a. Panjang vektor peubah sebanding dengan keragaman peubah tersebut. Semakin panjang vektor suatu peubah maka keragaman peubah tersebut
semakin tinggi. b. Nilai consius sudut antara dua vektor peubah menggambarkan korelasi
kedua peubah. Semakin sempit sudut yang dibuat antara peubah maka semakin positif korelasinya. Jika sudut yang dibentuk tegak lurus maka
korelasi keduanya rendah. Jika sudutnya tumpul berlawanan arah maka korelasinya negatif.
c. Posisi objek yang searah dengan suatu vektor peubah diinterpretasikan sebagai besarnya nilai peubah untuk objek yang searah dengannya.
Semakin dekat lekat objek dengan nilai arah yang ditunjuk oleh suatu peubah maka semakin tinggi peubah tersebut untuk objek tersebut.
Sedangkan jika arahnya berlawanan maka semakin rendah nilainya. d. Kedekatan letakposisi dua buah objek diinterpretasikan sebagai kemiripan
sifat dua objek. Semakin dekat letak dua buah objek maka sifat yang ditunjukkan oleh nilai-nilai peubahnya semakin mirip.
4.4.7 Analisis Sensitivitas Harga
Analisis sensitivitas harga digunakan untuk menentukan harga yang diharapkan responden, dimana akan diperoleh limit harga dari kisaran harga yang
dapat diterima oleh responden dimana responden menilai batas harga sangat murah, murah, mahal dan sangat mahal yang dikaitkan oleh produk tersebut.
Selanjutnya data akan ditabulasikan untuk memperoleh kelompok harga sangat murah, murah, mahal, dan sangat mahal. Dengan nilai persentasi kumulatif yang
diperoleh maka akan dibuat kurva-urva dari setiap tigkatan harga.
Kurva-kurva yang terbentuk akan saling berpotongan pada titik-titik antara lain :
a. Perpotongan antara kurva Sangat Murah dan kurva Murah akan membentuk titik yang jika ditarik ke sumbu X Harga maka akan diperoleh titik MCP
Marginal Cheap Point. Pada kisaran harga inilah konsumen mulai meragukan kualitas dari produk tersebut.
b. Perpotongan antara kurva Sangat Mahal dengan kurva Mahal akan membentuk titik yang jika ditarik ke sumbu X Harga akan diperoleh titik
MEP Marginal Expensive Point. Pada kisaran harga inilah konsumen tidak lagi mau membeli produk karena menilai kalau kisaran harga tersebut sudah
terlalu mahal. c. Perpotongan antara kurva Murah dengan kurva Mahal akan diperoleh titik IPP
Indiferent of Pricing Point, yaitu ttik dimana pada tingkat harga ini responen tidak merasakan perbedaan antara murah dengan mahal atau jumlah responden
yang menganggap harga murah sama dengan jumlah responden yang menganggap harga mahal.
d. Perpotongan antara kurva Sangat Murah dengan kurva Sangat Mahal akan diperoleh titik OPP Optimum Pricing Point. Pada tingkat harga ini jumlah
responden yang menilai produk sangat mahal sama dengan jumlah responden yang menilai produk tersebut sangat murah, sehingga tingkat harga ini dinilai
merupakan tingkat harga optimum bagi produk. Daerah antara titik MCP dan MEP sering disebut sebagai RAP Range of
Acceptable Prices yaitu daerah kisaran harga yang terbentuk dari dua titik antara perpotongan kurva distribusi kumulatif harga sangat murah dan harga tidak murah
dengan perpotongan kurva distribusi kumulatif harga sangat mahal dan harga tidak mahal. Kisaran harga inilah yang dianggap responden sebagai kisaran harga
yang dapat diterima responden. Rentang harga yang digunakan dalam penelitian ini untuk bebek goreng
bagian paha dan dada adalah dari rentang minimum Rp 12.500 hingga harga maksimum Rp 21.500, dan untuk bebek goreng per ekor adalah dari rentang harga
minimum Rp 48.000 hingga harga maksimum Rp 93.000, dari rentang harga ini ditentukan sepuluh titik harga untuk dipilih oleh responden. Untuk bebek goreng
bagian paha dan dada masing-masing merupakan harga dengan selisih Rp 1.000. nilai nominal selisih Rp 1.000 digunakan dengan asumsi bahwa perubahan harga
bebek goreng per potong umumnya sebesar Rp 1.000. Untuk bebek goreng per ekor merupakan harga dengan selisih Rp 5.000, nilai nominal Rp 5.000 digunakan
dengan asumsi perubahan harga bebek goreng per ekor umumnya sebesar Rp 5.000. Selain itu nilai nominal Rp 1.000 dan Rp 5.000 juga diasumsikan sebagai
harga psikologis, dimana perubahan harga Rp 1.000 untuk produk bebek goreng per potong dan Rp 5.000 untuk produk bebek goreng per ekor bisa mempengaruhi
keputusan pembelian oleh konsumen. Selanjutnya batas bawah harga ditentukan dengan harga Rp 12.500 untuk bebek goreng bagian paha dan dada dan Rp 48.000
untuk bebek goreng per ekor, harga tersebut diperoleh melalui survei terhadap harga ayam goreng. Batas atas harga ditentukan dengan harga Rp 21.500 untuk
bebek goreng bagian paha dan dada dan Rp 93.000 untuk bebek goreng per ekor, harga tersebut diperoleh melalui harga bebek goreng di Restoran lain.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Perusahaan
Restoran Bebek H. Slamet merupakan salah satu restoran tradisional yang menyajikan menu khusus bebek yang terdapat di Kota Bogor dan beralamat di
Jalan Pemuda No. 1c Bogor. Restoran Bebek H. Slamet berdiri di Kota Bogor sejak Oktober 2009. Restoran ini memiliki sistem franchise, yaitu
Restoran Bebek H. Slamet yang berada di Kota Bogor ini merupakan usaha dari dari ketiga kerabat dan sahabat, yaitu Ibu Lina, Bapak Adi dan Bapak
Hari. Modal usaha restoran ini juga berasal dari ketiga kerabat tersebut. Awal mulanya Restoran Bebek H. Slamet ini berada di Jalan Ahmad Yani dengan
menyewa bangunan ruko, pada Januari 2011 restoran ini pindah di Jalan Pemuda dengan bangunan milik sendiri.
Restoran Bebek H. Slamet pertama kali didirikan pada tahun 1986 oleh Bapak H. Slamet selaku pemilik franchise ini, yang terdapat di Kertasuro, Solo.
Restoran ini dibangun berdasarkan resep keluarga dari Bapak H. Slamet. Awalnya restoran ini didirikan sebagai usaha rumah makan biasa, seiring meningkatnya
minat konsumen terhadap Restoran Bebek H. Slamet, maka Bapak H. Slamet memutuskan untuk membuat sistem waralaba atau franchise. Seperti nama
restorannya, menu utama yang disajikan di Restoran Bebek H. Slamet yaitu bebek goreng dan sambal korek yang khas. Di restoran ini, tidak menyajikan variasi
menu bebek lain, karena menurut Bapak H. disajikan di Restoran Bebek H. Slamet cabang Bogor, yaitu ayam goreng. Menurut wawancara dari pihak
pengelola restoran, menu ayam goreng yang baru ditawarkan belum lama ini dipilih sebagai menu tambahan, karena tidak semua konsumen menyukai bebek
goreng. Menu ayam goreng dipilih sebagai subtitusi daging ayam. Restoran Bebek H. Slamet cabang Bogor ini pada hari senin sampai jumat buka dari pukul 10.00
sampai dengan 21.00 dan pada hari sabtu minggu buka dari pukul 10.00 sampai dengan 22.00. restoran Bebek H. Slamet hanya libur pada saat Idul Fitri dan Idul
Adha karena karyawan banyak yang mudik ke daerah masing-masing.