permintaannya sendiri. Perusahaan ingin memenangkan kontrak, dan untuk menang harganya harus lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya Koler,
1997.
3.1.9 Sensitivitas Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan barang dan jasa. Dalam proses
pembelian,harga dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi konsumen sedangkan darisegi produsen harga merupakan satu-satunya komponen yang
menghasilkan pendapatan Simamora, 2001. Analisis sensitivitas harga diperkenalkan pertama kali oleh Van
Westerndorp pada awal tahun 1970-an. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen selalu mengaitkan antara harga dengan kualitas dari produk.
Analisis ini digunakan untuk melihat harga dari sisi konsumen. Konsumen melakukan penilaian terhadap harga berdasarkan kategori harga sangat
murah,harga murah, harga mahal dan harga sangat mahal Blamires, 1998. Hubungan antara kategori harga yang dipilih konsumen, kemudian dibuat
kurva-kurva untuk menentukan rentang harga yang sesuai dengan pilihan konsumen. Perpotongan antar kurva tersebut akan membentuk empat titik
tingkatan harga yaitu Indifferent Pricing Point IPP, Optimum Pricing Point OPP, Maginal Expensive Point MEP, Marginal Cheap Point MCP dan RAP
Range of Acceptible Price atau daerah antara titik PMC dan PME Blamires, 1998.
Menurut Hiam dan Shewe 1994, dalam menentukan harga optimum perusahaan perlu mempertimbangkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi dan memasarkan produk, permintaan konsumen, dan posisi persaingan dalam industri. Berdasarkan pertimbangan harga-harga pokok
produksi ditambah profit, perusahaan dapat melakukan analisis sensitivitas harga. Dua hal yang dapat dideteksi menggunakan pendekatan ini adalah elastisitas harga
dan espektasi harga konsumen.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Persaingan usaha restoran yang menyajikan menu daging bebek semakin tinggi di Kota Bogor. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya restoran
yang menyajikan menu bebek di Kota Bogor. Restoran Bebek H. Slamet merupakan salah satu restoran tradisional yang menyajikan menu khusus daging
bebek. Restoran ini berlokasi di Jalan Pemuda No. 1 Kota Bogor. Restoran ini telah berdiri selama hampir 2 tahun, tepatnya sejak Oktober 2009 dan bersaing
usaha dengan restoran lain, karena persaingan usaha boga di daerah tersebut tergolong tinggi.
Restoran Bebek H. Slamet yang dikelola dengan sistem franchise ini, hanya menyajikan satu macam variasi menu bebek saja, yaitu bebek goreng
beserta sambal korek. Ketidakberagaman menu yang dimiliki oleh Restoran Bebek H. Slamet membuat pilihan konsumen menjadi terbatas dan tidak semua
konsumen yang datang ke Restoran Bebek H. Slamet menyukai daging bebek. Selain itu, daging bebek memiliki harga yang relatif lebih mahal dibandingkan
dengan daging ayam. Restoran yang dianggap sebagai pesaing utama Restoran Bebek H. Slamet
yaitu Restoran Bebek Pak Ndut karena letaknya yang sangat berdekatan yaitu hanya berjarak 50 meter. Selain itu, restoran tersebut menyajikan menu yang
hampir sama dengan Restoran Bebek H. Slamet yaitu bebek goreng dan sambal korek. Berbeda dengan pesaing utama Restoran Bebek H. Slamet yaitu Restoran
Bebek Pak Ndut yang memiliki variasi menu bebek yang beragam, diantaranya bebek goreng beserta sambal korek, bebek ijo bebek sangan, ayam original, ayam
ijo, dan ayam sangan. Dari permasalahan tersebut, maka akan dianalisis sikap dan persepsi
konsumen terhadap Restoran Bebek H. Slamet terhadap Restoran yang dianggap sebagai pesaing utama oleh Restoran Bebek H. Slamet, yaitu Restoran Bebek Pak
Ndut, serta Analisis Sensitivitas harga untuk mengetahui rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen terhadap harga bebek goreng di Restoran Bebek H.
Slamet.