pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke 2001 mengartikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena
dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan. Dalam usahanya untuk membujuk, media diharapkan pada suatu jaringan
komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan pesannya. Hal ini berarti masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda
terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun didengar sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia dalam
menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber menyebarluaskan
suatu pesan kepada sesesorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima Miller, 1974.
2.1.2.4 Terpaan Exposure Media Informasi
Terpaan exposure menurut Shimp 2003 adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio,
dan lain-lain. Terpaan merupakan tahap awal yang penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses dari
tahapan sumber informasi yang digunakan hingga bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Jadi ketika individu menrima informasi
dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut sebagai terpaan individu
Amini, 2004. Donohew et.al. 1980 dalam teorinya tentang Aktivasi Terpaan Informasi
Activation Theory of Information Exposure menjelaskan bahwa seorang individu akan berusaha mencari memenuhi simulasi dan informasi dari suatu pesan yang
sesuai dengan keinginannya, sebelum mereka memenuhi kebutuhannya terhadap informasi itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dan stimulasi bisa berbeda untuk
setiap individu. Oleh karena itu setiap orang akan memilih stimulasi dan informasi yang menarik perhatiannya daripada informasinya itu sendiri.
2.1.2.5 Psikologi Komunikasi
Dalam hal ini hanya akan dijelaskan mengenai persepsi, efek komunikasi massa dan efektifitas komunikasi interpersonal. Persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan
pemberian makna pada stimuli inderawi sensory stimuli. Dalam hal ini, persepsi terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam Gunung Galungggung.
Rakhmat 2005 menjelaskan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor personal fungsional dan faktor situasional struktural. Faktor lain yang juga
sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat inderanya dan mengesampingkan masukan-masukan melalui
alat indera yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang ditentukan oleh faktor- faktor situasional struktural dan personal fungsional. Faktor situasional
terkadang disebut sebagai determinant perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian attention getter. Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-
sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Sedangkan dalam faktor internal penaruh perhatian terdapat perhatian
selektif selective attention. Apa yang menjadi perhatian seseorang lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan seseorang melihat apa
yang ingin dia lihat dan mendengar apa yang ingin dia dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor internal dalam diri seseorang. Contoh faktor yang
mempengaruhi perhatian
seseorang adalah
faktor-faktor biologis
dan sosiopsikologis.
Selanjutnya, Rakhmat 2005 menyatakan bahwa faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang disebut
faktor-faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi ditentukan oleh karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli
itu. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai
kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.
Selain faktor-faktor fungsional, Rakhmat 2005 juga menjelaskan mengenai faktor-faktor struktural. Faktor-faktor struktural berasal dari semata-
semata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Terdapat prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural
yang terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, jika seseorang mempersepsi sesuatu, maka akan mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.
Seseorang mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima seseorang tidak lengkap, akan mengisinya dengan
interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan. Persepsi bukan sekedar rekaman peristiwa atau objek. Terdapat proses
subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli yang disebut constructive process. Proses ini meliputi faktor biologis dan sosiopsikologis individu pelaku persepsi.
Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia manusia dan bukan benda sebagai objek persepsi, digunakan istilah persepsi
interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia disebut persepsi objek. Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. Pertama,
pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya, sedangkan
pada persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada individu pelaku persepsi melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak
ketiga yang menjadi mediasi stimulasi. Mediasi stimulasi ini melemahkan kecermatan persepsi individu pelaku persepsi.
Kedua, jika individu pelaku persepsi menanggapi objek, hanya menanggapi sifat-sifat batiniah objek itu. pelaku Sedangkan pada persepsi
interpersonal, individu pelaku persepsi mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat inderanya. Individu pelaku persepsi cenderung memilih stimuli
tertentu saja. Hal ini jelas membuat persepsi interpersonal lebih sulit dibandingkan persepsi objek.
Ketiga, ketika individu pelaku persepsi mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepadanya, individu tersebut pun tidak memberikan reaksi emosional
kepada objek. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal individu pelaku persepsi dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan individu
pelaku persepsi dengan orang tersebut memungkinkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Selain itu, sulit menemukan criteria yang dapat
menentukan persepsi individu pelaku persepsi atau orang yang ditanggapi. Keempat, objek relatif tetap, manusia berubah-ubah. Kecenderungan
manusia yang berubah-ubah akan membingungkan individu pelaku persepsi. Selain itu, hal ini juga akan memberikan informasi yang salah tentang orang lain.
Persepsi interpersonal menjadi mudah salah. Meskipun sulit dalam melakukan persepsi interpersonal, individu pelaku
persepsi masih berhasil memahami orang lain. Individu pelaku persepsi dapat menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk ekternal external cues
yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah deskripsi verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain
petunjuk-petunjuk ekternal external cues, yang lain disebut sebagai petunjuk nonverbal nonverbal cues. Semua petunjuk tersebut disebut faktor-faktor
situasional. Selain faktor-faktor situasional, terdapat faktor-faktor personal yang
mempengaruhi persepsi interpersonal, yang secara umum sama halnya dengan faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor personal yang
mempengaruhi persepsi interpersonal berupa pengalaman, motivasi, dan kepribadian individu pelaku persepsi. Namun dalam hal ini perhatian individu
pelaku persepsi akan dipusatkan pada faktor-faktor personal yang secara langsung mempengaruhi kecermatan persepsi, bukan proses persepsi itu sendiri. Persepsi
interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Oleh karena itu, kecermatan persepsi
interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal individu pelaku persepsi. Perilaku individu pelaku persepsi dalam
komunikasi interpersonal bergantung pada persepsi interpersonal. Pada kenyataannya, persepsi orang seringkali tidak cermat. Jika kedua belah pihak
menanggapi yang lain secara tidak cermat, terjadilah kegagalan komunikasi communication breakdowns. Kegagalan komunikasi ini dapat diperbaiki jika
orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal akan menjadi lebih baik jika individu pelaku persepsi mengetahui bahwa
persepsinya bersifat subjektif dan cenderung keliru. Persepsi interpersonal juga akan mempengaruhi komunikate. Jika seseorang berperilaku sesuai dengan
persepsi orang lain terhadap dirinya, terjadi suatu keadaan yang disebut self- fulfilling prophecy nubuat yang dipenuhi sendiri.
Selain persepsi, bahasan mengenai psikologi selanjutnya tentang efek komunikasi massa dan efektifitas komunikasi interpersonal Efek hanyalah
“perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa” Schramm dan Roberts, 1977 dalam Rakhmat, 2005. Efek pesan media massa meliputi aspek
kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci
khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi: pola-
pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku Rakhmat, 2005. Selanjutnya, Rakhmat 2005 juga mengatakan bahwa ada tiga faktor yang menumbuhkan
hubungan interpersonal yang menentukan efektivitas dalam komunikasi interpersonal yaitu:
1 Percaya trust yaitu mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh
resiko Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005. Percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas
pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya.
2 Sikap suportif yaitu sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif seseorang ditandai dengan lebih banyak melindungi diri dari
ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor
personal ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya dan faktor-faktor situasional perilaku komunikasi orang lain.
Sikap suportif ditunjukkan dengan iklim suportif yaitu: deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persamaan, dan provisionalisme.
3 Sikap terbuka open-mindedness yaitu sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun saling menghargai. Sikap terbuka
ditunjukkan dengan: a menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika; b membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan
lain sebagainya; c berorientasi pada isi; d mencari informasi dari berbagai sumber; e lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya;
dan f mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
2.1.3 Konsep Pemasaran 2.1.3.1 Pemasaran Pariwisata
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Seperti halnya dengan pengertian pemasaran tersebut, batasan
tentang tourism marketing atau pemasaran pariwisata banyak dikemukakan oleh beberapa ahli dalam kepariwisataan. Pemasaran dalam kepariwisataan merupakan
hal yang sangat kompleks sekali karena produk dari industri pariwisata memiliki ciri-ciri khas dibandingkan dengan produk berupa barang.
Pemasaran pariwisata adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan demand dan penawaran supply, sehingga pembeli mendapat
kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan risiko seminimal mungkin Muljadi, 2009. Pembeli dalam kegiatan pariwisata yaitu para
wisatawan, sedangkan penjual yakni pihak pengelola kawasan pariwisata tersebut. Yoeti 1985 memberikan batasan tentang pemasaran dalam kepariwisataan, yaitu
suatu proses manajemen dengan mana organisasi kepariwisataan nasional atau perusahaan-perusahaan industri pariwisata untuk menentukan actual atau
potential tourist, mengadakan komunikasi dengan mereka untuk menentukan serta mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi, kesukaan dan ketidaksukaan pada
daerah-daerah lokal, regional, nasional, dan internasional kemudian merumuskan serta menyesuaikan obyek-obyek pariwisata untuk mencapai kepuasan optimal
para wisatawan dan tercapai tujuannya. Pemasaran pariwisata adalah upaya mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan wisatawan serta menawarkan produk
wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan. Dengan adanya pemasaran pariwisata, pihak pengelola dapat mengetahui apa saja jenis produk
wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan, sehingga pihak pengelola dapat merancang dan memberikan produk yang tepat kepada
wisatawan. Keberhasilan kegiatan pemasaran pariwisata ditunjang dengan komunikasi pemasaran yang baik.
Menurut Yoeti 1985, dalam industri pariwisata, persoalan marketing yang sering dihadapi adalah masalah “buying decision” terhadap “product”
industri pariwisata yang banyak bergantung pada: a Pengetahuan wisatawan tentang produk yang akan dijual
b Kesan wisatawan terhadap produk yang di hubungkan dengan gengsi dan prestise
c Produk yang hendak dijual apakah mudah mencapainya tanpa bersusah payah d Salesmenship daripada salesman yang melakukan persuasi
2.1.3.2 Komunikasi Pemasaran Marketing Communication
Komunikasi pemasaran marketing communication berkembang dari salah satu bauran pemasaran marketing mix yaitu promosi. Bauran promosi
promotional mix terdiri dari periklanan advertising, promosi penjualan sales promotion, penjualan perorangan personal selling, pemasaran sponsorship
sponsorship marketing, publisitas publicity, dan komunikasi di tempat pembelian point-of-purchase communication Shimp, 2003:
1 Periklanan Advertising Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri
dari komunikasi massa melaui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain billboards, internet, dan
sebagainya; atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan antar bisnis business-to-bussines maupun pemakai akhir. Kedua bentuk iklan
ini dibiayai oleh sponsor tertentu si pengiklan, tetapi dikategorikan sebagai
komunikasi massa nonpersonal karena perusahaan sponsor tersebut secara simultan berkomunikasi dengan penerima pesan yang beranekaragam, bukan
kepada individu tertentupersonal atau kelompok kecil. Iklan langsung direct marketing, biasa disebut pemasaran berdasarkan data-base database
marketing, telah mengalami pertumbuhan pesat di tahun-tahun belakangan ini akibat efektivitas komunikasi yang terarah serta teknologi komputer yang
memungkinkan hal itu terjadi. 2 Promosi Penjualan Sales Promotion
Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat
atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Sebagai bahan perbandingan, ada iklan yang didesain untuk mencapai tujuan lain
–yaitu menciptakan kesadaran pada merek dan mempengaruhi sikap pelanggan.
Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan kepada pedagang besar dan pengecer maupun kepada konsumen. Promosi penjualan yang berorientasi
perdagangan memberikan berbagai jenis bonus untuk meningkatkan respon dari pedagang besar dan pengecer. Promosi penjualan berorientasi konsumen
menggunakan kupon, contoh gratis, kontesundian, potongan harga setelah pembelian, dan lain lain.
3 Penjualan Perorangan Personal Selling, Bentuk komunikasi pemasaran yang berupa komunikasi antar-individu dimana
tenaga penjualwiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan.
Usaha penjualan ini disederhanakan dengan memberikan “diskon perkenalan” kepada pengecer dan meyakinkan mereka melalui iklan, pemberian produk
contoh secara cuma-cuma dan kupon yang mendongkrak penjualan. 4 Pemasaran Sponsorship Sponsorship Marketing
Bentuk komunikasi
pemasaran yang
merupakan aplikasi
dalam mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiasikan
perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu atau melalui kegiatan sosial.
5 Publisitas Publicity Bentuk komunikasi pemasaran seperti halnya iklan, publisitas menggambarkan
komunikasi massa, namun juga tidak seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Publisitas biasanya
dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak atau televisi
secara gratis karena perwakilan media mengganggap informasi tersebut penting dan layak disampaikan kepada khalayak mereka. Dengan demikian
publisitas tidak dibiayai oleh perusahaan yang mendapatkan manfaatnya. 6 Komunikasi di Tempat Pembelian Point-of-Purchase Communication