4.3.1 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan
Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan status pernikahan menikah mayoritas 35 melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001-
Rp.500.000. Konsumen yang memiliki status pernikahan cenderung memiliki kebutuhan sandang yang bergaya formal, salah satunya batik. Batik yang biasa
digunakan oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya adalah berfungsi sebagai seragam dengan motif khas yang menjadi identitas maupun kebanggaan
tersendiri sebagai identitas dalam menghadiri suatu acara maupun kegiatan. Oleh karena itu mayoritas konsumen memilih batik dengan selektif sehingga harga
yang ditawarkan juga sesuai, yaitu berkisar Rp. 100.001 hingga Rp.500.000. Berbeda dengan konsumen yang belum menikah 13 mayoritas melakukan
pembelian dengan pengeluaran
tabel 4. Hal ini dikarenakan
mayoritas konsumen lebih menyukai gaya berpakaian yang casual dibandingkan gaya berpakaian formal yang sangat identik dengan berbagai aspek yang ada.
Tabel 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan
Pengeluaran setiap pembelian
Status Pernikahan
Menikah Belum
Menikah Duda Janda Total
≤ Rp.100.000 Rp. 100.001-Rp. 500.000
Rp. 500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
Rp.2.000.000 30
13 43
35 12
1 48
5 1
6 1
1 2
2 Total
72 26
2 100
Chisquare 0,00
4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir
Konsumen dengan pendidikan terakhir S1 22 mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001-Rp.500.000. Konsumen dengan
tingkat pendidikan yang beragam memiliki perbedaaan persepsi terhadap berbagai hal, termasuk dalam melakukan pembelian. Konsumen dengan tingkat pendidikan
S1 pada konsumen Batik Bogor Tradisiku cenderung memiliki pengeluaran setiap pembelian yang cukup tinggi yaitu Rp. 100.001- Rp. 500.000. Adapun yang
menjad pertimbangan mereka adalah batik bukanlah sekedar bahan sandang yang biasa saja karena di dalam sehelai kain tersebut ada banyak nilai yang mungkin
tidak terlihat secara eksplisit namun implisit, seperti filosofi maupun esensi dari nilai sebuah batik. Oleh karena itu, biasanya konsumen dengan tingkat pendidikan
semakin tinggi cenderung selektif dan loyal terhadap nilai implisit tersebut dan memberani membayar berapa pun harganya. Hal ini akan begitu berbeda dengan
konsumen dengan pendidikan terakhir yang ada di SDSMP, SMUSMK, dan diploma yang biasanya lebih melihat terhadap aktualisasi nilai yang bersifat
ekspisit saja terhadap batik yang identik sebagai bahan sandang yang menurut mereka hanya identik dengan identitas budaya bangsa yang sudah ada sejak
dahulu kala, sehingga tingkat ekspektasi harga yang mereka inginkan hanyalah berdasarkan harga yang standar di pasaran. Oleh karena itu, tak heran jika mereka
tidak begitu loyal dalam melakukan pembelian yang cukup tinggi.
Tabel 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir
Pengeluaran setiap pembelian
Pendidikan terakhir
SDSM P
SMUS MK
Diplom a
S1 S2 S3 Tota
l
≤Rp. 100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000
Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
Rp.2.000.000 16
5 19
3 43
2 13
6 22
4 1
48 1
2 3
6 1
1 1
1 2
Total 3
30 11
44 11 1 100
Chisquare 0,00
4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan