Ketidak mampuan pemetaan sumber mata air alternatif

Yogyakarta, 30 November 2016 77 3 Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT. Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: a Dalam sel opportunities O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis. b Dalam sel Treats T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan. c Dalam sel Strengths S buat kekuatan yang dimiliki baik saat ini maupun masa mendatang. d Dalam sel Weakness W susun 5 sampai 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4 Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut. a Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya. b Strategi ST Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman. c Strategi WO Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d Strategi WT Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman. Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS EFAS STRENGTHS S Tentukan faktor-faktor kelemahan internal WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal 78 OPPORTUNITIES O Tentukan faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREATHS T Tentukan faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan- kelemahan dan menghindari peluang HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan S Kelemahan W  SDM memiliki keterbatasan dalam mengelola lingkungan  SDM memiliki keterbatasan dalam menghasilkan air bersih  Keterbatasan masyarakat dalam membuat drainase  Keterbatasan masyarakat dalam memetakan ketersediaan air  Keterbatasan masyarakat dalam melakukan pemanenan air hujan  Tidak ada air bersih  Belum adanya masaterplan drinase  Belum adanya gerakan pemanenan air hujan  Belum adanya sosialisasi pengolahan limbah Yogyakarta, 30 November 2016 79  Keterbatasan masyarakat dalam mengelola limbah rumah tangga Peluang O Strategi S-O Strategi W-O  Terciptanya sumber air bersih  Terciptanya peningkatan masyarakat dalam mengelola lingkungan drainase, dan limbah 1. Pendampingan pengadaan air bersih 2. Pendampingan penyusunan masterplan lingkungan 3. Pendampingan gerakan pemanenan air hujan 4. Pendampingan pengelolaan limbah keluarga 1. Memetakan sumber mata air 2. Pendampingan pembuatan sumur bur 3. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam menyusun masterplan lingkungan drinase 4. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola limbah keluarga Ancaman T Strategi S-T Strategi W-T  Tidak adanya peta masterplan lingkungan  Tidak adanya kesedian air bersih  Tidak adanya tata kelola lingkungan baik 1. Pembuatan peta masterplan lingkungan 2. Pendampingan pengolahan air bersih dan pengadaan air bersih 3. Pendampingan tata kelola lingkungan 1. Meningkatkan kapasitas sdm masyarakat dalam menyusun masterplan lingkungan 2. Pendampingan peningkatan kapasitas sdm masyarakat dalam tata kelola lingkungan 3. Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3. 80 Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM di Desa Soko Purworejo No Aspek Permasalaha 1. Air Bersih 1. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola sumber mata air 2. Ketidak mampuan warga dalam pemanfaatan air hujan 3. Ketidakmampuan warga masyarakat dalam memetakan sumber air alternatif 4. Ketidakmampuan warga masyarakat dalam menghitung kebutuhan air dengan jumlah penduduk 5. Air sumber hanya di alirkan ke parit tidak bersemen sehingga air akan mudah meresap sebelum sampai ke penampungan penduduk 2. Drainase 1. Drainase air hujan dibuat sembarangan 2. Drainase dibuat dengan metode parit yang tidak saling berhubungan 3. Air hujan terbuang percuma 4. Muara dari drainase harusnya kesungai akan tetapi limpasan air masuk ke pekarangan 5. Tidak adanya drainase sumur resapan 3. Limbah 1. Tidak ada limbah keluarga yang terkelola dengan baik 2. Limbah padat sampah di buang disekitar pekarangan rumah 3. Limbah cair tidak dibuatkan penampungan tertutup Pelaksanaan Program Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan pelatihan, pendampingan, dan implementasi Profil Mitra kerjasama Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui KKN-PPM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun Yogyakarta, 30 November 2016 81 jalinan kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen dan berkelanjutan yaitu : 1 Badan Keluarga berencana dan Pemberdayaan Masyarakat kabupaten purworejo Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pelaksanaan pengentasan KKN menunjuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga dalam pelaksaan kegiatan ini dapat terjadi sinergitas baik berupa pendanaan kegiatan maupun implementasi sehingga tercipta program yang selalu berkelanjutan 2 Pemerintah Desa Soko, dan perangkat Dusun. Perbaikan Insfrastruktur lingkungan merupakan program kegiatan dalam hal tercapainya ketersediaan air bersih dan lingkungan yang sehat dan bersih, sehingga kegiatan ini dapat diusulkan dalam dana dari APBD musrenbang Desa, sehingga dapat mempercepat permasalahan di Desa berkaitan dengan lingkungan dan teciptanya program yang berkelanjutan. 1 Sasaran masyarakat pelaksanaan KKN PPM ini meliputi perangkat Desa, dusun, lembaga desa, RTRW, Karang taruna,dan Kelompok PKK. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas , maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut: 2 Persiapan dan Pembekalan a Sosialisasi ke masayarakat penguna program b Persiapan dan pembekalan 3 Pelaksanaan kegiatan a Pendampingan peningkatan kapasitas SDM dalam membuat sumur bor b Pendampingan pengelolaan drainase berwasan lingkunganmasterplan c Pendampingan gerakan pemanenan air hujan d Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif e Pendampingan pengelolaan sumur resapan dan biopori Tahapan Realisasi Program Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama. 82 1 Pendampingan peningkatan kapasitas SDM masyarakat dalam membuat sumur bor Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan dan sosialisasi jika di Desa Soko Kabuapaten Purworejo mengalami krisis air bersih. Air sumber yang dekat dengan sungai sangat keruh akibat dari limbah dan sampah yang masuk ke dalam sumur. Saat musim kemarau air sumur tidak dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat . Gambar 1. Kondisi sumur dan mata air warga di Desa Soko Purworejo Gambar 2. Pembuatan sumur bor di Desa Soko Purworejo 2 Pendampingan pengelolaan drainase berwawasan Lingkungan Drainase di Desa Soko Purworejo selama ini belum terkelola dengan baik dengan adanya gambar perencanaan yang sudah ada. Akibatnya drinase yang ada saat ini jika musim penghujan tidak berfunsi dengan baik dan berakibat airnya masuk ke dalam sumur warga. Gambar 3. Masterplan Drainase Yogyakarta, 30 November 2016 83 3 Pendampingan gerakan pemanenan air hujan Masyarakat di Desa Soko Kabuapaten Purworejo belum menyadari tentang pentingnya gerakan pemanenan air hujan. Hal tersebut akibat dari ketidak tahuan warga masyarakat jika air hujan dapat dimanfaatkan di saat musim kemarau. Gambar 4. Sosialisasi gerakan pemanenan air hujan 4 Pendampingan pemetaan sumber mata air alternatif Keterbatasan masyarakat dalam mencari alternatif sumber mata ir menjadikan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Soko. Hasil dari kegiatan ini berupa pemetaan lokasi tanah yang memiliki sumber mata air. Gambar 5. Pemetaan sumber mata air alternatif KESIMPULAN Dalam pelaksanaan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk program pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis swadaya masyarakat ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa dan pemerintah kabupaten purworejo. 2 Pelaksanaan KKN-PPM ini menghasilkan satu sumur air bersih di Desa Soko 3 Hasil dari perencanaan masterplan drainase akan ditindak lanjuti dengan program desa pada tahun 2017 84 SARAN Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan perbaikan insfrastuktur lingkungan air bersih,drinase,limbah berbasis swadaya masyarakat ini dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan yang serupa sehingga keberadaan akan air bersih di Desa Soko Kabupaten Purworejo dapat terwujud dengan baik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Safi’i, M., 2011, Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam Perspektif Teori dan Praktik, Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono 2009, Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP, Jurnal Riset Daerah BAPEDA Bantul, 73, 1169-1189. Jayadi, R. 2000. Pengantar Hidrologi , Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kodoatie, R.J dan Sugiyanto, Ba njir , Perpustakaan Mahasiswa, Yogyakarta. Kusumo, W. 2009. P enanganan Sistem Drainase Kecamatan Ja ti Kabupaten Kudus . Universitas Diponegoro, Semarang. Nadajadji, A. 2008. Aplikasi Storm Water Mana gement Model Pada DAS Deluwang Jawa Timur , Vol.1 pp.1-2, Jawa Timur. Palar, R.T dkk. 2013. Studi Perbandingan Antara Hidrograf SCS Soil Conservation Service dan Metode Rasional P ada DAS Tikala , Jurnal Teknik Sipil Vol. 1 No. 3, Manado. Sismanto.2009. Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten Ba njar Kalimantan Tenga h , Jurnal Aplikasi Vol.6 No.1, Surabaya. Yogyakarta, 30 November 2016 85 PENGEMBANGAN KERAJINAN BAMBU DI DESA SENDANG AGUNG KABUPATEN SLEMAN 2 Jaka Sriyana 1 , Arif Rachman 2 , Muhammad Bambang Subekti 3 1 Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Islam Indonesia 2 Program Studi Akuntansi, Universitas Islam Indonesia 3 Pusat Penelitian Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Indonesia e-mail: jakasriyanauii.ac.id ABSTRAK Artikel ini memaparkan hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat PKM dalam bentuk program pengembangan kerajinan bambu di Dusun Sendang Agung, Kecmatan Minggir, Kabupaten Sleman. Analisis permasalahan dilakukan dengan pendekatan SWOT Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Hasil dari analisis SWOT dihasilkan rekomendasi prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana - prasarana, kelembagaan dan pemasaran. Pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan bambu Desa Brajan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan untuk mendukung pengembangan desa wisata di Dusun Brajan. Kata kunci: kerajinan, bambu Desa Brajan ABSTRACT This article describes the results of implementing community service activities PKM in the form of bamboo handicraft development program in the hamlet of Spring Court, Kecmatan Minggir, Sleman. Analysis of the issue carried out by the approach of SWOT Strength, Weakness, Opportunity and Threat. The results of the SWOT analysis is generated on program priorities based on each aspects, namely human resources, infrastructure, institutional and marketing. The implementation of development assistance PPM bamboo craft village tourism village Brajan in supporting the sustainability of woven bamboo crafts can be followed up with assistance activities to support the development of rural tourism in the hamlet Brajan. Keywords: Move aside, handicrafts, bamboo village Brajan LATAR BELAKANG Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi otonomi daerah. Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupatenkota. Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah membuat kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi 2 Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016 berdasarkan Surat Tugas Nomor: 006ST- Rek80DPPMKKN PPM-KEMENRISTEKDIKTIIII2016. 86 wewenang melakukan berbagai upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan, termasuk melibatkan sektor keuangan dan koperasi Situmorang, 2007. Program-program pengentasan kemiskinan yang diimplementasikan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat terus berkurang secara simultan Burhan, 2004; Syafi’i, 2011. Di beberapa daerah upaya yang telah dilakukan Pemerintah Pusat dan Daerah telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin Yulianto, 2005. Namun diakui pula, di sisi lainnya, sebagai akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional dan berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru Pattinama, 2009. Pemerintah provinsi maupun kabupatenkota di Indonesia terus mengupayakan percepatan pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan pada konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu pemberdayaan masyarakat berbasis UMKM. Demi suksesnya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional dan lokal, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan pemerintah daerah diintegrasikan dengan program-program nasional dalam Pemberdayaan Masyarakat Sahudiyono, 2009. Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah guna membangun kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. Desa Wisata Kerajinan Bambu Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sleman yang memiliki potensi industri karena beberapa pengusaha industri kerajinan bambu tersentra di daerah tersebut. Sejalan dengan kegiatan pendampingan permasalahan baru muncul berkaitan dengan permodalan usaha di karenakan sistem bayar dari pemesan yang menggunakan sistem termin sehingga mengakibatkan perajin harus memiliki uang lebih dalam menunjang usahanya tersebut. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pengembangan kerajinan bambu dalam bentuk pengabidan kepada masyarakat PKM ini. PERMASALAHAN Daerah Istimewa Yogyakarta DIY merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Dalam perkembangannya para wisatawan dalam menikmati objek wisata tidak semata-mata menikmati keramaian dan keindahan artificial tetapi banyak yang ingin menikmati suasana kehidupan di pedesaan yang masih alami dengan berbagai keindahan alam, keramah-tamahan penduduk, ketenangan dan menikmati nilai-nilai budaya pedesaan. Yogyakarta, 30 November 2016 87 Sejalan dengan dinamika, perubahan perkembangan pariwisata tersebut, maka pengembangan pariwisata saat ini mengarah pada pengembangan desa wisata. Desa wisata di wujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat yang menonjolkan keaslian identitas atau ciri khas daerah seperti keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut. Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan desa sentra industri bambu yang sedang berkembang menjadi desa wisata. Lokasi dusun di Desa Sendangagung meliputi Dusun Brajan, Diro, Kwayuhan, dan Saidan. Wilayah tersebut merupakan sentra produksi kerajinan anyaman bambu. Dusun Brajan merupakan wilyah sentra kerajinan anyaman bambu terbesar di Desa Sendangagung, karena 80 penduduknya merupakan perajin. Sedangkan 3 wilayah dusun lainnya yaitu Dusun Diro, Kwayuhan, dan Sayidan merupakan dusun yang memenuhi permintaan pesanan dari Dusun Brajan. Adanya potensi kerajinan anyaman bambu tersebut maka pada tahun 2002 Dusun Brajan ditetapkan sebagai desa wisata kerajinan oleh pemerintah Kabupaten Sleman. Kemampuan kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan di dapatkan dari warisan yang turun temurun. Produksi kerajinan bambu di wilayah Dusun Brajan mulai berkembang pada tahun 1985 dengan produksi kerajinan berupa besek dan ceting . Saat ini terdapat 15 UKM di Dusun Brajan , 3 UKM di Dusun Diro, 1 UKM di Dusun Kwayuhan, dan 1 UKM di Dusun Saidan. Produk yang dihasilkan antara lain : tempat tisu, besek, tempat pinsil, kap lampu, placemet, tempat buah dll. Pasar produk kerajinan dusun Brajan selain lokal seperti, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Sumatera dan Jakarta juga telah mencapai pasar internasional seperti Malaysia, Belanda, Italia, Jerman, Jepang dll. Luas desa wisata Dusun Brajan seluas + 34 ha yang terdiri dari 3 Rukun Warga RW dan 6 Rukun Tetangga RT. Jumlah penduduk dusun ini 663 jiwa yang tergabung dalam 185 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki adalah 348 jiwa dan perempuan adalah 315. Penduduk yang beragama Islam sejumlah 371 jiwa sedangkan yang beragama Kristen Katolik sejumlah 292 jiwa. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan pada tahun 2014 di dominasi oleh wisata lokal yang berasal dari sekitar Desa Sendangagung, berikut jumlah kunjungan wisata ke Desa Wisata Dusun Brajan pada tahun 2014. Stagnasi pengembangan desa wisata kerajinan anyaman bambu di desa wisata Dusun Brajan merupakan akibat dari berbagai faktor yang terus terjadi dalam jangka panjang. Sehingga memunculkan berbagai permaslahan sebagai berikut: 88 1 Sumber daya pengelola merupakan perajin Pengelola desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan merupakan perajin yang memiliki kegiatan rutinitas sebagai perajin, akibatnya pengembangan desa wisata tidak terurus dan di biarkan saja tanpa adanya perencanaan dan program wisata yang jelas. Di sisi lain sumber daya manusia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, dan lemahnya pemasaran 2 Keterlibatan generasi muda sangat minim Generasi muda tidak terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, hal tersebut akibat dari kurang sadarnya generasi muda dan ketertarikan generasi muda dalam pengembangan desa wisata 3 Rendahnya peran masyarakat dalam mendukung desa wisata Masyarakat perajin belum memiliki kesadaran akan keberadaan desa wisata, karena selama ini kunjungan wisata hanya di terima di rumah kepala dusun. Penginapan hanya ada 3 rumah yang semuanya merupakan pengelola desa wisata. 4 Minimnya sarana dan Prasarana desa wisata Sarana penunjang desa wisata sangat terbatas hal tersebut akibat dari ketiadaan perencanaan dalam bentuk masterplan desa wisata sebagai upaya pengembangan sarana dan prasana yang terencana dalam jangka pendek dan panjang melalui usulan dana desa. 5 Kelembagaan Desa Wisata belum terkelola dengan baik Kelembagaan desa wisata belum memiliki tata kelola yang baik, hal tersebut akibat dari faktor lembaga yang disusun secara parsial dan tidak adanya kemampuan pengelola dalam pengembangan desa wisata. Lembaga belum memiliki sumber daya manusia yang mampu mengelola pemasaran desa wisata baik secara manual maupun online. METODE ANALISIS Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunities , namun secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threats . Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010; Yogyakarta, 30 November 2016 89 Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut: 5 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal perusahaan dengan kegiatnnya seperti analisis terhadap competitor, analisis terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS Eksternal Strategic Factors Analysis Summary . 6 Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan. Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS Internal Strategic Factors Analysis Summary . 7 Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT. Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: e Dalam sel opportunities O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis. f Dalam sel Treats T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan. g Dalam sel Strengths S buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini maupun masa mendatang. h Dalam sel Weakness W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 8 Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut. e Strategi SO 90 Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya. f Strategi ST Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman. g Strategi WO Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. h Strategi WT Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman. Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS EFAS STRENGTHS S Tentukan faktor-faktor kelemahan internal WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal OPPORTUNITIES O Tentukan faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREATHS T Tentukan faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT Dengan mengaplikasikan mettode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Yogyakarta, 30 November 2016 91 Tabel 2. Hasil Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan S Kelemahan W  SDM memiliki keterbatasan dalam menggali potensi yang ada dalam mendukung atraksi wisata  SDM memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan dan pengembangan wisata  Keterbatasan generasi muda dalam mengembangkan desa wisata  SDM didominasi oleh perajin sehingga wawasan pengembangan wisata terbatas  SDM perajin saat ini merupakan generasi terakhir sehingga sangat mengancam keberadaan desa wisata di Dusun Brajan  Pemasaran bersifat konfensional  Sarana web, blog pemasaran yang difasilitasi dinas pariwisata tidak terkelola dan termanfaatkan dengan baik  Belum adanya media pemasaran melalui handphone  Kelembagaan terbentuk secara parsial  Kelembagaan desa wisata belum terkelola dengan baik terutama dari segi manajemen dan keuangan  Kelembagaan terdiri dari unsur anggota yang kurang mengetahui tentang sadar wisata Peluang O Strategi S-O Strategi W-O  Terbukanya pasar ekspor dan pertumbuhan pasar domestik  Peningkatan permintaan produk yang variatif dan berorientasi kualitas 1. Pendampingan pemetaan potensi desa wisata 2. Pendampingan Penyusunan rencana pengembangan desa wisata 3. Pendampingan motivasi generasi muda dalam pengembangan desa wisata 4. Melibatkan generasi muda dan kaderisasi dalam pengurusan desa wisata 1. Membentuk kepengurusan lembaga berbasis entrepreneur dan sadar wisata 2. Pendampingan kelembagaan berbasis manajemen dan keuangan 3. Optimalisasi SDM berwawasan wisata 92 Ancaman T Strategi S-T Strategi W-T  Tidak adanya peta kawasan wisata  Tidak adanya masterplan pengembangan sarana dan prasarana  Tidak adanya sarana informasi wisata kerajinan yang baik 4. Terciptanya media iklan melalui hand phone 5. Pembuatan peta desa wisata 6. Pembuatan perencanaan dalam bentuk masterplan 7. Membentuk sarana informasi wisata. 4. Meningkatkan pemasaran melalui media online 5. Pendampingan peningkatan skill generasi muda dalam mengelola pemasaran 6. Perbaikan media online Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3. Tabel 3. Prioritas kegiatan program PKM pengembangan desa wisata di Dusun Brajan No Aspek Permasalahan Prioritas program 1. Sumber daya manusia 1. SDM memiliki keterbatasan dalam menggali potensi yang ada dalam mendukung atraksi wisata 2. SDM memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan dan pengembangan wisata 3. Keterbatasan generasi muda dalam mengembangkan desa wisata 4. SDM didominasi oleh perajin sehingga wawasan pengembangan wisata terbatas 5. SDM perajin saat ini merupakan generasi terakhir sehingga sangat mengancam keberadaan desa wisata di Dusun Brajan 1. Pendampingan pemetaan potensi desa wisata 2. Pendampingan Penyusunan rencana pengembangan desa wisata 3. Pendampingan motivasi generasi muda dalam pengembangan desa wisata 4. Melibatkan generasi muda dan kaderisasi dalam pengurusan desa wisata 2. Sarana dan Prasarana 1. Tidak adanya peta kawasan wisata 1. Pembuatan peta desa wisata Yogyakarta, 30 November 2016 93 2. Tidak adanya masterplan pengembangan sarana dan prasarana 3. Tidak adanya sarana informasi wisata kerajinan yang baik 2. Pembuatan perencanaan dalam bentuk masterplan 3. Membentuk sarana informasi wisata. 3. Kelembagaan 1. Kelembagaan terbentuk secara parsial 2. Kelembagaan desa wisata belum terkelola dengan baik terutama dari segi manajemen dan keuangan 3. Kelembagaan terdiri dari unsur anggota yang kurang mengetahui tentang sadar wisata 4. Membentuk kepengurusan lembaga berbasis entrepreneur dan sadar wisata 5. Pendampingan kelembagaan berbasis manajemen dan keuangan 6. Optimalisasi SDM berwawasan wisata 4. Pemasaran 1. Pemasaran bersifat konfensional 2. Sarana web, blog pemasaran yang difasilitasi dinas pariwisata tidak terkelola dan termanfaatkan dengan baik 3. Belum adanya media pemasaran melalui handphone 4. Meningkatkan pemasaran melalui media online 5. Pendampingan peningkatan skill generasi muda dalam mengelola pemasaran 6. Perbaikan media online 7. Terciptanya media iklan melalui handphone Pelaksanaan Program Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan kaderisasi, pelatihan, pendampingan, studi lapangan, dan implementasi Profil Mitra kerjasama Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan 94 kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu : 1 Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas memiliki andil yang cukup besar dalam mendukung keberlanjutan program melalui dana-dana pelatihan dan pengadaan alat produksi 2 Pemerintah Desa Sendangagung, dan perangkat Dusun. Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah dianggarkan dalam musrenbang Desa Sendanagung di bidang ekonomi sehingga dapat mensuport pengembangan dan keberlanjutan kerajinan anyaman bambu Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: 1 Perangkat Desa dan Dusun mulai dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RWRT, Lembaga Desa; 2 Kelompok Pemuda karangTaruna; 3 Kumpulan bapak-bapak, 4 PKK ; 5 Kelompok pengelola desa wisata Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut: 4 Persiapan dan Pembekalan c Sosialisasi ke masayarakat penguna program d Persiapan dan pembekalan 5 Pelaksanaan kegiatan a Pendampingan perencananaan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi masyarakat b Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa c Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata d Pendampingan kelembagaan desa wisata e Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone Tabel 3. Rincian kegiatan PPM No Nama Pekerjaaan Program Prioritas 1. Pendampingan perencananaan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi masyarakat dan potensi lokal melalui survai dusun sendiri Peningkatan Kapasitas kelompok masyarakat dalam menggali potensi dusun 2. Pendampingan pemetaan potensi wilayah Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam melakukan pemetaan Yogyakarta, 30 November 2016 95 wilayah 3. Pendampingan pemetaan ekonomi desa wisata 1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam pembuatan peta ekonomi desa 2 Desain dan cetak potensi ekonomi desa 4. Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata Peningkatan kapasitas SDM berwawasan sadar wisata 5. Pendampingan kelembagaan desa wisata Perbaikan kepengurusan pengelola desa wisata 7. Pendampingan pemasaran melalui media online dan handphone Peningkatan pemasaran melalui media online dan handphone 1 Pembuatan vidio iklan 2 Pelatihan komunikasi 3 Perbaikan media online Web 10 Seminar Hasil PKM Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke pihak terkait Tahapan Realisasi Program Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama. 1 Pendampingan perencananaan pengembangan kawasan wisata yang terintegrasi berbasis partisipasi masyarakat Kegiatan ini merupakan kegiatan PKM dalam membuat perencanaan pengembangan desa wisata dengan melibatkan peran masyarakat dan perangkat desa dengan luaran program berupa masterplan pengembangan desa wisata dan vidio perencanaan. Perencaaan yang dilakukan dalam kegiatan ini terbagi atas 5 perencaaan yang meliputti perencanaan aula, kolam, outbond, photoboth dan showroom. Showroom di Dusun Brajan tata kelolanya belum tertata dengan baik, akibatnya wisatawan yang berkunjung hanya tertuju di satu titik showroom di tempat Bapak Dukuh sehingga 96 berakibat tidak adanya pemerataan pendapatan dan seringkali menimbulkan konflik.Hal tersebut akibat dari akses jangkauan yang paling mudah dikunjungi bertempat di tempat pak Dukuh. Dengan adanya perencanaan Showroom yang terintegrasi diharapkan perajin dapat bersama-sama menjual kerajinannya. 2 Perencanaan penataan kolam Keberadaan kolam ikan yang di miliki oleh kelompok ikan dapat menjadikan daya tarik tambahan wisatawan yang berkunjung ke Dusun Brajan. Kolam ikan dapat menjadi alternatif wisata berupa memancing atau menangkap ikan. 3 Pendampingan Pemetaan potensi Desa Wisata Desa wisata Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir belum memiliki pemetaan potensi desa wisata yang di miliki. Keterbatasan sumber daya manusia dalam melakukan pemetaan potensi ekonomi desa ini menjadikan desa wisata di Dusun Brajan hanya di dominasi oleh wisata edukasi pembuatan kerajinan anyaman bambu. Berdasarkan permasalahan tersebut wisatawan banyak mengeluh ke pengelola desa wisata untuk diadakan kegiatan wisata yang lain. Hasil pemeta an terlampir 4 Pendampingan penguatan sumber daya manusia berwawasan sadar wisata Masyarakat Desa wisata di Dusun Brajan Desa Sendangagung belum memiliki kemampuan dalam sadar wisata. Penetapan desa wisata karena adanya faktor potensi yang dimiliki berupa kerajinan anyaman bambu tanpa memperkuat sumber daya manusia yang ada. Sehingga berakibat kurang optimalisasi masyarakat dalam menerima kunjungan. Faktor lainnya adalah dengan rendahnya pengetahuan masayarakat tentang sadar wisata mengakibatkan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari hasil kerajinan tidak termanfaatkan dan di buang dengan baik, sehingga terkesan kumuh dan menganggu wisatawan. Pendampingan yang dilakukan dalam pelaksanaan PKM ini berupa studi banding ke desa wisata Sukunan. 5 Pendampingan kelembagaan desa wisata Kelembagaan pengurus desa wisata di Dusun Brajan tersusun secara parsial dan tidak adanya peran generasi muda dalam pengurusan desa wisata. Mayoritas pengelola merupakan perajin sehingga dalam mengurus desa wisata berjalan stagnant. Desa wisata kerajinan anyaman bambu di Dusun Brajan jika dikelola dengan baik akan dapat menambah perekonomian warga masyarayakat di Dusun Brajan dan Desa Sendangagung. Keterlibatan generasi muda dilibatkan dalam bidang promosi. Bagan struktur pengurus terlampir Yogyakarta, 30 November 2016 97 6 Pendampingan pemasaran melalui media online dan Handphone Dusun Brajan menjadi desa yang bisa melakukan kegiatan berupa pemasaran melalui media online. Dalam pelaksanaan PKM ini dilakukan perbaikan media online pemasaran desa wisata. Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online masih konten lama dan belum dilakukan pembaharuan atau penambahan data. Di samping kegiatan tersebut melalui PKM ini mahasiswa melakukan pembuatan iklan tentang desa wisata di dusun Brajan dengan durasi waktu satu menit yang dapat dipublikasikan melalui media whatsaap sehingga memudahkan dalam meningkatkan pemasaran. Media ini digunakan dikarenakan saat ini whatsapp sudah sangat umum dimiliki oleh setiap orang yang memiliki handphone android . 7 Pengukuhan Sentra Bambu Brajan Perencanaan pengembangan desa wisata di Dusun Brajan mendapatkan respon positif dari pemerintah Kabupaten Sleman dengan di kukuhnya Dusun Brajan sebagai satu-satunya sentra bambu di Kabupaten Sleman pada tanggal 26 September 2016 oleh Bupati Kabupaten Sleman yang saat penyerahan di wakilkan oleh wakil bupati. KESIMPULAN Dalam pelaksanaan laporan kegiatan kemajuan pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini adalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 4 Pelaksanaan PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa, Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan UKM kerajinan anyaman bambu dan pengelola desa wisata. 5 Hasil dari perencanaan masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017 6 Kegiatan PKM ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan pelaksanaan PKM pada periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan pengembangan desa wisata kerajinan dalam mendukung keberlanjutan kerajinan anyaman bambu di Desa Sendangagung Sleman ini dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa wisata di Dusun Brajan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana 98 hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Burhan, R.N. , 2004, “Grameen Bank sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Penerapan Metode Grameen Bank Oleh BPR Persahabatan di Desa Cibarusah Kecamatan Cibarusah Kabu paten Bekasi”. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Indonesia Jakarta. Pattinama, M. J., 2009, Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal Studi Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat, Jurnal Makara Sosial Humaniora , 13 1, 1-12. Safi’i, M., 2011, Ampih Kemiskinan; Model Kebijakan Penuntasan Kemiskinan dalam Perspektif Teori dan Praktik, Cet. ke-1, Averroes Press: Malang. Sahudiyono 2009, Memberdayakan Masyarakat Pesisir dengan Pendekatan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP, Jurnal Riset Daerah BAPEDA Bantul, 73, 1169-1189. Situmorang, J., 2007, Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga Keuangan Alternatif, Jurnal Infokop, 2, 24-35. Suharto, E., 2010, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Pekerjaan Sosial, Cet. ke-4, PT Refika Aditama: Bandung. Wardhani, I.M., 2010, Evaluasi Program Community Development Mengentaskan Kemiskinan CD-MK di Kabupaten Bantul Tahun 2006-2009 Study Kasus Desa Bangunharjo dan Desa Timbulharjo”, Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yulianto, T., 2005, Fenomena Program-Program Pengetasan Kemiskinan di Kabupaten Klaten Studi Kasus di Desa Jotangan Kecamatan Bayat, Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang. http:www.ampta.ac.iddesa-wisata.VUMkUtw0FVg diakses 28 Juli 2016 http:digilib.its.ac.idpublicITS-Master-14009-Chapter1.pdf-98671.pdf diakses 28 Juli 2016 http:catatanpamong.blogspot.com201401undang-undang-no-6-tahun-2014- tentang.html diakses 28 Yogyakarta, 30 November 2016 99 PENDAMPINGAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM,PEMASARAN DAN PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN ABG ACADEMIC,BUSSINES AND GONVERMENT BAGI PELAKU MAKANAN OLAHAN DI DESA HARJOBINANGUN PAKEM SLEMAN DALAM MENYONGSONG MEA 2015 Lutfi Chabib 1 , Yosi Febrianti 1 , Abdul Hakim 1 , Muhammad Safarullah 1 , Bambang Subekti 1 1 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta-Indonesia Email: lutfi.chabibuii.ac.id ABSTRAK Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean MEA 2015 pemerintah Kabupaten Pemkab Sleman mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM untuk dapat mempersiapkan diri bersaing dengan produk asing dengan cara meningkatkan kualitas produk dan juga standarisasi produk terutama untuk makanan olahan. Salah satu kelompok usaha makanan olahan yang mendapatkan pendampingan dari Disperindagkop Kabupaten Sleman pada tahun 2014 dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 tersebut berada di Desa Harjobinangun Pakem Sleman. Kelompok ini merupakan kelompok usaha yang berasal dari progam usulan PIK Pagu indikatif kecamatan tahun 2013. Potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat makanan olahan di Desa Harjobinangun adalah bahan baku makanan merupakan bahan lokal. Kelompok ini terdiri dari 20 orang yang tersebar di 5 pedukuhan. Permasalahan lemahnya SDM dalam berwirausaha, lemahnya kualitas dan pengemasan produk serta kendala pemasaran menjadikan kelompok ini tidak dapat berkembang. Karena usaha makanan olahan ini didirikan secara instan dalam rangka merespon pemberdayaan masyarakat lokal atas progam usulan PIK Pagu indikatif kecamatan. Kelompok makanan olahan ini perlu diberdayakan supaya tercipta peningkatan kapasitas SDM, produksi dan pemasaran melalui pendekatan ABG Academic, business, and Goverment. Mitra kerjasama dalam pelaksanaan KKN PPM ini adalah Disperindagkop Kabupaten Sleman dan mini market Syar`e Mart. Kata kunci:Peningkatan Kapssitas SDM,produksi, dan pemasaran ABSTRACT In the face of the Asean Economic Community AEC in 2015 the District Government Regency Sleman push the Micro, Small and Medium Enterprises MSMEs can be for review self prepares foreign compete product with the qua lity how to improve products and also standardization of products mainly for the review foods processed. one of the business group foods processed get assistance from Disperindagkop Sleman in 2014 hearts Facing the Asean Economic Community 2015 is located in the village of Pakem Sleman Harjobinangun. The group is Business Group The program originated from a proposal PIK indicative ceiling of sub-district Year Potential 2013. The Group is owned by public food processed in the Village Raw materials food Harjobinangun is a Local Ingredients. The group coonsists of 20 persons that spread in 5 hamlets. The problem of Weak human resources issues hearts entrepreneurship, weak quality products and packaging constraints And Marketing The group made can not be Developing. For foodeffort processed Singer Operates established the Framework responds instantly hearts Local Community Empowerment differences program proposals PIK Capping indicative sub-district. FOOD group should be processed Singer Empowered In order to create an increase in HR Capacity, Production And Marketing approach through ABG Academic, business, and government. Cooperation Partners hearts Singer KKN PPM implementation is Disperindagkop Sleman and mini market Syar`e Mart. Keywords: Increased Kapssita s Human Resources, Production, and Marketing 100 PENDAHULUAN Usaha Kecil Menengah UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut Ainuri, 2009. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya. UKM Usaha Kecil Menengah selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia Bratakusumah dan Supriady, 2004 UKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungka pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur Putri, 2016 Usaha Kecil Menengah UKM Dharma Karya merupakan UKM yang terdapat di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. UKM yang berdiri pada tahun 2013 ini memiliki keterbatasan sumber daya dalam produksi, pemasaran dan administrasi. Dalam hal produksi, UKM Dharma Karya belum memiliki alat-alat yang digunakan untuk menunjang proses produksi seperti alat cup sealer,sealer dan lain sebagainya untuk mengemas produk yang sudah jadi. Dalam hal pemasaran, UKM Dharma Karya tidak memiliki cukup alat penunjang untuk mempromosikan produk-produknya seperti, roll banner dan juga pemasara n melalui media online yang berfungsi sebagai identitas UKM. Sedangkan dalam hal administrasi, belum adanya nota pembelian dan stempel. Penyediaan alat-alat tersebut bertujuan untuk mendukung kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi agar lebih efisien dan efektif. Dalam jangka panjang, produk yang dihasilkan UKM Dharma Karya dapat terdistribusi dan dikenal oleh masyarakat luas. Maka dari itu, progam kerja yang dijalankan Yogyakarta, 30 November 2016 101 adalah melakukan penyediaan alat-alat penunjang sebagai pendukung kegiatan produksi maupun pemasaran. Dalam kaitannya pengadaan alat, diperlukan adanya tutorial berkaitan dengan alat baru yang akan digunakan oleh UKM Dharma Karya. Diantaranya bagaimana menggunakan alat dengan baik dan benar. Hal ini bertujuan agar alat tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih panjang. Alat-alat penunjang produksi ini sepenuhnya akan menjadi milik UKM Dharma Karya yang dananya berasal dari Dana Hibah DIKTI. Maka dari itu, KKN PPM UII memfasilitasi pembuatan stiker nomor inventaris alat-alat tersebut agar mudah dalam hal pengendalian dan pemantauan keberadaan alat tersebut. Tindaklanjut atas progam tentu saja akan dilakukan sehubungan dengan upaya KKN PPM UII untuk berusaha menjalin hubungan baik dan memajukan UKM Dharma Karya. Manurut Soewarno Handayaningrat administrasi adalah kegiatan ketatausahaan yang terdiri dari berbagai kegiatan seperti pembukuan baik penghitungan, pencatatan atau yang lainnya dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan dala arti yang sempit, menurutnya administrasi merupakan kegiatan catat mencatat atau pembukuan, surat menyurat atau lainnya yang berkaitan dengan ketatausahaan. Manurut Kotler Amstrong pemasaran merupakan sebuah proses managerial yang orang-orang didalamnya mendapatkan apa yang mereka inginkan butuhkan melalui penciptaan pertukaran produk-produk yang ditawarkan nilai produknya kepada orang lain Justin, 2000. METODOLOGI PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara Qonita dan Prnanto, 2015. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber dalam hal ini adalah Ketua UKM Dharma Karya untuk memperolah informasi berkaitan dengan masalah dan kendala yang dihadapi oleh para anggota UKM. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian penulis melihat secara langsung proses produksi dari masing-masing anggota UKM Dharma Karya untuk mengamati sekaligus berdiskusi langsung mengenai keterbatasan alat yang dimiliki oleh masing-masing anggota. Penulis juga melakukan tester terhadap produk yang telah diolah sedemikian rupa untuk memberikan masukan mengenai rasa, packaging, dan juga pemasaran produk tersebut. Hingga akhirnya penulis melakukan diskusi antar anggota KKN PPM UII untuk menentukan alat-alat apa saja yang sangat menjadi prioritas untuk dibeli dan digunakan 102 oleh UKM Dharma Karya. Selanjutnya, dilakukan survei harga dan kualitas di pasaran terhadap alat-alat yang akan dibeli,penulis juga mengukur tingkat pemasaran yamg sudah dilakukan oleh UKM dan terkahir dilakukan pembelian setelah harga dan kualitas yang dimaksudkan telah terpenuhi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penulis melakukan sosisalisasi kegiatan yang akan dilakukan kepada anggota UKM Dharma Karya sesuai dengan ajuan kebutuhan. Berikut foto kegiatan sosialisasi di UKM Dharma Karya : Gambar 1. Sosialisasi kegiatan UKM KEGIATAN KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN : Studi banding carica ke wonosobo Gambar 2. Studi banding ke Wonosobo Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat ditarik latar belakang sebagai berikut yaitu dimana desa harjobinangun memiliki garis geografi yang mendominasi adalah pertanian Yogyakarta, 30 November 2016 103 yang mana pemnfaatan hasil panen kurang maksimal sehingga banyaknya buah yg membusuk dan terbuang,maka dari itu tujuan dari ada nya studi banding ini agar ibu dapat mengimplementasikan ilmu yg sdh di terapkan dalam pembuatan atau pengeolahan buah carica atau sejenisnya. Program ini dimaksudkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan menambah pemahaman ibu ibu UKM “DHARMA KARYA” dalam pemnfaatan buah pepaya yg bisa diolah sebagai makanan dan minuman kemasan dan juga bisa menigkatkan nilai ekonomi desa. Introduksi Pembuatan Website Dan Pelatihan Pemasaran Melalui Media Online Pemasaran di definisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik,dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen Downey dan Erikson,1987. Pemasaran produk secara online saat ini banyak digunakan oleh para produsen barang ataupu reseller untuk memasarkan dan memperkenakan produk nya ke kalangan masyarakat yang luas sehingga dapat meningkatkan nilai jual yang maksimal. Program pembuatan blog didasarkan pada wawancara dengan ketua UKM Dharma Karya bahwa selama ini proses pemasaran yang terdapat di UKM masih menggunakan cara konvensional sehingga pemasaran produkbelum luas dan belum ada media online untuk pemasaran berbasis online. Gambar 3. Tampilan website UKM Dharma Karya 104 Pendampingan inovasi kualitas kemasan produk UKM Dharma Karya yang rata-rata produk dari UKM tersebut adalah olahan makanan dan minuman. Olahan makanan tersebut memiliki rasa yang enak dan bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung zat-zat yang berbahaya sehingga sangat berpotensi untuk dijual secara lebih luas. Tetapi untuk dapat memasuki pasar yang lebih luas, banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah kemasan atau packaging produk tersebut. Packaging dalam suatu produk haruslah memiliki standar dan menarik agar dapat dijual ke pasar yang lebih luas dan tidak kalah saing dengan produk-produk lainnya. Gambar 4. Pendampingan inovasi kemasan produk Sosialisasi produk Halal dan P-IRT Sosialisasi dan promosi halal diperlukan untuk memberikan edukasi bagi anggota UKM Dharma Karya . Melalui kegiatan sosialisasi produk halal dan P-IRT diharapkan para anggota UKM dan pelaku usaha dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya produk halal dan P- IRT. Adapun beberapa program kegiatan sosialisasi produk halal dan P-IRT adalah sebagai berikut: 1. Memberikan edukasi tentang pentingnya produk halal. 2. Memberikan edukasi Penting nya memiliki perizinan usaha. 3. Sosialisasi tentang tantangan UKM di Masyarakat Ekonomi Asean MEA 4. Memberikan bantuan untuk membuat lisensi halal berkerjasama dengan HTREND UII. Yogyakarta, 30 November 2016 105 Gambar 5. Sosialisasi Produk Halal dan P-IRT Pendampingan kualitas produk melalui kualitas air. Tandontanki air berfungsi menampung air dari sumber air baku sebelum dialirkan kedalam instalasi pipa didalam rumah. Dengan tandon air, jika suatu saat pasokan air dari sumber air baku bermasalah, kita masih memiliki persediaan air untuk jangka waktu. Layout merupakan skema yang mana untuk menjelaskan detail-detail mengenai tandon baik dari jumlah debit air, kecepatan air, jenis penyaringan air yang di gunakan dan titik koordinat tandon. Tujuan dan manfaat dari layout tandon air adalah sebagai berikut : 1 Tempat menampung air dari sumber air baku. 2 Sebagai sumber air untuk dapat di distribusikan untuk keperluan UKM Dharma Karya 3 Menjelaskan secara detail mengenai kualitas air. 4 Menjadi bukti fisik untuk pengajuan proposal kepemerintah. 5 Menjadi acuan utama untuk melihat apakah kualitas air benar sehat untuk digunakan dalam sebuah produksi makanan dan minuman UKM. . Gambar 6.Perbaikan kualitas tandon air Respon Masyarakat 106 Respon dan harapan masyarakat terhadap pengadaan dan pelatihan dan soislisasi dari KKN PPM UII kepada UKM Dharma Karya adalah sebagai berikut: a. Bermanfaat bagi peningkatan kapasitas produksi b. Lebih cepat dan tanggap terhadap permintaan pasar c. Rasa syukur atas diberikannya alat penunjang produksi d. Meningkatkan tingkat pemasaran bisnis UKM Dharma Karya e. Perlengkapan administrasi perusahaan atau UKM Dharma Karya terpenuhi KESIMPULAN Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi UKM Dharma Karya sehingga tidak dapat memproduksi dan melakukan pemasaran secara maksimal. Salah satu permasalahannya yaitu keterbatasan sarana dan prasaranadan juga system pemasaran yang di lakukan. Sehingga KKN PPM UII mengadakan program kerja berupa pengadaan alat-alat yang dibutuhkan UKM Dharma Karya. Dengan pengadaan alat ini diharapkan UKM Dharma Karya dapat melakukan produksi dan pemasaran secara maksimal. Saran untuk program ini adalah supaya penggunaan alat dan administrasi dapat berguna dan digunakan secara terus menerus. Kemudian untuk rekomendasi program selanjutnya adalah karena alat yang diperlukan UKM sudah disediakan maka peran selanjutnya adalah mengkader anggota UKM Dharma Karya untuk mengembangkan produk mereka baik dari segi inovasi, pemasaran maupun kualitas produk. Harapannya adalah UKM Dharma Karya menjadi lebih dikenal masyarakat dan produk yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran. SARAN Dengan melihat hasil evaluasi bahwa perlakuan-perlakuan yang dilaksanakan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain serta saling terkait, maka dapat direkomendasikan agar kinerja usaha UKM meningkat sebagai berikut: 1 Pemberian pinjaman dilakukan berdasarkan penilaian kelayakan usaha yang ditetapkan terlebih dahulu, serta diklafikasikan berdasarkan jumlah modal, jenis usaha serta pasar yang dituju. 2 Melihat sumbangan pelatihan terhadap kinerja usaha kecil, maka dirasakan perlu ditata kembali program pelatihan dengan memperhatikan hal-hal yang mendasar yaitu:  Peserta pelatihan harus benar-benar UKM yang dapat pinjaman dan tidak diperkenankan untuk diwakilkan Yogyakarta, 30 November 2016 107  Peserta pelatihan kiranya dapat dikelompokkan berdasarkan jenis usaha, jumlah pinjaman yang diberikan serta tingkat pendidikan formal yang ditempuh. Hal ini agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 3 Melihat kondisi ada, dimana UKM yang diteliti memiliki keterbatasan sebagai berikut,  Kemampuan pengelolaan dan perencanaan usaha  Informasi pasar yang terbatas  Teknologi informasi yang minim  Serta modal kerja terbatas Dengan kondisi keterbatasan di atas, maka sulit bagi UKM dalam mengembangkan usahanya. Untuk itu perlu kiranya, bagi UKM yang oriantasi ekspor secara kontinyu diberikan tambahan pengetahuan tentang manajemen ekspor secara langsung dan informasi tentang pasar ekspor dengan diikutkannya pameran-pameran yang ada. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini didanai oleh skema Program Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti. DAFTAR PUSTAKA Longeneckker, J.G. 2000. Small Business Management . South-Western College Publishing. Sintya, Putri, E. Usaha Kecil Menengah sebagai Potret UKM Indonesia. http:bisnis dan Investasi.com. Rini, E.S. 2013. Jenis Peran Pengembangan produk dalam meningkatkan penjualan. Jurnal Ekonom . Vol. 161 Qanita, A., Pranoto, N.H. 2015. Aplikasi Mesin Penepung Bahan Herbal untuk Meningkatkan Efesiensi Produksi pada Skala Home Industri. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kuncoro, M. 2011. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota dan Kawasan. Jakarta. Riyadi, B., Supriady, D. 2004. Perencanaan Pembangun Daerah: Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta. Ainuri, M. 2009. Nilai Ekonomi Modal Sosial Sebagai Media Rekaysa Difusi Teknologi Pada Sentra Industri Pangan Skala Kecil. Vol 294. Downey,W.D dan Erickson,S.P Manajemen Agribisnis.Erlangga.Jakarta 108 PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK PANGAN HASIL INDUSTRI RUMAH Munthoha 1 , Agus Mansyur 2 1 Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia 2 Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia Email: muntohafh.uii.ac.id ABSTRAK Desa Ngluwar merupaka n wilayah yang berada di pusat pertumvbuhan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Sebagaian besar masyarakat desa Ngluwar bekerja sebagai petani, sedangkan sebagaian kecilnya ada pelaku usaha UKM lokal dibidang pengolahan pangan, sehingga sedikit banyak mewarnai pertumbuhan ekonomi desa Ngluwar. Dengan potensi sumberdaya manusia terutama pelaku usaha UKM sebenarnya bisa meningkatkan pengembangan potensi lainnya seperti peningkatan budidaya tanaman pangan serta penambahan jumlah sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha UKM lokal. Namun dengan latar belakang sebagai masyarakat agraris maka para pelaku usaha UKM masih memiliki kultur kerja yang belum berkembangan sebagaimana diharapkan, dimana cara berpikir dan hasil usaha mereka belum berkembangan dengan teknologi pengolahan pangan yang memadai.Pola kerja tradisional masih sangat terasa dimana pengelolaan usaha belum dikembangan dengan manajemen usaha yang modern, pengolahan dibidang pangan makanan belum menerapkan teknologi yang baik yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Para pelaku usaha masih memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah bahan baku lokal dan keterbatasan pengetahuan dan skill menggali potensi bahan pangan lokal yang dapat diolah sebagai produk makanan bernila i. Potensi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan pengembangan alat produksi memberikan peuang yang baik bagi para pelaku usaha UKM desa Ngluwar karena masih tingginya permintaan pasar dan kemampuan serap produk makanan olahan dari wilayah Ngluwar dan sekitarnya. Dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pelaku usaha UKM untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal diharapkan dapat menumbuhkan posisi tawar dalam persaingan produk dengan wilayah lain, sehingga dapat mewujudkan tujuan utama pemerintah desa untuk menekan keterbatasan ekonomi keluarga dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat secara lebih luas. Kata kunci : Peningkatan kapasistas SDM, peningkatan kualitas produk ABSTRACT Ngluwar village is a region of central pertumvbuhan Ngluwar districts, Magelang. A large part of the village community Ngluwar work as fa rmers, whereas in part of his existing businesses SMEs locally in the field of food processing, so a little more coloring Ngluwar village of economic growth. With the potential of human resources, especially businesses SMBs can actually increase the potential development such as an increase in cultivation of food crops as well as increasing the number of human resources involved in the business SMEs locally. However, with a background as an agrarian society then businesses SMEs still has a working culture that has not berkembangan as expected, where the way of thinking and the results of their efforts have not been progress with food processing technology that memadai.Pola traditional work is still strongly felt where management effort yet developed with modern business management, the field of food processing food do not apply good technology that can improve the quality and quantity of products. The businesses still have limitations in increasing the number of local raw materials and lack of knowledge and skills to explore the potential of local foodstuffs that can be treated as a valuable food product. The potential for increased human resource capacity and development of production tools provide peuang good for business SMEs Ngluwar village because of the high market demand and absorption ability of processed food products from the region and surrounding Ngluwar. By providing training and assistance to businesses SMBs to improve the quality and quantity of local products is expected to grow bargaining in product competition with other regions, so as to realize Yogyakarta, 30 November 2016 109 the main purpose of the village government to suppress economic limitations families and to encourage the public welfare more large. Keywords: Increasing the capacity of human resources, improvement of product quality LATAR BELAKANG Di negara Inbdonesia ini bahwa Usaha Kecil dan Menengah UKM mempunyai peranan strategis dalam kancah pembangunan teruatama dibidang perekonomian nasional. Peran UKM mendorong pertumbuhan ekonomi kelas bawah, ini terbukti dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap di berbagai sector UKM. Dengan kondisi ekonomi negara yang stagnan sekalipun bahwa UKM tetap mampu bertahan dan masih bisa tumbuh dibandingkan dengan usaha yang berskala besar. Artinya perekonomial nasional masih bisa bertahan dalam krisis karena didukung oleh keberadaan dari usaha kecil fan menengah ini. Pengembangan UKM sudah sepantasnya mendapat perhatian yang besar dari semua kalangan, baik pemerintah, perguruan tinggi maupun para pengusaha besar. Jaringan kemitraan harus dibangun untuk menopang ketahan ekonomi nasional dengan prinsip saling member keuntungan. Pengembangan UKM saat ini perlu di dorong untuk mengembangkan keunggulan lokal lingkungan internal menangkap peluang pasar global, dengan dasar sinergi otonomi daerah dan pasar bebas. Konsep pemikiran pengembangan UKM harus berskala global dengan diterjemahkan berdasarkan kearifan lokal untuk membangun program berskala local think globaly and act locally sehingga kebijakan pengembangan UKM dapat berjalan sesuai kondisi dan situasi masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Sebagai sebuah dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang merupakan sebuah rangkaian dokumen perencanaan daerah bersama- sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Magelang Tahun 2005-2025 Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2008, maka visi di dalam RPJMD Kabupaten Magelang Tahun 2014-2019 haruslah memiliki keterkaitan terhadap pencapaian visi RPJPD Kabupaten Magelang sebagai kesinambungan pembangunan daerah. Dengan adanya kebijakan pembangunan yang mengarah pada RPJMD maka pemerintah kabupaten magelang akan melanjutkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran. Program tahun 2014-2019 dari pemerintah kabupaten Magelang dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Magelang pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 5 lima tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar 110 yang dimiliki serta dengan tetap memperhatikan motto Kabupaten Magelang yaitu “Gemah Ripah Iman Cemerlang” atau Magelang Gemilang dan Visi Pembangunan Kabupaten Magelang Tahun 2009-2014. Untuk mewujudkan visi pembangunan 5 lima tahun maka ditempuh melalui 6 enam misi pembangunan daerah, salah satunya adalah “ Membangun perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya saing” Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Magelang yang memiliki sejumlah UKM yang potensial, dimana para pelaku usahanya merupakan masyarakat lokal yang melakukan pengolahan produk pangan berbasis potensi lokal. Seiring adanya kegiatan pendampingan maka muncul beberapa permasalahan yang dihadapi para UKM berupa keterbatasan skill dan wawasan usaha. Beberapa masalah tentang pengolahan produk masih bersifat tradisonal, pengemasan dan packing produk masih sederhana, serta standar produk belum mengacu pada standar BPOM. Oleh karenanya pelaksanaan program pengembangan UKM akan diarahkan pada pengembangan SDM dan pembaharuan teknologi melalui bentuk pengabdian kepada masyarakat. PERMASALAHAN Keberadaan usaha skala kecil dan menengah UKM di Indonesia adalah merupakan subyek pemikiran yang senantiasa menjadi perjhatian banyak pihak sebab perusahaan skala kecil ini ada di tiap wialayah terkecil sekalipun, dan dampaknya menciptakan lapangan kerja yang potensial. Fakta menyatakan bahwa sektor ekonomi UKM memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 Demikian halnya dengan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu berbatasan dengan kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Ngluwar merupakan daerah pertumbuhan yang cukup menjanjikan sebagai daerah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dimana memiliki 8 desa. Program pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak pihak, termasuk perguruan tinggi merupakan satu mitra alternatif bagi masyarakat untuk bisa lebih aktif dalam mengembangkan potensi diri, dan memperbaiki perekonomian keluarga. Dengan adanya program pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat, bisa lebih berperan aktif dalam menjalankan serta mengembangkan perekonomian yang ada di Desa. Dengan adanya kemitraan dengan perguruan tinggi diharpkan Usaha Kecil dan Menengah UKM masyarakat Desa, dapat berjalan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dari Sumber Daya Alam SDA dan Sumber Daya Manusia SDM yang ada di Desa. Yogyakarta, 30 November 2016 111 Kemauan dan keuletan pelaku usaha di masyarakat dalam menggeluti pekerjaan sebagai produsen produk pangan dapat dilihat dalam kegiatan produksi dari produk-produknya. Setiap hari masyarakat UKM harus berproduksi karena permintaan pasar selalu terjadi setiap hari, selain itu keberlangsungan usaha sangat tergantung dari hasil penjualan produk tiap harinya.. Kapasitas produksi masyarakat atas produk yang dihasilkan saat ini diserap pasar dalam ukuran kiloan, sehingga nilainya sangat ditentukan oleh harga pasar. Sedangkan kemampuan untuk menemukan pasar baru di luar penjualan kiloan belum mampu bersaingan dengan produk jadi yang sudah ada di pasar tertentu. Berdasarkan masih besarnya peluang permintaan produk pangan maka pemerintah Desa Ngluwar berupaya menumbuhkan potensi lokal berbasis kompetensi sumberdaya manusianya. Pemanfaatan hasil pertanian dan perkebunannya harus dilakukan secara optimal, yaitu dengan memanfatkan ilmu Teknologi Pengolahan pangan. Mengingat persaingan cukup tinggi, produk- produk makanan lokal hasil UKM setempat memerlukan pendampingan oleh perguruan tinggi, mengingat tingkat pengetahuan dan skill SDM lokal belum mampu mendorong peningkatan produk yang ada. Dengan memperhatikan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional serta amanatnya dalam rangka meningkatkan produksi dan konsumsi yang beragam untuk menunjang Program Peningkatan Ketahanan Pangan maka perlu pembinaan dan pengembangan UKM melalui Diversifikasi Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal. Oleh karenanya perlu pengawalan terhadap UKM agar memiliki cara produksi yang baik CPB atau dalam bahasa asing dikenal Good Manufacturing Practice GMP, harus diterapkan kepada semua aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi, agar produk memenuhi harapan konsumen, berarti bahwa produk yang dibeli pada kenyataanya sama dengan yang diklaim pada label, tepat digunakan, tidak terkontaminasi dengan apapun yang mungkin berbahaya dan tidak memiliki kandungan bahan kimiawi yang merusak kesehatan, sehingga perlu standar pengawetan, pengemasan dan penyimpanan yang baik. Dengan memperhatikan banyaknya permintaan yang terjadi tiap hari sesungguhnya para UKM mampu memenuhi permintaan pasar, namun kemampuan belum bisa optimal karena masih ada keterbatasan alat. 112 Tabel 1 . Potensi Permintaan Pasar No Produk UKM Kapasitas 1 bal: 2,5Kg Permintaan 1 Criping Ketela 21 ± 90 - 100 bal hari ≥ 200 balhari 2 Criping Pisang 16 ± 90 - 100 bal hari ≥ 200 balhari Dari kapasistas produksi 21 UKM saat ini baru mampu menghasilkan ± 90 - 100 bal hari criping ketela dan 16 UKM juga baru mampu menghasilkan criping pisang sebanyak ± 90 - 100 bal hari, karena masih adanya keterbatas kemampuan tiap UKM. Sedangkan potensi permintaan pasar masih belum mampu dipenuhi, sehingga jika dibiarkan maka potensi pasar tersebut dapat di raih oleh produk UKM luar wilayah desa Ngluwar. Masalah yang Dihadapi UKM saat ini Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah UKM, antara lain meliputi: 1 Faktor Internal a Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Minimnya permodalan UKM di desa Ngluwar disebabkan oleh factor tikat perekonomian keluarga, yaitu UKM yang ada pada umumnya masih merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik usaha itu sendiri. Sedangakan kemampuan untuk mengakses pendanaan dari luar masih belum dilakukan karena pola piker dan kemampuan usahanya dianggap masih kecil sehingga menjadi penghambat kemajuan usahanya. b Kualitas Sumber Daya Manusia SDM dari para UKM desa Ngluwar pada dasarnya tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga berkesinambungan. Pada sisi lain tingkat pendidikan formal maupun dukungan pengetahuan dan skill masih belum memadai untuk menopang perkembangan usahanya. Pengaruh system manajemen pengelolaan usaha keluarga berdampak pada kesulitan berkembang, apalagi kemampuan untuk memasukan perkembangan teknologi terapan baru untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing produk yang dihasilakn oleh usahanya. c Belum adanya dukungan jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar yang kuat membuat UKM desa Ngluwar mempunyai banyak keterbatasan menyebabkan sulit untuk meningkatkan pengembasngan produk usahanya. Yogyakarta, 30 November 2016 113 d Dengan lemahnya daya serap produk membuat UKM tidak mudah untuk mengembangkan produksinya secara lebih besar serta kualitasnyapun menjadi kurang kompetitif. UKM. e Factor mentalitas pelaku usaha UKM belum memadai, dimana jiwa kewirausahaan menjadi hal penting yang sering dilupakan dalam pembinaan dan pengembangan UKM di pedesaan. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja para pelaku usaha UKM. Beberapa diantaranya konerja atau ritme kerja cenderung datar kurang aktif untuk menemukan peluang-peluang pasar, tidak uletnya membangun jaringan informasi dan kemitraan yang memperlambat gerak majunya usaha. 2 Faktor Eksternal a Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif untuk upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah UKM. Banyak factor yang mempengaruhi dalam pengabilan kebijakan oleh pemerintah dalam memberdayakan UKM. Iklim persaingan masih dirasa kurang sehat dan terkadang merugikan para pelaku usaha kecil. b Banyak UKM masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana usaha. Minimnya informasi tentang kemanjuan teknologi terapan mwembuat para UKM lamban dalam memanfatkan kesempatan itu. Akibatnya masih banyak sarana dan prasarana yang mereka miliki kurang mendukung kemajuan usahanya. c Rendahnya kualitas produk teruatama makanan olahan local home industry membuat UKM tidak mudah bersaing secara lebih luas di lini produknya. Faktornya adalah sifat produk dengan ketahanan pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk yang kurang bertahan lama. Banyakk factor meliputi bahan baku kurang baik, system produksi yang kurang memenuhi criteria baik serta pengemasan produk yang tidak baik. d Terbatasnya akses pasar menyebabkan produk yang dihasilkan UKM tidak dapat dipasarkan secara kompetitif. UKM hanya sebatas melayani konsumen perantara yang justru ikut menentukan harga pembelian kepada UKM. e Dengan keterbatasan akses informasi, UKM akan sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkompetisi pada produk yang sama dari UKM lain, sehingga tidak dapat diketahui seberapa besar daya saing dan kualitas produk yang dihasilkan untuk jangka panjang. 114 METODE Atas berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Ngluwar, khususnya di maka disusun solusi yang dapat dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu : a. FGD, yaitu melaksanakan dialog dengan para UKM yang masih aktif dalam usahanya guna menemukenali permasalahan utama dari usahanya dan penguatan komitmen usaha yang berorientasi pada kebutuhan pasar. b. Pemetaan dan identifikasi bahan baku pangan lokal yang potensial digunakan dalam pembuatan produk pangan. c. Perencanaan kegiatan bisnis bisnis plan di tingkat kelompok sasaran. d. Penerapan Teknologi pengolahan pangan pada produk unggulan serta pemasarannya berbasis konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk meningkatkan daya saing UKM. e. Melaksanakan Penyediaan teknologi terapa berupa alat pendukung usaha yang dapat meningkatkan kualitas produk secara terpadu. f. Pelatihan pengolahan pangan local secara baik dan benar. g. Pelatihan Manajemen usaha dan administrasi keuangan UKM h. Pendampingan masyarakat UKM Desa Ngluwar agar ada keberlanjutan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip ASUH. PELAKSANAAN PROGRAM Pelaksanaan Program meliputi : a. Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komit- men usaha berorientasi pasar b. Penyuluhan Kewirausahaan dalam UKM Bisnis Plan c. Praktek pembuatan Bisnis Plan di kelompok UKM d. Pengenalan Teknologi Pengolahan Pangan e. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing bahan serta gizi bahan makanan f. Pengenalan Bahan Tambahan Pangan BTP g. Good Manufacturing Practice GMP Cara Produksi yang Baik CPB h. Manajemen Pangan dengan konsep ASUH Aman, Sehat, Utuh dan Halal sanitasi, hygiene dan keamanan pangan. i. Perencanaan dan Cara Mendesain Kemasan j. Praktek Pengemasan Yogyakarta, 30 November 2016 115 k. Praktik Pengolahan Pangan Lokal l. Penyediaan fasilitas produksi untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas produk pangan. m. Pelatihan pemasaran produk secara sederhana dan efektif . n. Pelatihan Administrasi dan Keuangan Usaha. Profil Mitra kerjasama a. Para pelaku usaha UKM Desa Ngluwar sudah lama memiliki pengolahan produk pangan yang dihasilkan industri rumah tangga. Para pelaku usaha UKM jumlahnya cukup lumayan untuk ukuran Desa di kabupaten Magelang yaitu berkisar 81 UKM. Hasil produk olahan pangan tersebut dipasarkan ditingkat lokal dan keluar wilayah kecamatan Ngluwar b. Berdasarkan potensi yang paling menonjol adalah industri pengolahan produk makanan, diantaranya meliputi : Tabel 2. Produk UKM Desa Ngluwar No Produk Pangan Bahan UKM 1 Kerupuk Lele Ikan Lele 4 unit 2 Slondok Ketela 6 unit 3 Lempeng Nasi Beras 9 unit 4 Criping Ketela Ketela 21 unit 5 Lanting Ketela 5 unit 6 Rengginan Nasi Beras 4 unit 7 Bolu Kukus Waluh Ketela 3 unit 8 Susu Jagung Jagung 2 unit 9 Kerupuk Ketela Ketela 6 unit 10 Galundeng Kering Tepung 3 unit 11 Criping Pisang Pisang 16 unit 12 Jamur Crispy Jamur Kuping 2 unit Sumber : Desa Ngluwar c. Dari 81 unit usaha UKM dengan produk pada tabel di atas, bahwa produk yang paling besar diserap pasar adalah produk berbahan ketela dan pisang. Produk berbahan ketela dan pisangpun jenisnya adalah criping. Sedangkan sebagian produk lainnya masih membutuhkan waktu untuk berkembangan seperti produk criping. d. Dengan kondisi di atas maka pada tahun 2014 telah diupayakan untuk menumbuh kembangkan produk yang ada dari warga masyarakat bersama banyak pihak. Tujuannya 116 untuk memberi nilai tambah bagi usaha masyarakat, baik usaha yng sudah berjalan maupun warga masyarakat yang akan merintis atau memulai usaha baru. e. Para UKM desa Ngluwar sesungguhnya memiliki banyak permintaan produk yang cukup besar. Diantara produk yang paling banyak diminati adalah produk criping pisang dan criping ketela. Mulai tahun tahun 2000 banyak pihak telah mengupayakan pembinaan hasil-hasil pertanian dan perkebunan namun belum masimal karena dukungan banyak pihak masih sebatas pembinaan pengetahuan dan skill yang tidak berkelanjutan sehingga hasil yang diharpkantidak bias mempengaruhi perubahan ekonomi keluarga di masyarakat. Tahapan Realisasi Program Pada pelaksanaan KKN di desa Ngluwar telah dilakukan pertemuan awal dengan masyarakat teruatama mengundang kelompok UKM untuk memaparkan progran KKN Tematik, terkait program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Selanjutnya dilakukan kegiatan berdasarkan acuan program yang telah disusun dalam program- program KKN PPM meliputi : a. Dialog dengan para UKM menemukenali permasalahan utama dan penguatan komitmen usaha berorientasi pasar, dimana para UKM yang ada di desa Ngluwar masih bersifat tradisional dalam pengelolaan, dan pemahaman terhadap pasar masih sebatas jualan produk. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2016 jam 19.30 WIB. Gambar 3. Dialog dengan para pelaku usaha lokal UKM b. Pemetaan bahan pangan lokal yang potensial untuk pengolahan produk pangan baru. Beberapa bahan pangan yang dikelola masyarakat masih ada yang belum diolah dan masih dijual mentah dari hasil budidaya tanaman pangan. Olehkarenanya perlu pemetaan ulang dan pendampingan untuk memberikan bantuan pemikiran ataupun skliil biladibutuhkan untuk pengolahan pasca budidaya. Pelaksanaan ini dilakukan membutuhkan kecermatan dan waktu yang cukup guna mengetahui apakah setiap bahan pangan dapat diberi nilai Yogyakarta, 30 November 2016 117 tambah atau tidak sehingg mampu menaikan harga jual yang lebih baik. Dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus 2016 hingga waktu 12 Agustus 2016 Gambar 4. Pemetaan Potensi bahan pangan lokal c. Pendampingan kepada para UKM lokal untuk melihat kembali unit usahanya yang sedang berjalan guna melihat potensi berkembangnya usaha melalui pengelolaan yang baik dan benar. Proses ini memberikan dampingan pembelajaran secara utuh kepada para UKM berdasarkan kasus usaha masing-masing UKM. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Proses ini diarahkan hingga pembelajaran pada Perencanaan Bisnis UKM skala kecil hingga menengah Bisnis Plan . Dilaksanakan mulai tanggal 6 Agustus 2016 dan diharapkan bisa mendampingan beberapa UKM hingga tanggal 13 Agustus 2016 Gambar 5. Penyuluhan Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal Gambar 6. Pendampingan Pemahaman Bisnis Plan bagi beberapa UKM lokal d. Pembinaan para UKM local agar memiliki wawasan dan mengerti perlunya produk yang di produksi berstandar makanan sehat, aman dan berkualitas. Maka kepada beberapa UKM 118 dilakukan pendampingan untuk mengikuti aturan dan ketentuan mengenai produksi makanan yang aman, sehat, utuh dan halal ASUH sesuai yang disyaratkan oleh pemerintah melalui BPOM. UKM didampingi untuk mendaftar produknya guna mendapatkan ijin produksi PIRT terhadap usaha produksi makanan olahan yang menjadi sumber pendapatan keluarganya. Dilaksanakan tanggal 14 sd 15 Agustus 2016. Gambar 7. Pendampingan kepada para UKM untuk mewujudkan produk terstandart BPOM e. Sebagai bagian dari proses pembinaan dan pengembangan UKM maka KKN UII bekerjasama dengan Pemerintah Desa Ngluwar untuk meningkatkan kemampuan produksi para UKM yang ada. Dari beberapa UKM yang ada terdapat beberapa yang masih membutuhkan pendampingan guna meningkatkan kemampuan produksinya. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan alat-alat produksi yang sesuai dan dibutuhkan para UKM tersebut. Bersama pemerintah desa maka para UKM diberikan pengarahan tentang motivasi dan kemampuan berwirausaha Agar para UKM memiliki semangat untuk menumbuhkembangkan usahanya keraha yang lebih baik. Gambar 8. Penyerahan bantuan alat produksi bagi UKM dari mahasiswa dan pengarahan pembinaan dari Desa f. Bagi para UKM telah memiliki berbagai produk hasil usahanya dengan segala kemampuannya, dan masing-masing punya teknik atau cara yang berbeda dalam pengolahan bahan baku sebagai dasar produknya. Dengan menggunakan alat rekayasa produk maka para UKM telah mencoba menggunakan teknologi yang lebih baik dari sebelumnya. Para UKM selama ini menggunakan pisau atau alat pemotong lain untuk mengolah bahan baku seperti ketela, pare, kentang atau bahan lainya. Dengan menggunakan alat potong berupa mesiin pemotong cepat maka dapat Yogyakarta, 30 November 2016 119 menghemat tenaga, memudahkan pemotongan bahan sesuai ukuran yang sama. Pelaksanaannya dilakukan tanggal 18 Agustus 2016. Pemotongan manual pisau Tangan Gambar 9. Pengenalan Teknologi Pengolahan bahan Pangan g. Pengenalan Pangan Berbahan Baku Lokal gambaran macam dan sifat masing-masing bahan serta gizi bahan makanan melalui 2 kali penyuluhan kepada para UKM maupun warga masyarakat sekitar. Kegiatannya dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2016. Gambar 10. Penyuluhan Pangan Berbahan Baku Lokal macam dan sifat - gizi makanan Selanjutnya dilakukan beberapa praktek mengenai pengolahan bahan makanan pilihan lain sebagai produk baru ketela, jagung dan tepung. Dilaksanakan pada tanggal 22 sd 23 Agustus 2016. 120 Gambar 11. Praktek Pengolahan Pangan Berbahan Baku Lokal h. Dari beberapa produk para UKM dapat di evaluasi melalui kegiatan penyuluhan tentang konsep pemasaran baik yang sederhana. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2016. Pemasaran juga berkaitan dengan pola pengemasan produk para UKM yang selama ini sudah ada. Pengemasan dapat dipilah berdasarkan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen. Gambar 12. UKM dan masyarakat dikenalkan desain kemasan menarik sesuai kebutuhan produk Beberapa produk dijual berdasarkan konsumen yang menghendaki dengan model ukuran tertentu dan model curah, sehingga pengemasan akan menyesuaikan pilihan konsumen tersebut. Dengan adanya dua moidel serapan pasar oleh konsumen maka mahasiswa mendorong untuk melakukan pengemasan yang baik dan tahan terhadap segala kondisi. Beberapa contoh kemasan di atas merupakan kemasan untuk melayani model konsumen menengah keatas sehingga diperlukan pengenalan konsep pengemasan yang baik dan menarik. Sedangkan pengemasan yang memenuhi konseumen tertentu model kemasannya tertentu pula seperti pembelian konsumen dalam jumlah tertentu Kg, ons atau ball. Yogyakarta, 30 November 2016 121 Gambar 13. Pengolahan dan Produk olahan Gambar 14. Pengemasan produk olahan Gambar 15. Pengemasan produk olahan kg, gram dan ball i. Sebagai tahap lanjutan dari pembinaan bagi para UKM adalah memberikan penyuluhan terhadap segala yang terkait administrasi, seperti penyuluhan keuangan, penghitungan HPP produk, pembukuan neraca keuangan . 122 Gambar 17. Penyuluhan administrasi dan Keuangan j. Proses hasil pembinaan UKM diharapkan ada umpan balik dari masyarakat luas maka dilakukan pameran produk UKM di tingkat Kecamatan untuk siar produk terhadap masyarakat luas. Beberapa produk ditampilkan dan di tunjukkan pula profil Desa Ngluwar tahap awal editan awal sebagai gambaran tentang usaha-usaha masyarakat di berbagai bidang. Gambar 18. Pameran di Kecamatan Ngluwar : produk alternative dari hasil pelatihan kepada masyarakat Yogyakarta, 30 November 2016 123 Gambar 19. Profil Desa Ngluwar : beberapa tampilan halaman profil KESIMPULAN Program kegiatan KKN UII di desa Ngluwar ini masih tahap awal sehingga kegiatan masih belum banyak, yaitu mulai seleksi awal mahasiswa hingga pelaksanaan beberapa kegiatan KKN yang direncanakan. Oleh karenanya kegiatan yang terlaporankan masih sementara. Maka dapat disimpulkan meliputi : 1. Kegiatan-kegiatan awal persiapan dan pembinaan melalui program sudah dilaksanakan guna mewujudkan hasil yang diharapkan. 2. Kegiatan dialog dan pemetaan usaha masyarakat UKM dan kegiatan dampingan perencanaan usaha sudah dilaksanakan sehingga kegiatan KKN sudah berjalan sesuai dengan arah dan sasaran program. 3. Beberapa luaran seperti a. adanya pemahaman tentang pentingnya melakukan perencanaan bisnis tradisional melangkah pada perencanaan bisnis yang lebih maju. b. terlatihnya kelompok usaha masyarakat dalam pembuatan rencana usaha kedepan dengan berbasis potensi wilayah. c. Terpetakannya bahan-bahan hasil budidaya lokal yang potensi untuk dikembangkan sebagai alternative diversifikasi produk makanan lokal seperti tumbuhan gagan- gaganan, pace dan kenikir UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana 124 hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Indonesia, Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Mayarakat, Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Yogyakarta, 30 November 2016 125 PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO KABUPATEN PURWOREJO 3 Nur Feriyanto 1 , Abdul Jamil 2 1 Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Islam Indonesia 2 Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia e-mail: nur.feriyantouii.ac.id ABSTRAK Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4 tersebut bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan perekonomian masyar akat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat sentralistik pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat. Dalam upaya mengelola potensi yang ada tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta bertanggung jawab sehingga mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi. Kata Kuci: Undang-undang Desa, dan Penguatan kelembagaan ABSTRACT With the enactment of Law No. 6 of 2014 on the village then became a tremendous opportunity for every village in Indonesia to be able to develop all their potential independently according to the needs of each in order to realize the public welfare. Law number 6 th 2014 Article 4 is to encourage initiative, movement, and the participation of the village community to the development potential and assets for the welfare of the village together; as well as improve the economy of the village community and overcome the gap of national development. But this time there is very little village that is able to develop its potential. It is due to this village for more positioned as the object of development so it relied on the help of the central government. Low creativity of human resources in the village as a result of the development system is centralized in the past resulted in a lot of potential left to rot is not developed to the source of the prosperity of society. In an effort to manage the existing potential, the necessary institutional strengthening through the establishment of institutional capacity building in a professional, efficient, effective and responsible so as to improve the economy of the community and solve the problems of poverty that has been happening. Kuci said: Act Village, and institutional strengthening 3 Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM Kuliah Kerja Nyata- Program Pemberdayaan Masyarakat yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat DRPM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 126 LATAR BELAKANG Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing- masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4 tersebut bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat sentralistik pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat. Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional, karena apabila setiap desa telah mampu melaksanakan pembangunan secara mandiri maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan meningkatkan indek kemakmuran masyarakat Indonesia. Untuk bisa mewujudkan semua ini maka pemerintahan desa bersama-sama dengan segenap lembaga dan tokoh masyarakat perlu mengenali potensi apa saja yang ada baik fisik maupun non-fisik dan memahami bagaimana strategi dan cara mengembangkan potensi tersebut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Dalam pengembangan potensi desa harus diseuaikan dengan permasalahan kehidupan atau kebutuhan masyarakat agar hasilnya benar-benar bisa dirasakan untuk meningkatkan kesejahteraan secara luas sesuai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam upaya mengelola potensi yang ada tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta bertanggung jawab sehingga mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi. PERMASALAHAN Desa sidorejo merupakan wilayah desa di Kabupaten Purworejo yang masuk dalam kategori kemiskinan sedang, faktor ini dilihat dari tingkat ekonomi warga, pekerjaan, tingkat pendidikan, rumah tinggal dan kesehatan. Menurut data dari pemerintahan desa, kemiskinan di Yogyakarta, 30 November 2016 127 wilayah Desa Sidorejo berjumlah 363 jiwa penduduk yang tersebar di 5 pedukuhan yaitu di pedukuhan bokongan berjumlah 53 jiwa , sorogenen berjumlah 24 jiwa , jurangjero berjumlah 97 jiwa, dan jambean berjumlah 189 jiwa sumber desa Sidorejo 2014 . Ketidak berdayaan dan kemampuan lembaga desa dalam mengelola potensi desa yang ada, menjadikan pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo mengalami stagnasi , hal tersebut dikarenakan lembaga desa tidak memiliki peran dan tanggung jawabnya dalam pengentasan kemiskinan berbasis pengembangan potensi lokal yang ada.. Permasalahan –permasalahan tersebut akibat dari: No Aspek Permasalahan 1. Tidak adanya perencanaan dalam menyongsong UU Desa no 6 tahun 2014 1. Kemampuan SDM dalam memamahami UU Desa no 6 tahun 2014 2. Kemampuan SDM dalam membuat perencaaan pengembangan desa terbatas 3. Tidak adanya perencanaan pengembangan jangka pendek dan panjang 4. SDM dalam menyusun perencanaan berdasarkan kebutuhan 5. Ketidaktahuan SDM dalam membuat perencanaan yang baik 2. Tidak ada pemetaan dan profil wilayah 1. SDM tidak memiliki kemampuan memotret potensi wilayah 2. SDM tidak memiliki kemampuan dalam memetakan wilayah 3. SDM tidak memiliki kemampuan dalam menyusun profil desa 3. Keterbatasan kemampuan lembaga dalam mengelola potensi desa 4. Tidak adanya pendataan potensi desa 5. Tidak adanya tanggung jawab SDM dalam pengembangan potensi desa 6. Kemampuan SDM dalam mengembangkan potensi yang ada terbatas 4. Sinergitas antar lembaga 1. Lembaga tidak memiliki sinergitas kerjasama dalam pengembangan potensi desa 2. Perbedaan tujuan lembaga 128 3. Tidak adanya keterlibatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi wilayah METODE ANALISIS Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunities , namun secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threats . Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini Suharto, 2010; Wardhani, 2010. Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut: 1 Menentukan faktor-faktor strategi eksternal Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal perusahaan dengan kegiatannya seperti analisis terhadap competitor, analisis terhadap nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS Eksternal Strategic Factors Analysis Summary . 2 Menentukan faktor strategi internal Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan. Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS Internal Strategic Factors Analysis Summary . 3 Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik SWOT. Yogyakarta, 30 November 2016 129 Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah: i Dalam sel opportunities O buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis. j Dalam sel Treats T buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan. k Dalam sel Strengths S buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini maupun masa mendatang. l Dalam sel Weakness W susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4 Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan kombinasi keempat faktor tersebut. i Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya. j Strategi ST Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur ancaman. k Strategi WO Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. l Strategi WT Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan yang ada sekaligus menghindari ancaman. Tabel 1. Diagram Matrik SWOT IFAS EFAS STRENGTHS S Tentukan faktor- faktor kelemahan internal WEAKNESS W Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal OPPORTUNITIES O STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang 130 Tentukan faktor peluang eksternal kekuatan untuk memanfaatkan peluang TREATHS T Tentukan faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan-kelemahan dan menghindari peluang HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil analisis SWOT Dengan mengaplikasikan metode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1, dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan S Kelemahan W  Adanya potensi alam dan pertanian  Adanya potensi kerajinan, kuliner dan kesenian  Lokasi berdekatan dengan pusat kota Purworejo  SDM lemabaga desa belum mempunyai kemampuan dalam menyusun sebuah perencanaan  SDM lembaga desa belum melakukan pendataan potensi lokal  Kemampuan SDM lembaga desa dalam mengembangkan potensi desa tidak ada  Kelembagaan Desa belum terbentuk dalam pengembangan potensi lokal Peluang O Strategi S-O Strategi W-O  Terciptanya pemetaan potensi lokal 1. Pendampingan pemetaan potensi desa 1. Pendampingan pemetaan potensi ekonomi desa Yogyakarta, 30 November 2016 131  Terciptanya masterplan pengembangan potensi lokal 2. Pendampingan penguatan kelembagaan desa 3. Studi banding 4. Pendampingan pengembangan potensi lokal 2. Pendampingan penyusunan perencanaan Desa 3. Pendampingan sekolah lapangan melalui studi banding Ancaman T Strategi S-T Strategi W-T  Tidak adanya pemetaan potensi lokal  Tidak adanya perencanaan skala desa  Tidak adanya penguatan kelembagaan dalam menyongsong undang-undang desa 1. Terciptanya peta potensi ekonomiDesa 2. Pembuatan perencanaan dalam bentuk masterplan 3. Terciptanya perencanaan pengembangan potensi lokal skala desa 1. Meningkatkan kemampuan SDM dalam meyusun perencanaan desa 2. Pendampingan kelembagaan desa dalam menyusun peta potensi ekonomi desa 3. Pendampingan penguatan kelembagaan desa Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran Tabel 3. Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM pengembangan potensi lokal melalui penguatan kelembagaan sebagai solusi pengentasan kemiskinan di desa Sidorejo Kabupaten Purworejo 132 No Aspek Permasalahan Prioritas program 1. Tidak adanya perencanaan dalam menyongsong UU Desa no 6 tahun 2014 1. Kemampuan SDM dalam memamahami UU Desa no 6 tahun 2014 2. Kemampuan SDM dalam membuat perencaaan pengembangan desa terbatas 3. Tidak adanya perencanaan pengembangan jangka pendek dan panjang 4. SDM dalam menyusun perencanaan berdasarkan kebutuhan 5. Ketidaktahuan SDM dalam membuat perencanaan yang baik 1. Sosialisasi UU Desa no 6 tahun 2014 2. Pelatihan peningkatan kapasitas SDM dalam membuat perencanan desa berbasis potensi lokal 3. Lokakarya desa tentang perencanaan desa berbasis potensi lokal penyamaan persepsi dan tujuan perencanaan 4. Pendampingan penyusunan pedoman perencanaan desa berbasis potensi lokal 5. Sosialisasi perencanaan desa berbasis potensi lokal 6. Pendampingan penyusunan perencanaan desa 7. Pembuatan dokumentasi perencanaan desa berbasis potensi lokal 2. Tidak ada pemetaan ptensi ekonomi desa 1. SDM tidak memiliki kemampuan memotret potensi wilayah 2. SDM tidak memiliki kemampuan dalam memetakan wilayah 3. SDM tidak memiliki kemampuan dalam 1. Peningkatan kemampuan SDM dalam pembuatan peta potensi wilayah 2. Pendampingan pemetaan berbasis swadaya masyarakat 3. Pendampingan pembuatan peta potensi wilayah Yogyakarta, 30 November 2016 133 menyusun peta ekonomi desa 4. Pendampingan pembuatan profil wilayah 3. Keterbatasan kemampuan lembaga dalam mengelola potensi desa 1. Tidak adanya pendataan potensi desa 2. Tidak adanya tanggung jawab SDM dalam pengembangan potensi desa 3. Kemampuan SDM dalam mengembangkan potensi yang ada terbatas 1. Pendampingan pendataan potensi lokal 2. Pendampingan motivasi SDM dalam pengembangan potensi desa 3. Pembelajaran melalui studi wilayah di Desa lain yang sudah berhasil dalam pengembangan potensi lokal 4. Sinergitas antar lembaga 1. Lembaga tidak memiliki sinergitas kerjasama dalam pengembangan potensi desa 2. Tidak adanya keterlibatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi wilayah 1. Rembug Desa dalam penyamaan tujuan pengembangan potensi wilayah 2. Pembentukan lembaga pengembangan potensi desa 3. Pendampingan penguatan lembaga berbasis partisipasi masyarakat 134

3.2. Pelaksanaan Program

Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya program dapat berkelanjutan adalah dengan pelatihan, pendampingan, studi lapangan, dan implementasi

3.2.1. Profil Mitra kerjasama

Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu : Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui KKN-PPM ini dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki komitmen dan berkelanjutan yaitu : 1 Badan Keluarga berencana dan Pemberdayaan Masyarakat kabupaten purworejo Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pelaksanaan pengentasan KKN menunjuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga dalam pelaksaan kegiatan ini dapat terjadi sinergitas baik berupa pendanaan kegiatan maupun implementasi sehingga tercipta program yang selalu berkelanjutan 2 Pemerintah Desa Sidorejo, dan perangkat Dusun. Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah dianggarkan dalam musrenbang Desa Sidorejo sehingga dapat mensuport pengembangan dan keberlanjutan program Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: 1 Perangkat Desa dan Dusun mulai dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RWRT, Lembaga Desa; 2 Kelompok Pemuda karang Taruna; 3 Kelompok tani, 4 PKK ; dan 5 Kelompok perikanan Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut: 1 Persiapan dan Pembekalan e Sosialisasi ke masayarakat penguna program f Persiapan dan pembekalan 2 Pelaksanaan kegiatan a Pendampingan peningkatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa b Pendampingan penyusunan perencanaan desa Yogyakarta, 30 November 2016 135 c Melaksanakan pemetaan potensi ekonomi desa d Studi wilayah di desa lain yang berhasil dalam pengembangan potensi lokal e Pendampingan pendataan potensi lokal Tabel 4. Rincian kegiatan PPM No Nama Pekerjaaan Program Prioritas 1. Pendampingan peningkatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa Peningkatan Kapasitas SDM lembaga Desa dalam menyongsong undang-undang desa 2. Pendampingan penyusunan perencanaan desa Peningkatan kapasitas lembaga desa dalam melakukan penyusunan rencana Desa kearah pengembangan potensi lokal 3. Melaksanakan pemetaan potensi ekonomi desa Melaksanakan pemetaan potensi ekonomi masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan 4. Studi wilayah di desa lain yang berhasil dalam pengembangan potensi lokal Peningkatan kapasitas SDM masyarakat melalui studi lapangan dalam penyusunan perencanaan pengembangan desa 5. Seminar Hasil PKM Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke pihak terkait

3.2.2. Tahapan Realisasi Program

Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi program- program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama. 1 Pendampingan Peningkatan kapasitas Tata Kelola Pemerintahan Desa Kegiatan ini merupakan kegiatan KKN-PPM untuk memperkuat kelembagaan desa dalam menyongsong undang-undang –desa no 6 tahun 2014. Sumber daya manusia pemerintahan desa yang berlatar belakang pendidikan SMP-SMA menjadikan permasalahan terbaru dalam memahami undang-undang desa no 62014. Kegiatan ini juga melakukan kegiatan pengarsipan adsministrasi desa yang selama ini belum tertata baik.