Penghasilan Hilang Loss of Earning akibat Kemacetan

60 Parung karena kemacetan yang terjadi bukan disebabkan oleh mereka, sehingga supir angkutan kota dan PKL tidak bersedia membayar denda.

6.3.1 Analisis Willingness to Pay dengan Pendekatan Contingent Valuation

Method CVM Analisis WTP supir angkutan kota dan PKL di sekitar simpang pasar Parung, Kecamatan Parung dilakukan dengan cara menanyakan kepada 45 supir angkutan kota dan 30 orang pedagang kaki lima PKL mengenai kesediaan mereka untuk membayar denda akibat adanya kegiatan tidak tertib yang dilakukan, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu faktor penyebab kemacetan di Parung. Pendekatan Contingent Valuation Method CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan besaran nilai WTP tersebut. Besaran nilai WTP diperoleh dengan menggunakan 6 tahapan pendekatan CVM, yaitu: 1. Membangun Pasar Hipotetik Seluruh responden diberikan skenario bahwa Pemerintah Kabupaten Bogor akan memberlakukan kebijakan baru dengan memberikan sanksi berupa denda kepada supir angkutan kota dan Pedagang kaki lima PKL yang melakukan kegiatan di badan dan bahu jalan karena telah menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Parung, dimana selama ini belum ada peraturan yang ditetapkan pemerintah secara jelas dan tegas mengenai sanksi berupa denda atas pelanggaran yang dilakuan supir angkutan kota dan PKL di bahu dan badan jalan. Biaya ini mencerminkan nilai kesanggupan supir angkutan kota dan PKL membayar denda atas pelanggaran yang telah dilakukan di Parung. 2. Memperoleh Nilai WTP Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode bidding game, maka diperoleh besarnya nilai WTP yang bersedia dibayar oleh supir angkutan kota dan PKL. Responden bersedia membayar WTP mulai dari Rp 2.500,00 hingga Rp 10.000,00 per hari per orang. Starting point nilai WTP ditentukan berdasarkan tarif pelajar angkutan penumpang umum dengan jarak tempuh 11 Km yang berlaku di Kabupaten Bogor sebesar Rp 2.500,00. 61 3. Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP Dugaan nilai Rata-rata WTP supir angkutan kota dan PKL dihitung berdasarkan distribusi WTP supir dan PKL. Data distribusi dugaan rata-rata nilai WTP supir dan PKL dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Distribusi WTP supir angkutan kota dan pedagang kaki lima PKL Responden Pekerjaan Nilai WTP Rphariorang Frekuensi orang Frekuensi Relatif Mean WTP Rp Supir 2.500,00 19 45,24 1.131,00 5.000,00 10 23,81 1.190,48 7.500,00 9 21,43 1.607,14 10.000,00 4 9,52 952,38 Total 42 100 4.881,00 PKL 2.500,00 13 50,00 1.250,00 5.000,00 3 11,54 576,92 7.500,00 6 23,08 1.730,78 10.000,00 4 15,38 1.538,46 Total 26 100 5.096,16 Berdasarkan Tabel 20 di atas, dapat dilihat rata-rata WTP supir angkutan kota adalah sebesar Rp 4.881,00 per hari per orang, sedangkan PKL adalah sebesar Rp 5.096,16 per hari per orang. Pada supir nilai WTP tertinggi yang bersedia dibayarkan adalah sebesar Rp 10.000,00 sebanyak 4 orang. Nilai WTP yang paling banyak ingin dibayarkan supir adalah sebesar Rp 2.500,00 sebanyak 19 orang. Pada PKL nilai WTP tertinggi yang bersedia dibayarkan adalah Rp 10.000,00 sebanyak 4 orang. Nilai WTP yang paling banyak ingin dibayarkan PKL adalah sebesar Rp 2.500,00 sebanyak 13 orang. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kesanggupan supir dan PKL untuk membayar denda atas pelanggaran yang dilakukan di Parung. 4. Menduga Estimating Curve Kurva permintaan WTP supir angkutan kota dan PKL dibentuk berdasarkan nilai WTP mereka terhadap biaya denda yang dikeluarkan. Kurva ini menggambarkan hubungan tingkat WTP yang dikeluarkan dalam Rphariorang dengan jumlah supir dan PKL yang bersedia mengeluarkan WTP. Hasil survei yang dilakukan pada supir dan PKL untuk nilai WTP yang bersedia dikeluarkan dapat dilihat pada Gambar 15. 62 Gambar 15 Dugaan estimating curve supir angkutan kota dan PKL 5. Menentukan Total WTP Perhitungan total WTP supir angkutan kota dan PKL dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP supir angkutan kota yang menjadi responden yaitu sebesar Rp 205.000,00 per hari, sedangkan nilai total WTP seluruh supir yang memiliki trayek Parung diduga sebesar Rp 7.721.742,00 jika dikalikan jumlah kendaraan lintasan trayek asal tujuan Parung tahun 2013 dengan asumsi jumlah supir sama dengan jumlah kendaraan tersebut. Nilai total WTP PKL yang menjadi responden adalah Rp 132.500,00 per hari, sedangkan nilai total WTP seluruh PKL yang berada di Parung diduga sebesar Rp 540.193,00 per hari jika dikalikan dengan jumlah PKL yang berada di Parung pada bulan September tahun 2013. Nilai tersebut diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pengambilan keputusan untuk mengurangi kemacetan di Parung. 5 10 15 20 2500 5000 7500 10000 Re spo n d en WTP Supir Angkutan Kota 2 4 6 8 10 12 14 5000 10000 15000 R e sp o n d e n WTP Pedagang Kaki Lima PKL 63 Tabel 21 Total WTP supir angkutan kota dan PKL Responden Pekerjaan Nilai WTP Rphariorang Frekuensi orang Jumlah WTP Rp Supir 2.500,00 19 47.500,00 5.000,00 10 50.000,00 7.500,00 9 67.500,00 10.000,00 4 40.000,00 Total Responden 42 205.000,00 Jumlah Kendaraan 1.582 7.721.742,00 PKL 2.500,00 13 32.500,00 5.000,00 3 15.000,00 7.500,00 6 45.000,00 10.000,00 4 40.000,00 Total Responden 26 132.500,00 Jumlah PKL 106 540.193,00 Keterangan: = Jumlah Lintasan Trayek dan Kendaraan Asal Tujuan Parung tahun 2013 oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DLLAJ Kab. Bogor, 2014 = Jumlah Pedagang Kaki Lima PKL berdasarkan Inventarisir Data Pedagang Kaki Lima di Jln Raya H. Mawi Parung bulan September tahun 2013 oleh Kecamatan Parung, 2014 6. Evaluasi Pelaksanaan CVM Hasil analisis regresi berganda yang dilakukan menghasilkan nilai R 2 sebesar 65,5 Lampiran 1. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman nilai WTP supir angkutan kota dan PKL dapat dijelaskan oleh model sebesar 65,5, sedangkan sisanya 34,5 dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian mengenai WTP ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya reliable. Menurut Mitchell dan Carson 1989 dalam Garrod dan Willis 1999, penelitian yang berkaitan dengan lingkungan mentolerir nilai R 2 sampai 15.

6.4 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Supir Angkutan Kota dan PKL

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP menggunakan analisis regresi berganda. Variabel tak bebas dependent variable yaitu WTP Willingness to Pay supir angkutan kota dan pedagang kaki lima PKL. Variabel bebas independent variable adalah dummy jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dummy jenis pekerjaan supir dan pedagang, waktu kerja, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi terkena kemacetan, durasi 64 terkena kemacetan, waktu hilang, serta jarak tujuan. Hasil identifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 22. Hasil dari pengolahan nilai WTP responden dalam penelitian ini, menghasilkan model yang baik karena nilai R 2 yang dihasilkan bernilai 65,5, nilai tersebut mengartikan bahwa keragaman WTP responden yang dapat dijelaskan oleh model adalah 65,5 dan sisanya 34,5 dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Tabel 22 Hasil estimasi nilai WTP supir angkutan kota dan PKL Variabel B Beta T Sig Tolerance VIF Constant 485,538 ,241 ,811 JK dummy -554,085 -,066 -,660 ,512 ,624 1,603 USA -21,150 -,087 -,825 ,413 ,567 1,763 TPK 296,352 ,253 2,656 ,010 ,692 1,445 SPR dummy -97,850 -,018 -,074 ,941 ,109 9,178 PDG dummy -861,189 -,153 -,766 ,447 ,158 6,324 WK 292,602 ,342 2,780 ,007 ,414 2,416 TPS ,002 ,286 1,931 ,059 ,285 3,506 JTK -810,965 -,409 -4,304 ,000 ,696 1,437 FK 1.613,922 ,470 3,582 ,001 ,364 2,746 DK 7,528 ,041 ,299 ,766 ,328 3,051 WH 1,576 ,016 ,134 ,894 ,427 2,340 JT -89,639 -,316 -1,585 ,119 ,158 6,337 R-square 65,5 R-square adj. 57,9 Durbin-Watson 1,933 Asymp. Sig. 2-tailed 0,995 Uji F 0,000 Keterangan : : nyata pada taraf α=1 : nyata pada taraf α= 15 Secara serentak, variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap model. Model yang dihasilkan telah diuji multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Hasil uji tersebut sebagai berikut: 1. Uji Multikolinearitas Uji ini didasarkan pada nilai VIF pada model yang diregresikan. Nilai VIF kurang dari sepuluh VIF 10 menunjukkan, tidak terjadi masalah multikolinearitas. Pada Tabel 22 menunjukkan, nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari 10, hal tersebut mengindikasikan tidak terjadi masalah multikolinearitas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji gletser dan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji gletser pada Lampiran 2 menunjukkan, semua variabel bebas memiliki nilai Sig. lebih dari