Kejelasan Isi Pesan Pengaruh komunikasi pemasaran obyek wisata terhadap perilaku wisatawan: studi kasus obyek wisata alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

dan daya tarik wisata juga memuat informasi yang bersifat lebih spesifik tentang pesan-pesan cinta lingkungan. Bab ini menjelaskan persepsi terhadap pesan yang meliputi kejelasan dan kelengkapan isi pesan. Berikutnya akan dijelaskan secara lebih terperinci mengenai kejelasan isi pesan berupa jumlah pesan, frekuensi tayang dan kemudahan bahasa yang digunakan untuk dimengerti. Selain itu, juga dijelaskan tentang kelengkapan isi pesan yang memuat informasi umum dan dan pesan-pesan cinta lingkungan.

6.1 Kejelasan Isi Pesan

Kejelasan isi pesan menyangkut sejauhmana informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata ODTW maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan dapat dibaca dan didengar dengan jelas. Kejelasan isi pesan ini menyangkut jumlah dan frekuensi tayang pesan, serta kemudahan bahasa yang digunakan untuk dimengerti. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat kejelasan isi pesan disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kejelasan Isi Pesan Kejelasan Isi Pesan Jumlah Persentase Negatif 47 58,8 Positif 33 41,3 Total 80 100,0 Tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 58,8 persen menilai bahwa kejelasan isi pesan mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan masih negatif. Hal ini berarti informasi umum mengenai obyek dan daya tarik wisata maupun informasi yang bersifat lebih spesifik mengenai pesan cinta lingkungan masih belum dapat dibaca dan didengar dengan jelas. Informasi yang ditayangkan di media cetak seperti surat kabar, poster, spanduk, dan lain-lain masih kurang terbaca oleh wisatawan karena ukuran huruf yang terlalu kecil dan jenis huruf yang sulit dibaca sehingga ada resiko wisatawan mengabaikan informasi yang terdapat di media cetak tersebut. Menurut wisatawan, iklan obyek wisata yang ada di surat kabar lokal ukurannya terlalu kecil yaitu sekitar seperenam bagian dari halaman surat kabar tersebut. Dengan ukuran tersebut menjadikan tampilan iklan kurang mencolok. Menurut beberapa responden, mereka cenderung kesulitan untuk membaca dan ada resiko untuk mengabaikan atau tidak langsung membaca isi pesan dari iklan tersebut pada saat itu juga. Meskipun kejelasan isi pesan masih rendah, namun sebesar 90 persen wisatawan menilai bahwa bahasa yang digunakan dalam media cetak maupun elektronik cenderung mudah dimengerti. Hal ini dikarenakan penggunaan kata- kata yang dipilih dalam penyajian di media tersebut menggunakan kata-kata yang sederhana yang cukup komunikatif. Walaupun terkadang ditemui pesan-pesan dalam iklan yang masih tumpang tindih dengan gambar sehingga tampilan iklan kurang seimbang, tetapi pesan tersebut masih dapat terbaca. Selain itu, tampilan iklan dicetak dengan warna hitam putih. Hal ini menjadikan tampilan iklan cenderung kurang menarik, namun tidak mengalangi niat wisatawan untuk membaca iklan tersebut. Selain melalui media cetak, informasi tersebut juga disiarkan dalam media elektronik seperti di radio lokal¸ televisi lokal, dan internet. Sebesar 57,5 persen wisatawan menilai bahwa pesan-pesan dalam media komunikasi tersebut cenderung kurang jelas. Keadaan ini karena ciri khas dari media massa yang bersifat selintas, sehingga membutuhkan pengulangan untuk lebih jelas dalam menerima informasi. Dalam penggunaan radio lokal, frekuensi siaran masih kurang karena iklan tersebut hanya disiarkan jika ada kegiatan atau peringatan tertentu di obyek wisata tersebut. Selain itu, pesan yang terdengar di radio masih kurang jelas karena kalimat-kalimat dalam iklan tersebut dilafalkan terlalu cepat sehingga apabila pendengar hanya mendengar secara sekilas, ada resiko mereka cenderung tidak mendengar isi pesan yang disampaikan. Butuh waktu beberapa kali menyimak iklan tersebut untuk benar-benar mendengar keseluruhan isi pesan yang disampaikan. Sedangkan untuk iklan di televisi lokal, frekuensi siaran juga masih kurang karena iklan tersebut hanya disiarkan jika ada kegiatan atau peringatan tertentu di obyek wisata tersebut. Disamping itu, informasi yang ditayangkan hanya berupa bentuk visual iklan yang sederhana. Isi iklan tersebut sama dengan iklan yang ada di koran namun ditayangkan di televisi. Hal ini menyebabkan isi pesan tersebut cenderung kurang menarik karena isi pesan tidak mampu menarik perhatian wisatawan potensial melalui gerakan gambar dan suara yang ditampilkan.

6.2 Kelengkapan Isi Pesan