Perilaku Cinta Lingkungan Pengaruh komunikasi pemasaran obyek wisata terhadap perilaku wisatawan: studi kasus obyek wisata alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

6.2 Perilaku Cinta Lingkungan

Perilaku cinta lingkungan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dalam rangka upaya pencegahan kerusakan dan pemeliharaan kawasan obyek wisata ketika mereka berkunjung. Perilaku cinta lingkungan ditunjukkan dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat- coret fasilitas, merokok dan lain-lain. Tabel 20 menunjukkan jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan perilaku cinta lingkungan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Cinta Lingkungan Perilaku Cinta Lingkungan Jumlah Persentase Negatif 25 31,3 Positif 55 68,8 Total 80 100,0 Tabel 20 menunjukkan sebesar 68,8 persen wisatawan memiliki perilaku cinta lingkungan yang positif. Hal ini menandakan bahwa mayoritas wisatawan mampu menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat-coret fasilitas, merokok dan lain-lain. Sebesar 95 persen wisatawan menunjukkan perilaku membuang sampah pada tempatnya. Perilaku ini didukung oleh fasilitas kebersihan yang memadai dimana di setiap tempat-tempat yang sering dilalui oleh wisatawan terdapat tempat sampah. Sebesar 52,5 persen wisatawan menyatakan bahwa di kawasan Cipanas Galunggung keberadaan tempat sampah mudah ditemui. Fasilitas tempat sampah di kawasan ini juga sudah dibedakan menurut jenis sampahnya. Sebesar 65 persen wisatawan sudah membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah tersebut. Selain terdapat fasilitas yang memadai, di kawasan ini juga diterapkan sanksi untuk wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Sanksi paling ringan berupa teguran dari pihak pengelola. Selanjutnya jika teguran tidak dihiraukan, akan diberlakukan sanksi lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti denda berupa uang atau kurungan. Tetapi hal ini jarang terjadi, karena sebesar 55 persen wisatawan sudah mengetahui sanksi yang akan diperoleh jika mereka tidak membuang sampah pada tempatnya. Gambar 22. Tempat Sampah yang Telah Dibedakan Menurut Jenis Sampah di Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung Selain membuang sampah pada tempatnya, wisatawan juga menunjukkan perilaku cinta lingkungan dengan tidak melakukan vandalisme. Sebesar 90 persen wisatawan tidak menunjukkan perilaku vandalisme ketika berada di kawasan obyek wisata. Perilaku ini ditunjukkan dengan tidak mencoret-coret fasilitas yang terdapat di kawasan obyek wisata seperti pada dinding-dinding di WC umum dan bak rendam air panas, tempat duduk, anak tangga, dan pepohonan. Menurut hasil observasi, sangat sedikit terjadi vandalisme di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Bentuk vandalisme mencoret-coret fasilitas sudah jarang ditemukan. Adapun tempat yang masih ditemukan coretan-coretan tersebut di anak tangga menuju kawah. Namun, secara keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata ini cenderung sudah memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keindahan kawasan wisata. Perilaku cinta lingkungan ini terjadi selain karena diterapkan sanksi, juga karena fasilitas yang ada di kawasan wisata sudah terjaga dengan baik sehingga dengan sendirinya wisatawan merasa segan untuk melakukan aksi vandalisme. Selain tidak mencorat-coret fasilitas, perilaku cinta lingkungan yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak merokok. Sebesar 66 persen wisatawan tidak merokok ketika berada di dalam kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Kecenderungan wisatawan untuk tidak merokok dikarenakan wisatawan sudah memiliki kesadaran akan bahaya polusi yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi kawasan wisata. Selain itu, sikap tersebut diperkuat dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk merokok di obyek wisata ini, terutama jika wisatawan akan mengunjungi kawah. Obyek wisata kawah ditempuh dengan menaiki dan menuruni 620 anak tangga. Aktivitas menaiki dan menuruni anak tangga sebanyak itu tidak dapat dilakukan dengan baik ketika wisatawan tersebut merokok. Disamping itu, tekanan udara di kawasan Gunung Galunggung tergolong rendah sehingga wisatawan memerlukan usaha yang lebih untuk bernafas secara normal. Untuk perilaku cinta lingkungan lainnya yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak menebang pohon, tidak mengambilmenebang kayu bakar di kawasan Gunung Galunggung, dan tidak mengambil ikan di kawah.

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TERPAAN KOMUNIKASI

PEMASARAN DENGAN PERSEPSI TERHADAP PESAN Terpaan exposure menurut Shimp 2003 adalah keadaan dimana konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio, dan lain-lain. Terpaan merupakan tahap awal yang penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Jadi ketika individu menerima informasi dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut sebagai terpaan individu Amini, 2004. Terpaan komunikasi pemasaran dalam aspek pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung adalah keadaan dimana wisatawan berinteraksi dengan berbagai bentuk pesan komunikasi pemasaran obyek wisata tersebut. Hal ini berarti keadaan dimana wisatawan menerima berbagai informasi dari bentuk komunikasi, pemasaran baik yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun pihak diluar pengelola. Wisatawan akan berusaha mencari memenuhi simulasi dan informasi dari suatu pesan yang sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan stimulasi bisa berbeda untuk setiap wisatawan. Oleh karena itu setiap wisatawan akan memilih stimulasi dan informasi yang menarik perhatiannya daripada informasinya itu sendiri. Sedangkan dalam aspek pariwisata, persepsi terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam Gunung Galungggung. Wisatawan memberikan makna kepada informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata dan informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan konservasilingkungan hidup. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hubungan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dan diluar komunikasi pemasaran yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dengan persepsi terhadap pesan yang berupa kejelasan dan kelengkapan isi pesan. Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan hipotesis awal yang akan diuji hubungan kausalnya secara singkat. Setelah mendeskripsikan hipotesis awal, penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antar variabel yang diuji. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan antar variabel.

8.1 Hubungan Terpaan Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola