55 Potensi ekonomi yang hilang akibat kemacetan di Kecamatan Bogor Barat
yang dilakukan Marwan 2011 juga lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian saat ini. Potensi ekonomi yang didapat oleh Marwan 2011 adalah Rp
152.460.925.983,00 per tahun, sedangkan potensi ekonomi yang hilang dalam penelitian ini sebesar Rp 29.244.852.000,00 per tahun. Hal tersebut mungkin
terjadi karena ruang lingkup penelitian yang dilakukan oleh Marwan cakupannya lebih luas yaitu mencakup jenis kendaraan yang lebih banyak, dan jenis pekerjaan
yang lebih luas. Penulis hanya meneliti jenis kendaraan roda empat yang digunakan oleh supir angkutan kota.
Penelitian yang dilakukan Farhani 2011 di Jalan Cicurug-Parungkuda Sukabumi menunjukkan, nilai potensi ekonomi yang hilang lebih kecil
dibandingkan dengan penulis. Potensi ekonomi yang hilang berdasarkan penelitian Farhani sebesar Rp 4.609.120.990,10 per tahun, sedangkan potensi
ekonomi yang hilang yang didapatkan penulis adalah Rp 29.244.852.000,00 per tahun. Hal ini mungkin terjadi karena jarak tempuh yang didapat penulis lebih
jauh jika dibandingkan dengan jarak tempuh yang yang didapat oleh Farhani.
6.2.2 Penghasilan Hilang Loss of Earning akibat Kemacetan
bagi Supir Angkutan Kota dan PKL
Pertumbuhan ekonomi tidak bisa lepas dari peranan sektor transportasi. Transportasi membuat mobilitas pelaku ekonomi menjadi lebih cepat, mudah, dan
efisien. Saat kemacetan lalu lintas terjadi, maka arus transportasi pun terhambat yang akan memberikan dampak pada aktivitas ekonomi dan produktivitas
masyarakat. Supir angkutan kota yang terjebak kemacetan merasakan kerugian ekonomi
yang paling besar jika dibandingkan dengan pedagang kaki lima PKL. Pengeluaran yang semakin meningkat untuk operasional kendaraan mengurangi
penghasilan mereka. Para supir mengalami penurunan penghasilan saat macet karena mereka harus membeli BBM lebih banyak dibandingkan saat lalu lintas
normal. Misalnya, untuk satu trip operasi biasanya hanya lima liter bensin, namun jika terjebak macet para supir harus menambah dua liter bensin atau mereka harus
mengurangi operasional kendaraan mereka dari yang seharusnya 4,5 rit menjadi
56 3,5 rit dalam sehari. Oleh karena itu, kemacetan dapat menyebabkan hilangnya
penghasilan bagi supir. Kemacetan juga menyebabkan hilangnya penghasilan bagi pedagang kaki
lima PKL. Kemacetan membuat para PKL terlambat menuju tempat usaha mereka dan menjadi telat untuk membuka usaha. Hal tersebut sebenarnya akan
membuat mereka kehilangan penghasilan karena telat dalam membuka usahanya yang seharusnya membuka usaha pukul 06:00 atau 07:00 WIB karena tejebak
kemacetan menjadi pukul 08:00 atau 09:00 WIB, mungkin saja terdapat pembeli atau pelanggan yang akan membeli karena telat dalam membuka usahanya mereka
akan kehilangan penghasilan yang seharusnya didapat dari pembeli atau pelanggan tersebut.
Hasil penelitian terhadap 75 responden yang terdiri dari 45 orang supir angkutan kota dan 30 orang pedagang kaki lima PKL, didapatkan perhitungan
penghasilan yang hilang akibat kemacetan. Berdasarkan data yang diperoleh, rata- rata penghasilan supir angkutan kota per bulan yaitu Rp 2.537.778,00 dan PKL
sebesar Rp 9.186.667,00 per bulan. Rata-rata jumlah jam kerja per hari supir angkutan kota dan PKL yaitu 9 jam. Rata-rata jumlah hari kerja per minggu supir
angkutan kota dan PKL yaitu 7 hari. Rata-rata jumlah jam kerja supir angkutan kota per bulan yaitu 270 jam, jika
rata-rata jam kerja per hari dikalikan dengan jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari. Rata-rata penghasilan supir angkutan kota per jam yaitu Rp 9.399,18, jika
rata-rata penghasilan per bulan supir angkutan kota dibagi dengan jumlah jam kerja per bulan. Rata-rata penghasilan supir angkutan kota per menit yaitu sebesar
Rp 156,65, jika rata-rata penghasilan per jam supir angkutan kota dibagi dengan 60 menit per jam dimana 1 jam sama dengan 60 menit.
Total durasi kemacetan yang dialami supir angkutan kota yang menjadi responden yaitu 1.435 menit per trip. Rata-rata durasi kemacetan yang di alami
supir angkutan kota yaitu 31,89 menit per trip, jika total durasi kemacetan yang di alami supir angkutan kota yang menjadi responden dibagi dengan jumlah
responden yaitu 45 orang. Rata-rata penghasilan supir angkutan kota yang hilang akibat kemacetan dalam satu kali jalan atau per trip yaitu sebesar Rp 4.995,57.
Rata-rata penghasilan yang hilang bagi supir angkutan kota per hari yaitu Rp