45
2.9.1. Langkah-langkah Metode Analysis Hierarchy Process
Menurut Suryadi 2002, langkah-langkah dalam memulai AHP adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. b. Membuat matrik perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam
hirarki. c. Memasukkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matrik. d. Mengolah data dalam matrik perbandingan berpasangan sehingga
didapatkan prioritas setiap elemen hirarki. e. Menguji konsistensi dari prioritas yang telah diperoleh.
f. Melakukan langkah-langkah di atas untuk setiap level hirarki. g. Menggunakan komposisi hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas
dengan bobot-bobot kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas yang sudah diberi bobot tadi dengan nilai prioritas dari level bawah berikutnya dan
seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk level hirarki paling bawah.
h. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini kemudian dibagi dengan pernyataan sejenis menggunakan indeks konsistensi randomacak yang sesuai dengan
dimensi tiap matrik. Rasio konsistensi hirarki tersebut tidak boleh lebih dari 0,1. Jika tidak maka proses harus diperbaiki.
2.9.2. Kelebihan dan Kelemahan Analysis Hierarchy Process
Analysis Hierarchy Process memfokuskan pada pencapaian obyektif.
Penggunaan AHP menghasilkan keputusan yang rasional. Keputusan rasional adalah dimana pencapaian obyektif yang banyak oleh para pengambil
keputusan. Kuncinya adalah fokus pada obyektif daripada alternatif, kriteria atau atribut. Suryadi, 2002
Sebagai metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, AHP mempunyai beberapa kelebihan :
1. Mampu memecahkan masalah yang bersifat multi obyektif dan multi kriteria.
46 Kebanyakan model pengambilan keputusan yang ada hanya memakai
tujuan tunggal dengan multi kriteria. 2.
Mampu memecahkan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam beberapa kelompok atau bagian dan menyusun semua bagian
tersebut menjadi suatu bentuk hirarki. 3. Mampu memperhitungakan elemen atau kriteria kuantitatif sekaligus
kualitatif. 4. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitifitas
pengambil keputusan. 5. Memiliki perhatian khusus terhadap penyimpangan dari konsistensi,
pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan diantara kelompok kriteria strukturnya, atau dengan kata lain memperhitungkan validitas
sampai batas toleransi inkonsistensi berbagai elemen dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
Tabel. 3. Skala penilaian perbandingan berpasangan Saaty, 1999 Tingkat
Kepentingan Keterangan
Penjelasan 1 SAMA
PENTINGNYA Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama penting
3 SEDIKIT LEBIH
PENTING Pengalaman dan penilaian satu
elemen sedikit memihak dibandingkan dengan
pasangannya
5 LEBIH PENTING
Pengalaman dan penilaian satu elemen sangat memihak
dibandingkan dengan pasangannya
7 SANGAT PENTING
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya
sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya
9 MUTLAK LEBIH
PENTING Satu elemen terbukti mutlak
lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada
keyakinan tertinggi
2,4,6,8 NILAI TENGAH
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian yang
berdekatan
47
Kebalikan a
ij
= 1 a
ij
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding
dengan i
2.10 Analisis Prospektif