Peningkatan target konsumen melalui diversifikasi pemasaran menggunakan media Memberikan pelatihan tentang permodalan dan mengenalkan dengan
Yogyakarta, 30 November 2016
143
Gambar 1. Persiapan Tim IbM Perajin Tenun Sambas Universitas Tanjungpura Beberapa persiapan untuk bahan baku serat daun nanas dilakukan dengan memilih daun
nanas yang berkualitas dengan panjang 75 cm dari tanaman nanas yang ditanam dibawah pohon lindung. Pewarna alami yang digunakan dipersiapkan dari ekstrak beberapa tanaman
yaitu daun pandan, rimpang kunyit, buah naga dan kayu sepang serta campuran antara ekstrak- ekstrak tersebut.
Diversifikasi Bahan Baku Tenun Sambas
Kegiatan prioritas program IbM ini berupa pemanfaatan serat daun nanas sebagai pengganti benang dalam kerajinan tenun Sambas. Mitra IbM diberikan informasi dan pelatihan
pembuatan serat daun nanas dan mitra menerapkannya sebagai bahan baku tenunnya.
Gambar 2. Tim IbM dengan mahasiswa dan Mitra IbM
144
Gambar 3. Tim IbM bersama Mitra IbM
Gambar 4. Bahan baku serat daun nanas Serat daun nanas yang digunakan dipilih yang panjang dan berwarna putih. Tim IbM juga
memberikan pelatihan pemutihan
bleaching
pada serat daun nanas yang muncul kecoklatan karena teroksidasi. Serat daun nanas memerlukan perlakuan khusus agar diperoleh serat daun
nanas yang baik. Perlakuan itu meliputi pelenturan dan pemutihan serat.
Pelatihan Pewarnaan Alami
Program prioritas selanjutnya adalah pelatihan pewarnaan alami terhadap serat daun nanas menggunakan ekstrak tanaman yaitu daun pandan, kayu sepang, rimpang kunyit dan buah
naga. Ekstrak tanaman tersebut diperoleh melalui ekstraksi menggunakan air dengan perbandingan 1:2 antara sampel tanaman dibandingkan dengan volume air.
Yogyakarta, 30 November 2016
145
Gambar 5. Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami
Gambar 6. Penjemuran serat nanas yang telah diberi pewarnaan alami Serat daun nanas yang telah dilakukan pewarnaan alami selajutnya dilakukan
pengeringan dengan penjemuran tetapi tidak terkena matahari dalam waktu yang lama dan terlalu panas. Serat daun nanas harus dipastikan kering agar tidak tumbuh jamur sehingga aman
untuk produk kerajinan tenun Sambas. Jamur akan muncul karena serat daun nanas dan pewarnanya alami masih mengandung air. Air merupakan media mikroba.
Setelah serat daun nanas kering maka siap digunakan untuk berbagai produk kerajinan tangan. Kerajinan yang dibuat meliputi selendang, ikat kepala, sapu tangan dan tas. Produk-
produk tersebut dipadu dengan beberapa benang tambahan dan ornamen-ornamen khas Sambas sehingga lebih menarik. Beberapa perajin tenun Sambas mempunyai ornamen-ornamen standar
yang merupakan warisan turun temurun.
146
Gambar 7. Aneka produk mitra IbM
Perbaikan Permodalan dan Manajemen Pemasaran
Kegiatan IbM ini juga memperkenalkan program permodalan untuk UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bekerjasama dengan Bank BNI. Permodalan ini untuk membantu
para perajin tenun Sambas meningkatkan produksinya. Pemasarannya juga diperbaiki dengan media
online
. Media ini sebagai alternatif memperluas jangkauan pemasaran.
Evaluasi Program IbM
Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis Kabupaten Sambas sebagai mitra IbM mendapatkan program yang sama terhadap Perajin Tenun Sambasnya. Program-program yang
meningkatkan
skill
perajin dalam diversifikasi bahan baku dan warna alami dalam tenun sambas. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas
Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100. Sementara peningkatan
skill
bertambah 100 terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini
dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100.
KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan di lapangan menunjukkan adanya serat daun nanas dapat sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tenun Sambas. Kualitas tenun Sambas dengan
menggunakan bahan baku serat daun nanas dipengaruhi oleh kualitas seratnya. Kualitas serat nanas dipengaruhi oleh kualitas daunnya. Serat yang paling bagus berasal dari daun nanas yang
Yogyakarta, 30 November 2016
147
ditanam dibawah pohon pelindung. Pewarnaan alami yang digunakan memberikan warna yang menarik. Mitra IbM memberikan respon positif terhadap kegiatan IbM ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI atas pendanaan kegiatan IbM ini untuk tahun anggaran 2016 dan
Reviewer
Dikti atas masukan dan sarannya dalam kegiatan IbM ini.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik Kabupaten Sambas. 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010 Kabupaten Sambas
Biro Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2014. Kalimantan Barat dalam Angka 2013 Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan Baku
Tekstil.
Jurnal Teknoin
. 13 2. 31-35 Holia, O. dan Astuti, J.T. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida
Terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nanas.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
. 3 1. 37-43 Jayanudin, Hartono, R. dan Jamil, N.H. 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemutihan
Serat Daun Nanas Menggunakan Hidrogen Peroksida. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Semarang Ningtyas, K. 2009. Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan Studi Upaya Pemberdayaan
Pengrajin Kain Tenun Sambas.
Jurnal Wacana
. 12 3. 609-625 Noor, I.R. dan Setyawati, L. 2010. Pemberdayaan UKM : Catatan Refleksi Hasil Meta Riset,
Jurnal Sosiologi Masyarakat
. 15 1. 39-58 Rahmawati, N.P.N. 2010. Sarung Tenun Samarinda : Coba Bertahan dan Berinovasi.
Jurnal Sejarah dan Budaya Jantra
. 5 9. 772-782 Satriansyah, F. 2012. Profil Pengrajin Kain Tenun Adat Sambas dan Upaya Peningkatan Peran
Koperasi dalam Pemberdayaan Pengrajin Studi Kasus di Desa Tumak Manggis Kabupaten Sambas.
Tesis
. Universitas Indonesia, Jakarta Sundari, M.S. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Multimedia pada Kerajinan
Tenun Songket Sebagai Sarana Promosi Kebudayaan Kabupaten Sambas.
Skripsi
. STMIK Amikom. Yogyakarta
148
Tambunan, T. dan Agustiar. 2009. Usaha Kecil dan Rumah Tangga di Industri Manufaktur di Singbebas Kalimantan Barat.
Paper Pusat Industri dan Bisnis
. Universitas Trisakti. Jakarta
Yogyakarta, 30 November 2016
149
PENINGKATAN PERAN DAN DAYA DUKUNG MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN ”WISATA DESA” DI LINGKUNGAN
DESA SELOPROJO, NGABLAK, JAWATENGAH Sukirman, Arif Fajar Wibisono
Universitas Islam Indonesia Email:
805210101uii.ac.id
ABSTRAK
Desa Seloprojo merupakan wilayah yang berada di lereng pegunungan dengan potensi alam yang cukup baik, memiliki potensi wisata alam yang bisa dikembangkan, dan didukung lingkungan
pertanian, sayuran serta sosial budaya yang berbeda dan unik. Potensi wisata lingkungan Seloprojo memiliki nilai yang unik dan lestari sehingga memiliki peluang untuk diekspos sebagai
satu tujuan wisata pedesaan yang berbeda dari desa wisata lainnya. Desa Selopojo dapat didesain
sebagai daerah wisata yang berbeda, yaitu sebagai tujuan “Wisata Desa”. Wisata Desa Seloprojo merupakan desain wisata yang tidak merubah kondisi lingkungan, budaya, sosial dan sarana fisik,
tetapi justru sebaliknya memunculkan keunikan dan keaslian alam dan sosial budayanya. Menumbuhkan peran dan daya dukung masyarakat merupakan bagian utama dalam
merencanakan paket Wisata Desa . Partisipasi masyarakat memiliki posisi sangat penting untuk
mewujudkan tujuan suatu wisata desa, dimana masyarakat merupakan inti dari adanya wisata desa. Setiap tahapan wisata desa akan melibatkan peran masyarakat, karena masyarakat merupakan
subyek wisata desa dan terjadi interaksi aktif dengan para wisatawan. Perencanaan pengembangan wisata desa Seloprojo membutuhkan pengetahuan dan skill
para anggota masyarakat, terutama kelompok sadar wisata Pokdarwis desa. Peran Pokdarwis sangat strategis untuk memetakan, merumuskan dan merencanakan pengembangan potensi lokal
kedalam program wisata, dan terintegrasikan dalam satu kesatuan “Wisata Desa Seloprojo”. Proses menumbuhkan peran dan daya dukung masyarakat akan melibatkan pemerintah desa,
kecamatan dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi desa Seloprojo sebagai unggulan wisata di kawasan kaki Gunung merbabu dan sekitarnya.
Berdasarkan rembug Desa dengan tokoh masyarakat perlu segera disusun kegiatan berdasarkan skala prioritas, meliputi peningkatan kapasitas kelompok ma syarakat, pemetaan dan
pengembangan kawasan yang meliputi dari potensi kesenian, kerajinan, kuliner, dan obyek wisata alam yang belum terkelola secara baik.
Pola pendampingan dan pemberdayaan masyarakat diarahkan berdasarkan rencana bersama masyarakat desa Seloprojo dan mendukung tujuan pemerintah provinsi Jawa Tengah yang
telah menjadikan desa Seloprojo sebagai salah satu Desa Berdikari berbasis potensi wila yah. Kata Kunci: Wisata Desa Seloprojo, lingkungan, budaya, sosial
ABSTRACT
Seloprojo village is an area on the slopes of the mountains with the natural potential is quite good, has potential natural attractions that can be developed, and supported agricultural
environment, vegetables and different socio-cultural and unique. Tourism potential Seloprojo environment has a unique and sustainable value so as to have the opportunity to be exposed as a
rural tourist destination that is different from other tourist village. Selopojo village can be designed as a tourist area that is different, that as the goal of Tourism Village. Rural Tourism Seloprojo a
travel design that does not change the condition of the environment, culture, social and physical infrastructure, but on the contrary gave rise to the uniqueness and authenticity of the natural and
social culture.
Fostering the role and support of the community is a major part in planning the Village Tourism packages. Citizen participation has a very important position to realize the goal of a tourist
village, where the community is at the heart of the tourist village. Each stage will involve the role of tourist village community, because the community is the subject of village tourism and active
interactions occur with the tourists.
150
Seloprojo village tourism development planning requires knowledge and skills of the members of the community, especially the aware group travel Pokdarwis village. Pokdarwis very
strategic role to map, formulate and plan the development of local potential into a travel program, and integrated into a single entity Rural Tourism Seloprojo.
The process of growing the role and support of the community will involve village government, district and community leaders who are committed to developing the potential tourist
village Seloprojo as featured in the foothills of Mount merbabu r egion and surrounding areas. Based rembug village with community leaders need to be prepared activities based on priorities, including
enhancing the capacity of community groups, mapping and development of the potential of area including arts, crafts, culinary and natural attractions have not been managed well.
Patterns mentoring and empowerment directed by plans with villagers Seloprojo and supports the objectives of the Central Java provincial government has made the village Seloprojo
as one of the village-based self-reliance potential of the region. Keywords: Rural Tourism Seloprojo, environmental, cultural, social
PENDAHULUAN Potensi unggulan Desa Seloprojo
Desa Seloprojo, merupakan salah satu desa yang berada di lereng barat dari Gunung Merbabu, di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Letaknyapun diapit oleh Gunung
Adong dan Gunung Telomoyo. Secara geografis wilayah desa Seloprojo sebagai desa berkontur pegunungan maka kondisi wilayahnya sebagian besar bersifat lereng dibanding
datarannya. Luasan wilayahnya mencapai 2,02 Km
2
. Sebagai desa di pegunungan tentu memiliki banyak potensi tersendiri yang menjadi ciri khas dan keunik desanya.
Sebagai desa di lereng pegunungan memiliki potensi alam yang cukup baik, yaitu bisa sebagai wisata alam, pertanian, sayuran dan budaya yang beraneka ragam. Wilayahnya
memiliki Agroklimat : suhu dingin pegunungan dengan rata-rata suhu udara 17º C dan rata –
rata kelembaban udara : 88.205 , sehingga cukup sejuk bagi setiap orang yang hadir di wilayahnya.
Selain itu potensi luas lahan desa Seloprojo yang mencapai mencapai 2,02 Km
2
dengan 4 dusun yang membentang di lereng Gunung Telomoyo adalah :
LUAS WILAYAH Menurut Penggunaan
Luas Ha Lahan Persawahan
22,46 Lahan Tegal dan Kebun
118,76 Lahan Kehutanan
41,8 Lahan Kering
179,103 Lahan Permukiman
11,8 Lahan Lain-lain
6,5
Tabel 1.
Luas Wilayah Desa Seloprojo
Yogyakarta, 30 November 2016
151
Sedangkan secara monografi bahwa Desa Seloprojo merupakan desa yang cakupan wilayah dan penduduknya tergolong kecil dibandingkan desa lainnya yaitu :
KEADAAN PENDUDUK Jumlah Laki-laki
Jumlah Perempuan Jumlah Penduduk
849 840
1.687
KELOMPOK UMUR Th 0 - 4
5 - 9 10 - 14
15 - 19 20 - 24
25 - 29 30
– 39 L
P L
P L
P L
P L
P L
P L
P 99
97 98
101 89
86 85
62 75
56 75
74 113
105
KELOMPOK UMUR Th JUMLAH
40 - 49 50
– 59 60 +
L P
L P
L P
L P
110 103
58 54
64 63
849 840
sumber: Desa Seloprojo
Tabel 2.
Jumlah Penduduk dan Kelompok Umur
Dengan jumlah Penduduk 1.687 Jiwa laki : 849 orang dan perempuan : 840 orang dengan memperhatikan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan usia produktif
sebesar 982 orang menurut sumber desa : bahwa usia 15 – 59 Th sudah dan atau masih
bekerja. Kondisi riil dari sosial ekonomi masyarakat bahwa desa Seloprojo adalah dalam kategori
desa miskin. Masyarakat Desa Seloprojo merupakan masyarakat agraris sehingga tingkat penghidupan ekonominya sangat ditopang oleh hasil pertanian dan perladangannya..Sebagian
besar hasil pertanian dan perkebunan sudah dimanfaat pemenuhan kebutuhan lokal dan sebagian dipasarkan keluar desa.
Untuk keindahan alam yang tersedia baru dikelola secara apa adanya dengan konsep desa wisata pada umumnya. Keunggulan lain untuk menopang wisata desa belum disentuh secara
baik oleh masyarakat desa Seloprojo. Seperti adanya wisata alam Air T erjun ”Sumuran”
Seloprojo hanya kondisi alam yang indah namun belum mendapat sentuhan penataan yang mampu membuat wisatawan bisa hadir cukup lama di wilayah wisata tersebut.
152
Wisata Desa Air Terjun Seloprojo membutuhkan konsep baru yang berbeda dan memanfaatkan semua kekuatan potensial Desa Seloprojo. Tujuan ini sejalan dengan telah
ditetapkannya Desa Seloprojo sebagai salah satu Desa BERDIKARI oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, desa Seloprojo akan menjadi desa yang tumbuh dan berkembang dengan
meningkatkan kemampuan wilayahnya berbasis potensi wilayah. Dengan demikian konsep pengelolaan wisata di desa Seloprojo tidak seharusnya
menganut konsep Desa Wisata yang sudah ada selama ini dan digunakan banyak wilayah di Indonesia. Tentunya yang dapat dijual adalah sosial budaya dan keanekaragaman pola hidup
agrarisnya dan mengabungkan dengan potensi keindahan alamnya. Konsep ”Desa Wisata” harus di ubah menjadi Konsep ”
Wisata Desa
” dimana wisatawan diajak menjalani suatu rangkaian proses melihat dan mengalami cara hidup seperti orang desa
dengan segala keanegaragamannya. Sebab ”wisata desa” tidak merubah segala yang sudah ada tetapi menampilkan kembali menjadi suguhan yang menyenangkan untuk dialami bukan
sekedar dilihat dan dirasakan sebagai sesuatu yang berbeda. Sadar wisata merupakan jantung dan nadinya pariwisata, maka pemahaman terhadap
pengembangan wisata sangat diperlukan dan dibangun serta ditunjukkan kepada seluruh elemen masyaraka desa tersebut. Kerjasama yang tinggi atas dasar pemahaman yang baik dalam
menjalankan wisata daerah akan mendorong semua pihak di desa untuk menggali kekayaan seni dan budaya serta kearifan local dan lingkungan menjadi bagian yang sangat penting dalam
memperkaya daya tarik
event
pariwisata yang di kemas dalam “
Wisata Desa
”. Karakteristik potensi yang dimiliki masyarakat desa Seloprojo sangat beragam dan
dikelompokkan kedalam beberapa bagian : POTENSI WILAYAH
1. Lahan pertanian padi yang cukup baik dapat sebagai wahana pembelajaran wisata agraris
wisata bercocok tanam. 2.
Suasana alam pegunungan di ketinggian menjadi panorama alam yang indah. 3.
Potensi tanaman sayuran menjadi daya tarik untuk menikmati hasil bumi khas pegunungan.
4. Fenomena air terjun Sumuran Seloprojo menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan.
5. Seni budaya seperti Tari Reog, Tari Soreng dan beberapa tari lainnya perlu di lestarikan
dan dikembangkan sebagai seni budaya lokal yang menarik. 6.
Tanaman pangan yang telah dioleha menjadi makanan lokal menjadi suguhan kuliner yang unik dan menarik bagi wisatawan yang hadir di wilayah tersebut.
Yogyakarta, 30 November 2016
153
Maka sangat tepat bila lingkungan wilayah Desa Seloprojo tersebut perlu di kembangkan menjadi Desa yang berbasis wisata dengan pola “Wisata Desa”. Dengan memperhatikan dari
faktor potensi pendukung Obyek dan Daya Tarik wisata ODTW di atas, juga daerah ini adalah jalur wisata
Kopeng
sebuah kawasan wisata pemandangan dan wisata Air Terjun Sekar Langit. Dengan adanya potensi yang baik di lingkungan Desa Seloprojo maka perlu dicanangkan
sebagai solusi bersama dengan warga masyarakat melalui kelompok guna mewujudkan desa yang berbasis wisata dengan pola “Wisata Desa” meliputi:
SOLUSI BAGI WILAYAH 1.
Membentuk dan Mendorong kelompok Sadar Wisata untuk mengambil peran mengingat potensi SDM desa Seloprojo cukup baik.
2. Mengoptimalkan potensi desa sebagai jalur distinasi OTDW wisata KOPENG dan Air
Terjun SEKAR LANGIT. 3.
Mengoptimalkan potensi Agrowisata untuk di redesain sebagai desa wisata Agro- organik, yaitu basic wisata Agro organik tersebut untuk disajikan kepada wisatawan guna
mengenal makanan sehat alami. 4.
Meningkatkan kemanfaatan lahan dan potensi View yang ada dan kontur tanah yang kondusif sebagai wisata alam, terutama Air Terjun SUMURAN Seloprojo.
5. Mengembangkan potensi wisata lainnya yang banyak di desa tersebut misalnya wisata
Seni dan Budaya dan Wisata kuliner. 6.
Menambah penghasilan masyarakat. 7.
Menjaga kelestarian hayati dan lingkungan hidup.
Permasalahan yang Ditemui
Permasalahan yang ada di lokasi: a.
Warga masyarakat masih belum bersatu untuk mendorong wisata di desanya karena pemahaman yang ada selama ini adalah tidak mudahnya menjadikan desanya sebagai
Desa Wisata. b.
Belum adanya kader penggerak wisata desa yang mampu mensinergikan semua potensi desa agar dikelola dalam satu paket “Wisata Desa”
c. Masyarakat memiliki anggapan bahwa investasi untuk menjadi desa wisata adalah
berbiaya besar, sehingga tidak mampu merubah keadaan bila tidak ada campur tangan dari pemerintah pusat.
d. Kurangnya pemahaman atas pengetahuan pengelolaan wisata. Masyarakat belum
melihat peluang bahwa desa bisa menjual pol a “Wisata Desa” dengan kondisi desa
154
seadanya. Maksudnya berwisata dengan pola “wisatawan mengalami pola kehidupan social budaya desa”.
Oleh karenanya secara umum, persoalan utama yang dihadapi dalam pengembangan lingkungan desa berbasis wisata adalah 1 belum adanya sumberdaya manusia yang tersinergi
dalam satu tujuan bersama, 2 minimnya dukung untuk memulai dan menjalankan kegiatan wisata, 3 belum ada pemahaman yang baik tentang pola pengembangan lingkungan desa
sebagai wilayah yang berpotensi sebagai kawasan wisata desa.
METODE PELAKSANAAN
Dengan memperhatikan permasalahan desa Seloprojo untuk menata ulang desanya menjadi desa yang siap dengan perubahan yang alami maka perlu disusun solusi yang dapat
dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu : a.
Melaksanakan FGD untuk penguatan kelembagaan masyarakat Karang taruna, PKK, kesenian, kerajinan, kuliner, dan wisata yang berwawasan pengembangan lingkungan
terpadu. b.
Melaksanakan penguatan potensi unggulan wilayah bersama kelompok masyarakat sadar wisata tiap dusun
c. Melaksanakan perencanaan dengan mengintegrasikan potensi unggulan kedalam kawasan
wisata dengan pola Wisata Desa yang berbasis partisipasi masyarakat. d.
Melaksanakan pengembangan kreatifitas ekonomi, seni dan budaya serta pemasarannya untuk menunjang keterpaduan program wisata desa.
e. Pembuatan profil kewisataan Desa Seloprojo dalam upaya menunjang keberlanjutan
pengembangan program wisata desa. f.
Pendampingan masyarakat Desa Seloprojo untuk memiliki even ”Wisata Desa” di desa Seloprojo.
Langkah-langkah pendampingan meliputi :
- Pendampingan kepada kelompok-kelompok penggerak tingkat dusun dan desa
melalui pelatihan kecakapan wisata berbasis potensi local, tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mengenai pengelolaan
lingkungan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi lingkungan wisata alam pengunungan,agro dan Air Terjun
”Sumuran” Seloprojo.
Yogyakarta, 30 November 2016
155
- Dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang
terarah pada penyebaran usaha mewujudka n “wisata Desa”.
- Pendampingan kepada Pemerintah Desa para perangkat agar dapat mewujudkan
program dan kebijakan yang mampu mendorong perubahan menuju desa berbasis “Wisata Desa” bukan sekedar menjadi desa wisata pada umumnya.
Tahapan dalam Pelaksanaan Kegiatan
Untuk mengatasi permasalahan di atas, dalam pelaksanaan kegiatan ini nantinya memuat tahapan berikut:
1. Persiapan dan Pembekalan yang meliputi:
a. Rekruitmen mahasiswa
b. Sosialisasi ke masyarakat pengguna program KKN-PPM
c. Persiapan mahasiswa dengan mengadakan pembekalan KKN-PPM yang terkait
dengan Peningkatan Peran dan Daya Dukung Masyarakat Terhadap Pengembangan “Wisata Desa”.
d. Penerjunan mahasiswa ke lokasi KKN-PPM
2. Pelaksanaan kegiatan meliputi:
a. Program penyuluhan keunggulan potensi Desa dan pengembangannya berbasis wisata.
b. Program penyuluhan tentang kepariwisataan yang berbasiskan masyarakat atau
ekotorisme. c.
Pembentukan Kelompok Sadar Wisata Pokdarwis guna menjadi pendorong perubahan dan perkembangan wisata di desa Seloprojo.
d. Pelatihan Bisnis Plan bagi warga masyarakat untuk mengelola wisata desa dimasa
mendatang. e.
Pemetaan potensi desa oleh mahasiswa dan Pokdarwis untuk diintegrasikan dalam paket wisata, seperti wisata Agro, wisata Tracking, wisata Kuliner, wisata Budaya
ataupun wisata Kerajinan. f.
Sosialisasi dan kerja bersama masyarakat untuk menata lingkungan obyek wisata Air Terjun Sumuran dengan desain yang lebih alami
– menarik dan unik bagi para wisatawan tanpa berbiaya tinggi.
g. Pembentukan kelompok seni wisata di tingkat desa agar mampu mendorong even-even
wisata desa. h.
Pelatihan pengolahan produk pangan organic potensi desa sebagai penunjang wisata kuliner.
156
i. Pembuatan usulan desain fasilitas bangunan tradisional yang sesuai lingkungan untuk
menopang wisata desa. j.
Pelatihan administrasi dan manajemen keuangan untuk menopang kegiatan usaha wisata desa.
k. Pembuatan Gapura Papan ”Wisata Desa Seloprojo”
HASIL YANG DICAPAI DAN PEMBAHASAN
Untuk menjalankan program KKN terlebih dahulu mahasiswa melakukan sosialisasi program bersama masyarakatr sasaran. Tujuannya untuk mendapatkan kesepahaman terhadap
program yang akan dilaksanakan bersama masyarakat. Selain itu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Proses ini merupakan mata
rantai awal yang harus dilakukan mahasiswa sebelum menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah disusun bersama masyarakat. Dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2016.
Gambar 1. Sosialisasi Program KKN a.
Penyusunan Desain Fasilitas Wisata Seloprojo Tahap awal sesuai dengan tujuan pengembangan kawasan wisata Seloprojo maka
dilakukan pemetaan dan redesain tata letak fasilitas pendukung obyek wisata dengan konsep “Wisata Desa”. Penyusunan desain ini dikomunikasikan dengan para perangkat desa dan
kelompok masyarakat yang sadar wisata. Harapan bahwa desain ini bisa memberikan ciri khusus bagi wisata desa Seloprojo. Dilaksanakan pada rentang waktu 4 sd 5 Agustus 2016.
Yogyakarta, 30 November 2016
157
Gambar 2. Lahan dan Jalur Wisata Seloprojo
Dalam hal ini perumusan konsep berdasarkan kondisi eksisting dari lingkungan site. Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis situasi dan kondisi medan dari
lokasi utama wisata Air Terjun Sumuran Seloprojo. Selanjutnya nantinya akan mengarah area pendukung wisata diarea lahan kosong yang masih menjadi bagian dari lingkungan wisata air
terjun sumuran.
Gambar 3. Pemanfaatan lahan berdasarkan kesediaan lahan
Tahap ini merupakan tahapan dimana mahasiswa mulai untuk membuat desain usulan penataan fasilitas lingkungan air terjun sumuran. Hasil rancangan dibuat dengan komputerisasi.
Acuan yang digunakan berdasarkan google earth dan juga survey lapangan.
158
Gambar 4.
Pembuatan Model “Gazebo Wisata Desa” Seloprojo
Gambar 5. Desain pintu gerbang wisata Seloprojo b.
Pelaksanaan Pembinaan Makanan Olahan
Tahap berikutnya adalah pengembangan produk makanan olahan berbasis potensi lokal yaitu memanfaatkan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi menjadi produk makanan bernilai
ekonomis, diantaranya tumbuhan pegaganrembetan. Masyarakat diajak membudidayakan tanaman liar ini di pekarangan dan lahan kebun. Sosialisasi melalui Pokdarwis maka
direalisasikan budidaya tanaman liar lokal dan pengolahannya menjadi produk makanan olahan berbasis potensi lokal.
Gambar 6. Tanaman Pegagan
liar seperti “Pegagan” dan “Kenikir” yang mulai dibudidayakan
Yogyakarta, 30 November 2016
159
Gambar 7. Budidaya tanaman pangan lokal untuk produk makanan olahan
seperti Pegagan, Kenikir Salah satu tanaman lokal dipilih sebagai pilihan produk makanan olahan dari daun
“Pegagan”, disosialisasikan dengan pilihan rasa dan dikemas menjadi produk yang diminati oleh wisatawan. Pegagan sudah dikenal masyarakat sering digunakan sebagai makanan urapan,
sehingga tidak menjadi asing bagi masyarakat apabila tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai makanan bernilai jual tinggi.
Gambar 8.
Pembinaan UKM makanan olahan daun “Pegagan” untuk mendukung Wisata Seloprojo
Namun juga beberapa tanaman sayuran produktif seperti Tomat ataupun Wortel juga bisa dilakukan pengolahan sebagai alternative produk makanan olahan local