BAB IX ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PESAN
DENGAN PERILAKU WISATAWAN
Persepsi terhadap pesan dalam aspek pariwisata adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan
Obyek Wisata Alam Gunung Galungggung. Wisatawan memberikan makna kepada informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata dan informasi
yang bersifat
lebih spesifik
mengenai pesan
cinta lingkungan
konservasilingkungan hidup. Sedangkan perilaku wisata adalah kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang merupakan efek komunikasi
pemasaran. Karena Gunung Galunggung merupakan obyek wisata alam, wisatawan yang datang ke obyek wisata alam ini selain berekreasi untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan wisatawan juga dituntut untuk berperilaku cinta lingkungan. Namun, masih ada beberapa
wisatawan yang belum menyadari arti pentingnya menjaga lingkungan obyek wisata. Meskipun memiliki persepsi positif terhadap pesan, 7,7 persen wisatawan
tersebut berperilaku negatif di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Hal ini karena faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi mereka ketika
berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hubungan persepsi terhadap pesan
yang berupa kejelasan dan kelengkapan isi pesan dengan perilaku wisatawan yang berupa perilaku rekreasi dan perilaku cinta lingkungan konservasi. Penyajian
data dimulai dengan mendeskripsikan hipotesis awal yang akan diuji hubungan kausalnya secara singkat. Setelah mendeskripsikan hipotesis awal, penyajian data
berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antar variabel yang diuji. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai
hubungan antar variabel.
9.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan
Hipotesis awal menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisatawan terbukti pada semua bentuk perilaku
wisatawan. Hipotesis awal ini menyatakan bahwa semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan, maka semakin positif pula perilaku wisatanya. Agar
dapat melihat hubungan antara keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisatawan. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi
Approx. Sig.. Jika Approx. Sig. lebih besar dari α 0,05 maka Ho diterima,
artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Sedangkan, jika Approx. Sig. lebih kecil dari
α 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Untuk lebih jelasnya, hubungan
antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan
Perilaku Wisatawan
Persepsi Terhadap Pesan Negatif
Positif Jumlah
Negatif 46,4
7,7 21,3
Positif 53,6
92,3 78,8
Total 100,0
28 100,0
52 100,0
80
Tabel 29 menunjukkan bahwa sebesar 46,4 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku wisata
yang juga negatif dan 53,6 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku wisata yang positif. Untuk
wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif, terdapat 7,7 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki
tingkat perilaku wisata yang negatif dan 92,3 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki tingkat perilaku wisata yang positif
pula. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif pula perilaku wisatanya.
Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan
cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap, memiliki perilaku wisata yang positif. Mayoritas wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung sudah
menunjukkan perilaku rekreasi dan perilaku cinta lingkungan yang positif.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi Approx. Sig. untuk hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata sebesar 0,000.
Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan. Nilai tersebut lebih
kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata. Nilai ini menunjukkan
bahwa semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif pula perilaku wisatanya, baik perilaku rekreasi maupun perilaku cinta lingkungan.
9.1.1. Hubungan antara Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi
Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi dilakukan dengan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi. Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan
perilaku rekreasi disajikan dalam Tabel 30. Tabel 30. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi
Perilaku Rekreasi Persepsi Terhadap Pesan
Negatif Positif
Jumlah Negatif
64,3 7,7
27,5 Positif
35,7 92,3
72,5 Total
100,0 28
100,0 52
100,0 80
Tabel 30 menunjukkan bahwa sebesar 64,3 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku rekreasi
yang negatif pula dan 35,7 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku rekreasi yang positif. Untuk
wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif, terdapat 7,7 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki
tingkat perilaku rekreasi yang negatif dan 92,3 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki tingkat perilaku rekreasi yang juga
positif. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif perilaku rekreasinya.
Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan
cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap, memiliki perilaku rekreasi yang positif.
Mayoritas wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dapat menentukan pengambilan keputusan untuk seringnya berkunjung frekuensi
kunjungan, memilih obyek dan daya tarik wisata ODTW yang tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi Approx. Sig. untuk hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi sebesar 0,000.
Nilai signifikansi 0,000 menunjukkan hubungan yang sangat signifikan. Nilai tersebut lebih
kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku rekreasi. Nilai ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif perilaku rekreasinya. Mereka dapat menentukan pengambilan keputusan untuk
seringnya berkunjung, memilih obyek dan daya tarik wisata ODTW yang tersedia, menentukan masa tinggal, dan melakukan kunjungan selanjutnya.
9.1.2. Hubungan antara Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta
Lingkungan Konservasi
Hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan dilakukan dengan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan. Hubungan antara persepsi
terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan disajikan dalam Tabel 31. Tabel 31. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta Lingkungan
Perilaku Cinta Lingkungan
Persepsi Terhadap Pesan Negatif
Positif Jumlah
Negatif 50,0
21,2 31,3
Positif 50,0
78,8 68,8
Total 100,0
28 100,0
52 100,0
80
Tabel 30 menunjukkan bahwa sebesar 50,0 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku cinta
lingkungan yang juga negatif dan 50,0 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang negatif memiliki tingkat perilaku cinta lingkungan yang
positif. Untuk responden dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif,
terdapat 21,2 persen wisatawan dengan tingkat persepsi terhadap pesan yang positif memiliki tingkat perilaku cinta lingkungan yang negatif dan 78,8 persen
wisatawan dengan perilaku komunikasi yang positif memiliki tingkat perilaku cinta lingkungan yang positif pula. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan
dimana semakin positif persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif pula perilaku cinta lingkungannya. Wisatawan yang memiliki persepsi bahwa
informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan sudah jelas dan lengkap,
memiliki perilaku cinta lingkungan yang positif. Wisatawan sudah ikut berpartisipasi dalam rangka upaya pencegahan kerusakan dan pemeliharaan
kawasan obyek wisata ketika mereka berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi Approx. Sig. untuk hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan
sebesar 0,008. Nilai signifikansi 0,008 menunjukkan hubungan yang signifikan. Nilai tersebut lebih
kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak dan berarti terdapat hubungan antara persepsi terhadap pesan dengan perilaku cinta lingkungan. Nilai
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi wisatawan terhadap pesan maka semakin positif perilaku lingkungannya. Hal ini menandakan bahwa mayoritas
wisatawan mampu menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang
sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat-coret fasilitas, merokok dan bentuk vandalisme lainnya.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitan, wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk kategori wisatawan terpelajar. Oleh karena itu
mereka sudah dapat menjaga lingkungan obyek wisata dengan baik ketika mereka berada di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung. Wisatawan sudah membuang
sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, seperti mencorat-coret fasilitas, merokok dan bentuk vandalisme lainnya, sehingga
tercipta suatu keadaan yang bersih, sejuk, dan indah di kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.
Menurut Azwar 1990 dalam Arif 2004, sampah refuse adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang termasuk kegiatan industri, tetapi yang bukan biologis karena kotoran manusia tidak termasuk ke dalamnya dan umumnya bersifat padat. Selain itu,
menurut Murtadho 1988 dalam Arif 2004, sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor
pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa pembungkus makanan, sampah sayuran, dan kulit buah-buahan yang tidak semuanya dapat mudah membusuk.
Selanjutnya, secara teknis sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu: sampah organik mudah membusuk garbage, sampah organik
tidak membusuk rubbish, sampah abu hasil pembakaran, sampah bangkai binatang, sampah hasil sapuan steet sweeping, sampah industri industrial
waste dan sampah berbahaya. Dengan demikian, sampah adalah barang bekas hasil pakai, baik yang cepat terurai maupun bahan yang tidak dapat terurai yang
dapat menyebabkan kontaminasi dan perusakan lingkungan. Jenis sampah organik tidak membusuk rubbish merupakan jenis sampah
yang berpotensi merusak lingkungan di kawasan obyek wisata. Sampah organik tidak membusuk rubbish yaitu sampah padat anorganik cukup kering dan sulit
terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Hal ini disebabkan karena rantai kimia yang panjang dan kompleks, seperti: plastik, kaca, dan besi. Plastik
merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan oleh wisatawan, seperti plastik pembungkus minuman dan makanan kemasan, serta kemasan perlengkapan
mandi. Meskipun sampah jenis plastik ini membahayakan lingkungan, namun kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tetap terpelihara. Hal ini
karena sebesar 95 persen wisatawan menunjukkan perilaku membuang sampah pada tempatnya.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, perilaku wisatawan membuang sampah didukung oleh fasilitas kebersihan yang memadai dimana di
setiap tempat-tempat yang sering dilalui oleh wisatawan terdapat tempat sampah. Sebesar 52,5 persen wisatawan menyatakan bahwa di kawasan Cipanas
Galunggung keberadaan tempat sampah mudah ditemui. Fasilitas tempat sampah di kawasan ini juga sudah dibedakan menurut jenis sampahnya. Sebesar 65 persen
wisatawan sudah membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah tersebut. Selain terdapat fasilitas yang memadai, di kawasan ini juga diterapkan
sanksi untuk wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Sanksi paling ringan berupa teguran dari pihak pengelola. Selanjutnya jika teguran tidak
dihiraukan, akan diberlakukan sanksi lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti denda berupa uang atau kurungan.
Tetapi hal ini jarang terjadi, karena sebesar 55 persen wisatawan sudah mengetahui sanksi yang akan diperoleh jika mereka tidak membuang sampah
pada tempatnya. Selain sampah, vandalisme juga dapat merusak kawasan obyek wisata.
Menurut Soemarwoto 2004, vandalisme ialah kegiatan manusia yang merusak. Namun tidak semua perusakan adalah vandalisme. Perusakan tanpa alasan
“iseng” dan tidak bertanggung jawab itulah vandalisme Tjondronegoro, 1985 dalam Arif, 2004. Vandalisme merupakan perilaku yang merusak dan dapat
terjadi karena kurangnya kesadaran seseorang untuk ikut memelihara benda-benda atau kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Bentuk vandalisme yang sangat umum ialah dalam bentuk corat-coret. Perbuatan itu sering dilakukan dengan tidak menyadari kerusakan yang
diakibatkan olehnya Soemarwoto, 2004. Namun, di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung aksi vandalisme ini tidak banyak ditemukan. Hal ini karena
sebesar 90 persen wisatawan tidak melakukan perilaku vandalisme ketika berada di kawasan obyek wisata. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, perilaku
vandalisme ditunjukkan dengan tidak mencoret-coret fasilitas yang terdapat di kawasan obyek wisata seperti pada dinding-dinding di WC umum dan bak rendam
air panas, tempat duduk, anak tangga, dan pepohonan. Bentuk vandalisme mencoret-coret fasilitas sudah jarang ditemukan. Menurut hasil observasi, adapun
tempat yang masih ditemukan coretan-coretan tersebut di anak tangga menuju kawah. Namun, secara keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
ini cenderung sudah memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keindahan kawasan wisata. Perilaku cinta lingkungan ini terjadi
selain karena diterapkan sanksi, juga karena fasilitas yang ada di kawasan wisata
sudah terjaga dengan baik sehingga dengan sendirinya wisatawan merasa segan untuk melakukan aksi vandalisme.
Selain tidak mencorat-coret fasilitas, perilaku cinta lingkungan yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak merokok. Sebesar 66 persen
wisatawan tidak merokok ketika berada di dalam kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Kecenderungan wisatawan untuk tidak merokok
dikarenakan wisatawan sudah memiliki kesadaran akan bahaya polusi yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi kawasan wisata. Selain itu, sikap tersebut
diperkuat dengan situasi yang tidak memungkinkan untuk merokok di obyek wisata ini, terutama jika wisatawan akan mengunjungi kawah. Obyek wisata
kawah ditempuh dengan menaiki dan menuruni 620 anak tangga. Aktivitas menaiki dan menuruni anak tangga sebanyak itu tidak dapat dilakukan dengan
baik ketika wisatawan tersebut merokok. Disamping itu, tekanan udara di kawasan Gunung Galunggung tergolong rendah sehingga wisatawan memerlukan
usaha yang lebih untuk bernafas secara normal. Untuk perilaku cinta lingkungan lainnya yang ditunjukkan wisatawan adalah perilaku untuk tidak menebang
pohon, tidak mengambilmenebang kayu bakar di kawasan Gunung Galunggung, dan tidak mengambil ikan di kawah.
Selain diberlakukan denda bagi wisatawan yang melakukan vandalisme, terdapat upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi vandalisme.
Menurut Sternloff and Warren 1984 dalam Arif 2004, upaya-upaya tersebut adalah: a pendidikan terhadap pengunjung yaitu pendidikan, penerangan, dan
pemberian informasi yang terus-menerus dilakukan, wisatawan hendaknya selalu diingatkan bahwa jika merusak kawasan obyek wisata alam selain akan merusak
keindahan alam juga akan merusak alam itu sendiri; b pendidikan terhadap staf atau pegawai pihak pengelola obyek wisata; c partisipasi wisatawan berupa
pemberian saran kepada pengelola kawasan; d desain dan konstruksi fasilitas; e penggantian dan perbaikan; dan g pengawasan dan hukuman.
Dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan segala bentuk vandalisme, wisatawan telah berpartisipasi dalam upaya pencegahan
kerusakan dan pemeliharaan lingkungan Obyek Wisata Alam Gunung
Galunggung. Hal ini akan menciptakan suatu keadaan yang bersih, sejuk, dan indah di lingkungan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.
Dalam sapta pesona, bersih dari segi lingkungan yaitu wisatawan menemukan lingkungan bersih dan bebas dari sampah, limbah, maupun
pencemaran lainnya. Bersih dari segi bahan yaitu wisatawan mendapatkan bahan yang bersih baik pada makanan, minuman, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyajian. Selanjutnya, sejuk merupakan suatu kondisi lingkungan yang memberikan suasana segar dan nyaman. Selain itu, terdapat unsur indah
merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib, dan serasi, sehingga memancarkan keindahan. Indah dari segi alam yaitu
wisatawan akan mendapatkan lingkungan yang indah dikarenakan pemeliharaan dan pelestarian yang teratur dan terus menerus.
BAB X PENUTUP
10.1 Kesimpulan