Karakteristik Wisatawan Pengaruh komunikasi pemasaran obyek wisata terhadap perilaku wisatawan: studi kasus obyek wisata alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

Wisata Alam Gunung Galunggung. Dengan adanya pertunjukan kesenian di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, juga menjadi nilai tambah value added pada obyek wisata tersebut. Hal ini dikarenakan potensi kesenian ini termasuk unik dan langka karena tidak terdapat di daerah lain atau disajikan dalam bentuk yang berbeda yang lebih menarik. Dengan menampilkan berbagai kesenian di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, selain dapat menikmati obyek dan daya tarik wisata alamnya, wisatawan juga dapat menikmati obyek dan daya tarik wisata budayanya yang berupa pertunjukan kesenian. Wisatawan memiliki pengalaman berbeda dalam berwisata dan diharapkan mampu menambah frekuensi kedatangannya. Selain kesenian dan budaya, keadaan sosial budaya di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung juga didukung oleh bidang kesehatan, olahraga, serta keagamaan. Jenis sarana kesehatan di sekitar kawasan obyek wisata cenderung kurang memadai. Sarana kesehatan umumnya dibutuhkan wisatawan dalam keadaan darurat berupa puskesmas, praktek dokter, ambulance dan balai pengobatan swasta terdapat di kawasan ini dengan jumlah yang terbilang masih terbatas. Jenis sarana lainnya yaitu sarana olahraga olahraga berupa lapangan sepak bola, lapangan voli, GOR bulu tangkis, dan lapangan tenis meja. Sarana olahraga ini dapat menunjang kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Disamping itu, terdapat sarana keagamaan berupa mesjid, langgar, dan musholla. Lokasi tempat peribadatan yang strategis memudahkan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung untuk menggunakan fasilitas tersebut.

4.5 Karakteristik Wisatawan

Selain gambaran umum mengenai sejarah kawasan, nilai-nilai kepercayaan, letak kawasan, dan produk wisata di Obyek Wisata Alam Gunung galunggung, juga dibahas mengenai karakteristik wisatawan yang berkaitan dengan obyek wisata tersebut. Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda yang berkaitan dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Penting untuk mengerti profil wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan untuk menyusun program promosi yang efektif Marpaung, 2002. Karakteristik wisatawan yang ditinjau dalam penelitian yang dilakukan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung meliputi asal daerah, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, dan frekuensi kunjungan. Tabel 5 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan karakteristiknya. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Karakteristik Wisatawan Karakterisitik Wisatawan Kategori Wisatawan N=80 Jumlah Asal Daerah 1. Tasikmalaya 52 65,0 2. Luar Tasikmalaya 28 35,0 Jenis Kelamin 1. Perempuan 36 45,0 2. Laki-laki 44 55,0 Umur 1. Muda 60 75,0 2. Dewasa 12 15,0 3. Tua 8 10,0 Tingkat Pendidikan 1. Rendah 4 5,0 2. Sedang 32 40,0 3. Tinggi 44 55,0 Jenis Pekerjaan 1. PNS 10 12,5 2. Pegawai Swasta 8 10,0 3. Wirausaha 9 11,3 4. Pedagang 4 5,0 5. Pelajar 16 20,0 6. Mahasiswa 27 33,8 7. Petani 4 5,0 8. Lainnya 2 2,5 Frekuensi Kunjungan 1. Rendah 48 60,0 2. Sedang 20 25,0 3. Tinggi 12 15,0 Tabel 5 menunjukkan bahwa karakteristik asal daerah wisatawan berasal dari Tasikmalaya dan luar Tasikmalaya. Sebanyak 65 persen wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berasal dari Tasikmalaya. Jumlah ini menunjukkan bahwa wisatawan yang berasal dari Tasikmalaya 65 persen lebih dominan daripada yang berasal dari luar Tasikmalaya 35 persen sebagai pelaku wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Adapun asal daerah wisatawan yang berasal dari luar Tasikmalaya, yaitu dari Ciamis, Banjar, Bandung, Garut, Cirebon, Bogor, Jakarta, Sumedang, Subang, Cilacap, Solo, Cianjur, Karawang, Kuningan, dan Jember. Selain itu, pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebesar 75 persen wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk kelompok usia muda antara 16 sampai 30 tahun. Adapun jenis kelamin wisatawan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 55 persen yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak wisatawan laki-laki daripada perempuan sebagai pelaku wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Artinya minat laki-laki terhadap wisata alam lebih besar daripada perempuan. Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 55 persen yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk kategori tingkat pendidikan tinggi. Kategori tingkat pendidikan tinggi ini sesuai dengan kategori jenis pekerjaan wisatawan dalam penelitian ini yang mayoritas sebagai mahasiswa 33,8 persen dan pelajar 20 persen. Hal ini disebabkan oleh waktu luang mereka untuk melakukan kunjungan bertepatan dengan waktu liburan panjang semester pada kuliah mereka yang pada umumnya berlangsung di bulan Juni, Juli, dan Agustus. Karena wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung merupakan golongan terpelajar, maka mereka menunjukkan kecenderungan perilaku wisata yang positif selama berada di kawasan wisata. Tabel 5 juga menunjukkan mayoritas wisatawan 60 persen memiliki frekuensi kunjungan rendah ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Kunjungan wisatawan ke obyek wisata ini baru berkisar satu sampai empat kali kunjungan. Menurut hasil wawancara, hal ini disebabkan kecenderungan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata yang berbeda di setiap waktu liburan mereka. Selain itu, menurut observasi masih belum memadainya sarana dan prasarana utama maupun penunjang di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung juga ikut andil menjadi penyebab frekuensi kunjungan wisatawan rendah untuk berkunjung ke obyek wisata ini.

BAB V TERPAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

Terpaan komunikasi pemasaran dalam aspek pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung adalah keadaan dimana wisatawan berinteraksi dengan berbagai bentuk pesan komunikasi pemasaran obyek wisata tersebut. Hal ini berarti keadaan dimana wisatawan menerima berbagai informasi dari bentuk komunikasi, pemasaran baik yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun pihak diluar pengelola. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dan diluar komunikasi pemasaran yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung beserta terpaannya serta kemudahan mengakses informasi. Untuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola meliputi periklanan, komunikasi di tempat pembelian, promosi penjualan, pemasaran sponsorship, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut, sedangkan untuk diluar komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola berupa informasi yang berasal dari teman keluarga saudara rekan kerja masyarakat setempat.

5.1 Terpaan Komunikasi Pemasaran Oleh Pihak Pengelola