Cleverdon 1998 dalam Damanik dan Weber 2006 membagi proses pengambilan keputusan wisata ke dalam empat tahapan, yaitu munculnya
keinginan, pencarian informasi, pengambilan keputusan, dan persiapan pelaksanaan. Selanjutnya dijelaskan proses pengambilan keputusan berwisata
dalam tabel berikut: Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata
Tahap Kegiatan yang Dilakukan
Pengaruh dan Pertimbangan Utama
Munculnya Kebutuhan
Munculnya keinginan berwisata dengan mempertimbangkan kemungkinan “ya” dan
“tidak”, meskipun informasi khusus untuk itu belum terkumpul dan dievaluasi
Motivasi umum berwisata: - Kapan bepergian?
- Berapa dana yang tersedia?
Pengumpulan dan evaluasi
informasi wisata
Mempelajari katalog dan iklan wisata, menerima saran sahabat, meminta petunjuk
biro perjalanan dan ahli Saran dan cerita kenalan,
iklan dan promosi, saran dan rekomendasi agen
perjalanan
Keputusan Memutuskan:
- Daerah tujuan - Moda perjalanan - Waktu dan biaya - Pengatur perjalanan
- Sumber layanan Saran pihak perantara,
kesan, pengalaman sebelumnya
Persiapan wisata
Pemesanan dan konfirmasi tiket, hotel, dll, pembiayaan, alat kelengkapan
perjalanan Pengatur perjalanan, bank,
pertokoan
Sumber: Cleverdon 1988 dalam Damanik dan Weber 2006
2.1.4 Konsep Pengembangan Masyarakat
Sanders 1958 dalam Nasdian 2006 menyatakan bahwa pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, dan gerakan.
Pengembangan masyarakat dalam sektor pariwisata dipandang sebagai suatu program. Seperti diungkapkan oleh Nasdian 2006 bahwa pengembangan
masyarakat sebagai suatu program merupakan metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu program, pengembangan
masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang subyek yang khas, seperti kesehatan, kesejahteraan, pertanian, industri, dan rekreasi.
Terdapat prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang perlu diterapkan secara efektif dalam konteks lokal. Menurut Ife 1995 dalam Nasdian 2006,
terdapat 22 prinsip pengembangan masyarakat community development sebagai berikut: Integrated Development Pembangunan Terpadu, Confronting Structural
Disadvantage Konfrontasi dengan Kebatilan, Human Rights Hak Asasi Manusia, Sustainability Keberlanjutan, Empowerment Pemberdayaan, The
Personal and The Political Pribadi dan Politik, Communtity Ownership Kepemilikan Komunitas, Self-Reliance Kemandirian, Independence from the
State Ketidaktergantungan pada Pemerintah, Immediate Goals and Ultimate Vision Tujuan dan Visi, Organic Development Pembangunan Bersifat Organik,
The Pace of Development Kecepatan Gerak Pembangunan, External Experties Keahlian Pihak Luar, Community Building Membangun Komunitas, Process
and Outcome Proses dan Hasilnya, The Integrity of the Process Keterpaduan Proses, Non-Violence Tanpa Kekerasan, Inclusiveness Inklusif, Consensus
Konsensus, Co-operation Kerjasama, Participation Partisipasi, Defining Need Mendefinisikan Kebutuhan.
Dari 22 prinsip pengembangan masyarakat tersebut, dalam penelitian mengenai pariwisata dan ekowisata ini terutama menerapkan tiga prinsip
pengembangan masyarakat. Ketiga prinsip pengembangan masyarakat tersebut yaitu sustainability keberlanjutan, participation partisipasi, dan external
experties keahlian pihak luar. Ketiga prinsip tersebut diterapkan dalam konteks lokal.
Dalam kegiatan pariwisata atau ekowisata, program pengembangan masyarakat berada dalam kerangka sustainability yang berupaya untuk
mengurangi ketergantungan kepada sumberdaya yang tidak tergantikan non- renewable dan menciptakan alternatif serta tatanan ekologis, sosial, ekonomi, dan
politik yang berkelanjutan di tingkat lokal. Prinsip ini membutuhkan penggunaan secara minimal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini
berimplikasi pada masyarakat setempat dan juga wisatawan dalam hal penggunaan lahan, gaya hidup, konservasi, transportasi, dan lain lain.
Pengembangan masyarakat berusaha meminimalisasi ketergantungan pada sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui.
Dalam kegiatan
pariwisata atau
ekowisata, partisipasi
dalam pengembangan masyarakat harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan
tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan pariwisata atau ekowisata. Oleh karena itu pendekatan
pengembangan masyarakat selalu mengoptimalkan partisipasi. Melalui peranserta warga komunitas maka akan diperoleh proses belajar satu sama lain, mereka dapat
mengubah secara alamiah kegiatan tradisional yang eksklusif menjadi kegiatan yang partisipatif.
Dalam kegiatan pariwisata atau ekowisata, keahlian atau pengalaman seseorang serta pengalaman pembangunan wisata di suatu tempat boleh dipelajari
sebagai pertimbangan dalam pembangunan di wilayah obyek wisata yang lain, tetapi prinsip external experties mengharapkan tidak ditiru secara mutlak.
Pendekatan ini harus diterapkan secara alami dikembangkan dengan cara yang sesuai dengan situasi spesifik dan peka terhadap kebudayaan, tradisi masyarakat
setempat, dan lingkungan. Artinya, kontribusi konsultan dari luar komunitas sangat berharga apabila warga siap mengadopsi sesuai dengan kemampuan dan
cara mereka.
2.2 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merujuk pada konsep komunikasi pemasaran dari Shimp 2003 yang menyatakan bahwa komunikasi pemasaran merepresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya. Selanjutnya, Shimp 2003 juga menjelaskan tentang komunikasi pemasaran terpaduintegrated marketing communication IMC yang
merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara
berkelanjutan. Tujuan IMC adalah memepengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya.
Selain itu, Shimp 2003 menambahkan bahwa terpaan exposure terhadap informasi adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar
mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio, dan lain-lain. Tugas dasar komunikator pemasaran adalah menyampaikan pesan kepada konsumen yang
diharapkan akan memproses pesan dan dapat dibujuk untuk melakukan serangkaian tindakan yang diinginkan pemasar.
Terdapat dua terpaan komunikasi pemasaran yaitu terdiri dari X1 terpaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam
Gunung Galunggung dan X2 terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung.
Selanjutnya, X1 terpaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung terdiri dari: X1.1
periklanan; X1.2 komunikasi di tempat pembelian; X1.3 promosi penjualan; X1.4 pemasaran sponsorship; X1.5 publisitas; dan X1.6 pemasaran dari
mulut ke mulut. Selain itu, X2 terpaan dari luar komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berupa
informasi yang berasal dari temankeluarga saudararekan kerjamasyarakat sekitar kawasan obyek wisata.
Variabel-variabel pengaruh diatas diduga berhubungan dengan dengan sejumlah variabel terpengaruh yaitu Y1 persepsi terhadap pesan yang terdiri
dari: Y1.1 kejelasan isi pesan dan Y1.2 kelengkapan isi pesan. Variabel-