Produk Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Gambar 2 menunjukkan peta pariwisata dan budaya Kabupaten Tasikmalaya. Peta pariwisata dan budaya ini meyajikan 33 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki potensi pariwisata dan budaya lihat lampiran. Setiap kecamatan dilengkapi dengan daftar obyek wisata atau budaya yang terdapat di dalamnya. Pada Gambar 2, posisi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ditunjukkan oleh nomor 6 yang terletak di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu. Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung secara astronomis terletak antara 7.250 LS - 7015’00” LS dan 108.0580 BT – 10803’30” BT. Sedangkan secara geografis, Kecamatan Sukaratu yang memiliki luas mencapai 3.361,104 Ha ini berbatasan dengan Kecamatan Cisayong Utara, Kecamatan Indihiang Timur, Kecamatan Padakembang Selatan, dan Kabupaten Garut Barat.

4.4 Produk Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung

Produk wisata bukan saja merupakan produk yang nyata, akan tetapi merupakan rangkaian produk barang dan jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, namun juga bersifat sosial, psikologis, dan alam. Produk wisata juga merupakan berbagai jasa dimana satu dengan lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata. Ada tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan, yaitu: daya tarik wisata attraction, aksesibilitas accessibility, dan fasilitas aminities.

4.4.1 Daya Tarik Wisata Attraction

Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mempunyai beberapa obyek dan daya tarik wisata ODTW yang menarik minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata ini. ODTW yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, yaitu: 1. Kolam renang air panas yang meliputi kolam renang air panas alami, buatan, dan hydrotheraphy; 2. Air Terjun Panoongan Curug Panoongan; 3. Panorama alam pemandangan alam; dan 4. Kawah Galunggung. Gambar 3 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan ODTW yang disukai di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 3. Persentase Wisatawan Menurut Obyek dan Daya Tarik Wisata Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 80 orang, mayoritas wisatawan menyukai obyek dan daya tarik wisata ODTW kolam renang air panas alamibuatanhydortheraphy dan Kawah Galunggung dengan persentase yang sama 35 persen. Dari hasil wawancara dengan wisatawan, hal ini karena dalam mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, para wisatawan cenderung mengutamakan untuk menikmati kedua ODTW tersebut. Pada kolam renang air panas alamibuatanhydortheraphy terdapat pemandian air panas dan pancuran dari sumber mata air yang dapat digunakan untuk relaksasi sambil menikmati pemandangan yang masih alami. Selain itu, kolam renang air panas ini dapat menyegarkan kondisi badan setelah bekerja atau berolahraga. Sedangkan pada Kawah Galunggung, wisatawan dapat menikmati panorama indah yang ditempuh dengan menaiki 620 anak tangga hingga di bibir kawah. Disamping itu, di kawah ini wisatawan juga dapat memancing dengan tidak menggunakan jaring. Menurut informan, di kawasan ini juga ada tempat-tempat keramat.

4.4.2 Aksesibilitas Accessibility

Topografi Gunung Galunggung yang termasuk wilayah Kecamatan Sukaratu sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan tinggi 600-800 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, wilayah ini tergolong ke dalam daerah beriklim pegunungan dengan suhu rata-rata berkisar 25º-30º C. Pola hujan di wilayah ini juga dipengaruhi oleh keadaan ketinggian tempat dan topografi, sehingga rata-rata curah hujan setiap tahun paling rendah sekitar 1957 mm. Selain itu, aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata melalui berbagai media transportasi, darat, laut, dan udara. tersebut. Gambar 4 menunjukkan tofografi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung beserta jalur wisata yang merupakan akses ke obyek wisata tersebut. Sumber: Google Map Gambar 4. Peta Jalur Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung Gambar 4 menunjukkan peta jalur wisata menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Akses untuk mencapai Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mempunyai tiga alternatif jalur wisata, yaitu: jalur Indihiang, Singaparna, dan Bantar-Tawang Banteng. Ketiga jalur tersebut masing-masing memiliki jarak tempuh yang berbeda, yaitu: 1 Jalur Indihiang sekitar 12 km; 2 Jalur Singaparna sekitar 14 km; dan 3 Jalur Bantar-Tawang Banteng sekitar 17 km. Ketiganya dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Gambar 5 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan jalur wisata menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 5. Persentase Wisatawan Menurut Jalur Wisata Gambar 5 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 60 persen menggunakan jalur wisata Indihiang untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Hal ini disebabkan oleh jarak jalur wisata Indihiang merupakan jalur wisata terdekat untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Selain itu, letak jalur wisata Indihiang juga cenderung lebih strategis dibandingkan jalur wisata Singaparna dan Bantar-Tawang Banteng. Dari segi kualitas jalan saat ini, jalur wisata Singaparna mempunyai kualitas jalan lebih baik dibandingkan jalur wisata Indihiang dan Bantar-Tawang Banteng. Namun, sebagian besar wisatawan menyatakan bahwa mereka cenderung tidak mengetahui jalan masuk untuk ke jalur wisata Singaparna yang letaknya cenderung kurang strategis membuat mereka tetap lebih memilih untuk menggunakan jalan di jalur wisata Indihiang. Meskipun kualitas jalan di jalur wisata Indihiang cenderung kurang memadai, tetapi wisatawan mengakui bahwa mereka cukup nyaman menggunakan jalur ini. Adapun wisatawan yang menggunakan jalur wisata Singaparna pada umumnya adalah para wisatawan dengan frekuensi kunjungan tinggi. Mereka telah mengetahui semua jalur wisata dan juga jarak tempuh serta kondisi jalan untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Mereka lebih mengutamakan kenyamanan dengan memilih kualitas jalan yang lebih memadai dengan menggunakan jalur wisata Singaparna. Mereka berpendapat bahwa meskipun jarak tempuh pada jalur wisata Singaparna lebih jauh daripada jalur wisata Indihiang, tetapi karena jalan di jalur wisata Singaparna cenderung lebih memadai, maka mereka tetap menggunakan jalur wisata Singaparna untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Selain itu, jenis alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yaitu kendaraan pribadi, kendaraan umum angkutan kota dan angutan perbatasan dan kendaraan umum bis travel, serta kendaraan dinas. Kendaraan pribadi yang digunakan berupa kendaraan roda dua yaitu motor pribadi dan kendaraan roda empat yaitu mobil pribadi. Kendaraan umum yang digunakan berupa angkutan kota angkot yang terdiri dari tiga trayek yaitu trayek Singaparna-Galunggung, Indihiang-Galunggung, dan Bantar- Galunggung. Selain angkutan kota, terdapat juga angkutan perbatasan yang berjumlah sekitar 20 armada serta ojek. Jenis kendaraan umum lainnya yaitu bis travel berupa bis yang dicarter oleh wisatawan tersebut untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Wisatawan yang menggunakan jasa transportasi bis travel, biasanya mereka datang ke obyek wisata ini secara rombongan. Disamping itu, juga terdapat kendaraan dinas berupa kendaraan yang biasa digunakan sebagai kendaraan operasional. Wisatawan yang menggunakan kendaraan dinas biasanya mereka datang ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dalam rangka tugasdinasutusan instansi tertentu. Gambar 6 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan jenis alat transportasi yang digunakan untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 6. Persentase Wisatawan Menurut Jenis Alat Transportasi Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 80 persen menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Hal ini karena mereka lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi untuk mengunjungi obyek wisata tersebut dibanding menggunakan jenis alat transportasi lainnya. Kenyamanan yang dimaksud selain berupa fasilitas kendaraan, juga menyangkut waktu kunjungan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi, mereka tidak harus terikat waktu operasional seperti halnya mereka menggunakan kendaraan umum. Selain itu, untuk menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dapat menggunakan kendaraan umum berupa angkutan kota dan bis travel. Untuk angkutan kota terdapat tiga trayek yaitu Indihiang – Galunggung, Singaparna – Galunggung, dan Bantar – Galunggung. Angkutan kota yang memiliki kapasitas penumpang sekitar 14 orang ini biasanya memiliki jadwal keberangkatan setiap dua jam, dimulai pukul 07.00 WIB sampai sekitar pukul 17.00 WIB. Sedangkan untuk kendaraan umum bus travel biasanya digunakan wisatawan yang berkunjung secara rombongan dengan dicarter terlebih dahulu. Meskipun Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dapat diakses oleh transportasi umum, tetapi persentase wisatawan yang menggunakan transportasi umum masih tergolong rendah yaitu hanya 15 persen. Hal ini dikarenakan transportasi umum yang menuju Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung cenderung kurang memadai. Selain itu, sebagian besar wisatawan menyatakan bahwa mereka cenderung tidak mengetahui jadwal keberangkatan angkutan umum trayek tersebut.

4.4.3 Fasilitas Aminities

Fasilitas aminities adalah berbagai fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata. Fasilitas utama yang terdapat di Obyek Wisata Alam antara lain: bak rendam air panas, ruang ganti pakaian, area parkir, wisma tempat beristirahat, tempat beribadah musholla dan mesjid, kamar mandi WC, area bermain, saung rangon, panggung hiburan, wartel, dan area berkemah camping ground. Dari keseluruhan fasilitas, terdapat lima fasilitas utama yang paling sering digunakan oleh wisatawan di obyek wisata ini yaitu area parkir, bak rendam air panas, tempat beribadah, area bermain, dan saung rangon. Gambar 7 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan fasilitas utama yang sering digunakan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 7. Persentase Wisatawan Menurut Fasilitas Utama Gambar 7 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 80 persen memilih area parkir sebagai fasilitas utama yang paling sering digunakan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sebesar 80 persen wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, mereka menggunakan fasilitas area parkir untuk menyimpan kendaraan mereka selama mereka berada di kawasan obyek wisata. Selain itu, terdapat fasilitas pendukung lainnya yang mendukung kelancaran pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galungung. Fasilitas pendukung dalam penelitian ini berupa gerai souvenirgerai oleh-oleh, fasilitas makan, sarana dan prasarana komunikasi, sikap masyarakat sekitar kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung termasuk para pedagang dan pengelola terhadap para wisatawan. Dalam penggunaan fasilitas, wisatawan menggunakan fasilitas secara aman. Aman yang termasuk ke dalam unsur sapta pesona merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang dan rasa tenteram bagi wisatawan Muljadi, 2009. Artinya, mereka menggunakan fasilitas secara aman tanpa gannguan teknis maupun gangguan lainnya karena fasilitas tersebut terpelihara dengan baik. Gambar 8 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan pembelian souvenir oleh-oleh pada gerai souvenir oleh- oleh di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 8. Persentase Wisatawan Menurut Pembelian Souvenir Oleh-oleh Gambar 8 menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan 62,5 persen membeli souvenir ketika mereka berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembelian souvenir di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung masih rendah. Hal ini dikarenakan keberadaan gerai souvenir cenderung kurang memadai dan masih kurang penataan. Selain itu, belum adanya souvenir yang benar-benar khas obyek wisata ini. Pada umumnya, kelompok wisatawan yang tidak membeli souvenir oleh- oleh di obyek wisata ini adalah wisatawan yang berasal dari Tasikmalaya yang mempunyai frekuensi tinggi dalam mengunjungi obyek wisata ini. Adapun wisatawan yang membeli souvenir ini sebagian besar berasal dari luar Tasikmalaya yang memang sengaja membeli souvenir untuk keluarga saudaratemanrekan kerja mereka di daerah asal mereka sebagai kenang- kenangan. Biasanya mereka membeli souvenir berupa kerajinan khas Tasikmalaya yang terdapat di obyek wisata ini dengan alasan agar lebih praktis dan efisiensi waktu dalam berwisata karena mereka tidak memungkinkan untuk berkunjung atau sekedar mampir ke tempat lainnya. Selain itu, wisatawan yang membeli souvenir yang berasal dari Tasikmalaya, biasanya membeli oleh-oleh berupa sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya untuk konsumsi mereka dan keluarga. Selanjutnya pada Gambar 9 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan penggunaan fasilitas dan pemenuhan kebutuhan makan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 9. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan Kebutuhan Makan Gambar 9 menunjukkan sebanyak 77,5 persen wisatawan menggunakan fasilitas makan dan menyatakan bahwa kebutuhan makannya terpenuhi selama mereka berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan makan wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung adalah tinggi. Tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan makan wisatawan karena mereka ingin mencoba berbagai makanan khas obyek wisata ini. Dari hasil wawancara di lapangan dengan wisatawan, wisatawan menyatakan bahwa seringkali mereka belum makan pada saat mereka berangkat. Disamping itu, meskipun mereka sudah makan terlebih dahulu sebelum berangkat, tetapi pada saat mereka tiba di obyek wisata ini telah masuk jam makan. Selanjutnya pada Gambar 10 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan penggunaan fasilitas dan pemenuhan kebutuhan komunikasi di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Gambar 10. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan Kebutuhan Komunikasi Gambar 10 menunjukkan bahwa sebanyak 82,5 persen wisatawan memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas komunikasi. Selain itu, para wisatawan juga menyatakan bahwa kebutuhan komunikasinya terpenuhi selama mereka berada di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan komunikasi wisatawan di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tinggi. Tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan komunikasi wisatawan karena Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung telah dilengkapi fasilitas komunikasi yang mendukung kelancaran komunikasi orang-orang yang berada di obyek wisata ini. Pengelola telah menyediakan fasilitas komunikasi untuk mendukung kelancaran komunikasi. Dari hasil wawancara di lapangan, mayoritas wisatawan membawa telepon seluler ke obyek wisata ini. Pihak pengelola yang bekerjasama dengan pihak provider seluler telah membangun tower komunikasi dengan berbagai provider. Meskipun telah dibangun beberapa tower, namun masih ada wisatawan yang mengeluhkan kualitas sinyal yang cenderung kurang baik dari provider tertentu yang mereka pakai. Selain itu, dari hasil observasi di lapangan juga terdapat jasa wartel sebagai alternatif fasilitas komunikasi. Walaupun saat ini wartel sudah jarang digunakan, tetapi keberadaannya tetap dijaga untuk penggunaan darurat jika wisatawan tidak membawa telepon seluler atau mereka yang membawa telepon seluler tetapi kesulitan sinyalhabis baterai. Selanjutnya pada Gambar 11 menunjukkan persentase wisatawan berdasarkan kesan mereka terhadap sikap wargamasyarakat sekitar termasuk para pedagang dan pengelola. Gambar 11. Persentase Wisatawan Menurut Kesan terhadap Sikap Warga Gambar 11 menunjukkan bahwa sebanyak 98,8 persen wisatawan menyatakan bahwa warga sekitar Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung bersikap ramah. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kesan wisatawan terhadap sikap warga sekitar Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung adalah positif. Hal ini karena pada umumnya wargamasyarakat Sunda sudah terkenal dengan keramah-tamahannya, apalagi di obyek wisata seperti ini harus lebih ramah. Selain untuk menarik minat wisatawan untuk datang ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung juga supaya memberi kesan positif terhadap warga Tasikmalaya pada umumnya. Ramah-tamah yang merupakan unsur sapta pesona ini adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan, hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka memberikan pelayanan, dan ringan kaki untuk membantu tanpa pamrih, baik yang diberikan oleh petugasaparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisata yang secara langsung melayaninya Muljadi, 2009. Sehingga, setelah mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, wisatawan memiliki kenangan positif. Dari hasil wawancara dengan wisatawan, mereka menyatakan bahwa mereka akan berkunjung ulang ke obyek wisata ini atau mengunjungi obyek wisata lainnya yang terdapat di Tasikmalaya karena kenangan keramah-tamahan wargamasyarakat sekitar obyek wisata pada kunjungan sebelumnya. Selain itu, kondisi sarana dan prasarana lainnya yang ikut mendukung kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yaitu keadaan sosial ekonomi dan keadaan sosial budaya. Dalam penelitian ini, keadaan sosial ekonomi yang ditinjau terdiri dari mata pencaharian warga dan sarana penunjang perekonomian. Sedangkan, keadaan sosial budaya yang ditinjau mencakup bidang kesenian dan budaya, kesehatan, olahraga, serta keagamaan. Keadaan sosial ekonomi yang ditinjau terdiri dari mata pencaharian warga dan sarana penunjang perekonomian. Pada mata pencaharian warga, wilayah Gunung Galunggung yang termasuk Kecamatan Sukaratu ditunjang dengan keadaan alam yang potensial sebagai wilayah pertanian berpengaruh terhadap mata pencahrian warga. Keadaan ini sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Tabel 2 menunjukkan persentase warga sekitar Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berdasarkan mata pencahariannya. Tabel 2. Persentase Warga Menurut Mata Pencahariannya No. Jenis Mata Pencaharian Persentase 1. Petani Pemilik 35,0 2. Petani Penggarap 25,0 3. Buruh Tani 18,0 4. Peternak 2,0 5. Pedagang 15,0 6. Pegawai Negeri Sipil 0,2 7. TNIPOLRI 0,1 8. Pensiunan Sipil 0,2 9. Purnawirawan 0,1 10. Lain-lain 0,4 Total 100,0 Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010 Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa mata pencaharian utama warga Kecamatan Sukaratu adalah bidang pertanian dengan persentase sebesar 68 persen yang terdiri dari: 35 persen petani pemilik, 25 persen petani penggarap, dan 18 persen buruh tani. Mata pencaharian mayoritas kedua adalah sektor perdagangan dengan persentase 15 persen penduduk bermata pencaharian pedagang. Penduduk yang bermata pencaharian pedagang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung dengan menetap menjadi pedagang. Menurut hasil wawancara dengan pedagang, mereka menyatakan bahwa seringkali mereka didukung oleh penduduk yang bekerja di sektor pertanian dengan menjual hasil pertanian kepada para wisatawan. Jenis hasil pertanian yang biasa dijual kepada wisatawan berupa sayuran dan buah-buahan. Selain itu, para pedagang di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung mempunyai jam kerja yang terjadwal mengikuti jam operasional obyek wisata tersebut, yaitu mulai dari pukul 07.00 sampai dengan 17.00 WIB. Selanjutnya, untuk menunjang kegiatan warga dan wisatawan, di Kecamatan Sukaratu juga tersedia berbagai sarana penunjang. Pada Tabel 3 diketahui jumlah sarana penunjang masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Sukaratu berdasarkan jenis penunjang perekonomian. Tabel 3. Jumlah Sarana Penunjang Masyarakat Menurut Jenis Penunjang Perekonomian No. Sarana Penunjang Perekonomian Jumlah 1. TokoWarung 128 2. Koperasi Berbadan Hukum 1 3. Koperasi Belum Berbadan Hukum 8 4. Photo Copy 4 5. Sewa Alat Pesta 4 6. SalonGunting Rambut 14 7. Photo Studio 2 8. Reparasi Elektro 18 9. Huller 53 10. Bengkel Kendaraan 36 11. Terminal Angkutan 1 Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010 Pada Tabel 3 diketahui bahwa sarana penunjang perdagangan dan pertanian merupakan sarana penunjang perekonomian masyarakat dengan jumlah paling banyak. Sarana perdagangan mempunyai jumlah yang jauh lebih banyak daripada sarana lainnya yaitu sebanyak 128 tokowarung. Kondisi ini sesuai dengan mata pencaharian utama warga sebagai pedangang. Sarana perdagangan ini mendukung kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Adapun sarana penunjang transportasi cenderung masih kurang memadai, yaitu hanya terdapat satu terminal angkutan tanpa halteshelter yang tertib dan belum terdapat stasiun KA. Selain itu, sarana perbankan seperti atm dan money charger, juga belum tersedia. Padahal keberadaannya sangat dibutuhkan para wisatawan dan dapat memperlancar mereka untuk melakukan kegiatan wisata di kawasan obyek wisata. Keadaan sosial budaya yang ditinjau dalam penelitian ini terdiri dari bidang kesenian dan budaya, kesehatan, olahraga, serta keagamaan. Pada bidang kesenian dan budaya, di Kecamatan Sukaratu terdapat berbagai jenis kesenian asli daerah. Dari data sekunder yang didapatkan, sampai saat ini terdapat tujuh jenis kesenian daerah yang masih ada di Kecamatan Sukaratu. Ketujuh kesenian tersebut yaitu: Wayang Golek, Reog, Qasidah, Calung, Angklung, Kliningan, dan Pong Dut Jaipong Dangdut. Pada Tabel 4 dapat diidentifikasi berapa jumlah kesenian daerah yang terdapat di wilayah Kecamatan Sukaratu menurut jenis beserta lokasi Desa kesenian. Tabel 4. Jumlah Kesenian Daerah Menurut Jenis Kesenian dan Lokasi Desa di Kecamatan Sukaratu No. Kesenian Jumlah Keterangan Tempat 1. Wayang Golek 1 Desa Sinagar 2. Reog 5 Tidak ada keterangan 3. Qasidah 12 Di setiap desa 4. Calung 1 Desa Tawang Banteng 5. Pong Dut 1 Desa Sinagar Sumber: Dokumentasi Profil Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, 2010 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa Qasidah yaitu jenis kesenian yang merupakan jumlah paling banyak yang terdapat di setiap desa di Kecamatan Sukaratu. Qasidah merupakan jenis kesenian yang berasal dari suatu ajaran agama yaitu Islam. Hal ini menunjukkan bahwa di Kecamatan Sukaratu mayoritas penduduknya masih memegang ajaran agama Islam dan melestarikan kesenianbudaya dalam ajaran tersebut. Potensi ketujuh kesenian yang terdapat di Kecamatan Sukaratu tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah setempat. Menurut salah satu informan, hal ini dimaksudkan agar ketujuh kesenian tersebut bisa menjadi daya tarik wisata attraction yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Dengan adanya pertunjukan kesenian di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, juga menjadi nilai tambah value added pada obyek wisata tersebut. Hal ini dikarenakan potensi kesenian ini termasuk unik dan langka karena tidak terdapat di daerah lain atau disajikan dalam bentuk yang berbeda yang lebih menarik. Dengan menampilkan berbagai kesenian di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, selain dapat menikmati obyek dan daya tarik wisata alamnya, wisatawan juga dapat menikmati obyek dan daya tarik wisata budayanya yang berupa pertunjukan kesenian. Wisatawan memiliki pengalaman berbeda dalam berwisata dan diharapkan mampu menambah frekuensi kedatangannya. Selain kesenian dan budaya, keadaan sosial budaya di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung juga didukung oleh bidang kesehatan, olahraga, serta keagamaan. Jenis sarana kesehatan di sekitar kawasan obyek wisata cenderung kurang memadai. Sarana kesehatan umumnya dibutuhkan wisatawan dalam keadaan darurat berupa puskesmas, praktek dokter, ambulance dan balai pengobatan swasta terdapat di kawasan ini dengan jumlah yang terbilang masih terbatas. Jenis sarana lainnya yaitu sarana olahraga olahraga berupa lapangan sepak bola, lapangan voli, GOR bulu tangkis, dan lapangan tenis meja. Sarana olahraga ini dapat menunjang kegiatan pariwisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Disamping itu, terdapat sarana keagamaan berupa mesjid, langgar, dan musholla. Lokasi tempat peribadatan yang strategis memudahkan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung untuk menggunakan fasilitas tersebut.

4.5 Karakteristik Wisatawan