDM dalam menyusun
perencanaan berdasarkan kebutuhan
5. Ketidaktahuan
SDM dalam
membuat perencanaan yang baik
1. Sosialisasi UU Desa no 6
tahun 2014 2.
Pelatihan peningkatan
kapasitas SDM
dalam membuat perencanan desa
berbasis potensi lokal 3.
Lokakarya desa tentang perencanaan desa berbasis
potensi lokal penyamaan persepsi
dan tujuan
perencanaan 4.
Pendampingan penyusunan
pedoman perencanaan desa berbasis
potensi lokal 5.
Sosialisasi perencanaan
desa berbasis potensi lokal 6.
Pendampingan penyusunan perencanaan
desa 7.
Pembuatan dokumentasi perencanaan desa berbasis
potensi lokal 2.
Tidak ada pemetaan ptensi
ekonomi desa 1.
SDM tidak memiliki kemampuan
memotret potensi wilayah
2. SDM tidak memiliki
kemampuan dalam
memetakan wilayah 3.
SDM tidak memiliki kemampuan
dalam 1.
Peningkatan kemampuan SDM dalam pembuatan
peta potensi wilayah 2.
Pendampingan pemetaan berbasis
swadaya masyarakat
3. Pendampingan pembuatan
peta potensi wilayah
Yogyakarta, 30 November 2016
133
menyusun peta ekonomi desa
4. Pendampingan pembuatan
profil wilayah
3. Keterbatasan
kemampuan lembaga dalam
mengelola potensi desa
1. Tidak adanya pendataan
potensi desa 2.
Tidak adanya tanggung jawab
SDM dalam
pengembangan potensi
desa 3.
Kemampuan SDM dalam mengembangkan potensi
yang ada terbatas 1.
Pendampingan pendataan potensi lokal
2. Pendampingan motivasi
SDM dalam
pengembangan potensi
desa 3.
Pembelajaran melalui
studi
wilayah di Desa lain yang sudah
berhasil dalam
pengembangan potensi
lokal 4. Sinergitas antar
lembaga 1.
Lembaga tidak
memiliki
sinergitas
kerjasama dalam
pengembangan potensi desa
2. Tidak
adanya keterlibatan
partisipasi masyarakat
dalam pengembangan
potensi wilayah 1.
Rembug Desa dalam penyamaan
tujuan pengembangan potensi
wilayah 2.
Pembentukan lembaga pengembangan potensi
desa 3.
Pendampingan penguatan
lembaga berbasis
partisipasi masyarakat
134