Jenis Kelamin Karakteristik Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan

atau hanya sekedar mengeringkan beberapa hari sebelum diisi air dan benur udang vaname di tebar. b. Penebaran Benur Sebagian pembudidaya udang vaname memperoleh bibit atau benur udang dari pedagang atau tengkulak yang ada di desa, pedagang dan juga tengkulak ini mendatangkan benur udang dari pembibitan di Jawa Timur. Pedagang dan tengkulak ini juga menjual keperluaan budidaya udang misal pakan dan obat- obatan. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari, atau saat suhu air masih relatif dingin. Biasanya umur benur yang ditabar antara 2 sampai dengan 7 hari.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan udang vaname secara tradisional tidak rumit jika dibanding pemeliharaan udang secara intensif. Petani tambak atau pembudidaya udang cukup mengontrol keadaan tambak pada pagi dan sore hari sekaligus memberi pakan udang. Sesekali membersihkan pematang tambak dari rumput liar, memeriksa saluran air dan menambah air jika air di tambak mulai surut dan mengurangi air dalam tambak jika sering turun hujan, agar pH air dalam tambak tetap ideal digunakan untuk membuidayakan udang vaname. Pemberiaan pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pagi hari pakan diberikan pada pukul 06.00-07.00 WIB, dan pada sore hari pakan diberikan pada pukul 17.00 WIB. Jenis pakan yang banyak digunakan adalah “manggalindo”, pelet dan “raja bandeng”. Budidaya udang vannamei secara tradisional pakan diberikan ketika umur udang lebih dari 2 minggu, bahkan ada beberapa petani udang vannamei yang memberikan pakan pada udang umur 1 bulan atau tidak sama sekali, pakan hanya mengandalkan dari pakan alam.

d. Pemanenan dan Pemasaran

Di lokasi penelitian, udang vaname di panen rata-rata ketika umur 49 hari bahkan ada beberapa pembudidaya udang yang harus memanen udangnya kurang dari 30 hari, hal ini disebabkan banyak udang vaname yang mulai terserang penyakit dan mati. Pembudidaya udang vaname memutuskan memanen pada udang yang masih relatif muda dengan ukuran yang kecil dibandingkan harus menerima kerugian yang lebih besar. Udang dengan ukuran 100Kg atau kurang dari itu akan dihargai murah, karena hanya udang-udang yang berukuran besar yang dapat diekspor. Umur pemanenan udang sangat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya udang vaname. Pembudidaya udang akan memanen udang di mulai pada pagi hari atau sore hari. Hal pertama yang harus dilakukan adalah “menyedot” air kolam sampai ketinggian air hanya kurang lebih 20 sentimeter dibagian pingiran kolam. Hal ini dilakukan unutk memudahkan penangkapan udang. Udang vaname ditangkap mengunakan serokan, dibersihkan dulu dari lumpur, setelah itu dikumpulkan ke dalam drum telah yang nantinya akan dicampur dengan balokan es. Balokan es berfungsi untuk menjaga gar udang vaname tetap dalam keadaan segar. Udang vaname yang telah dipanen oleh pembudidaya akan di jual ke pedagang atau tengkulak yang ada di desa tersebut. Pembudiaya udang yang memperoleh modal usaha, benur, pakan, bahan bakar dan obat-obatan harus menjual kepada tengkulak yang memberikan pinjaman kepada mereka. Tengkulak akan memotong hutang pembudidaya dari hasil penjualan. Harga benur, pakan, bakan bakar dan obat-obatan yang diperoleh dengan cara membayar setelah pemenan akan dihargai lebih tinggi. Misalnya, harga benur yang dibayar setelah panen adalah Rp 28.00ekor sampai dengan Rp 30.00ekor, dibandingkan yang dibayar tunai, harganya Rp 23.00ekor sampai dengan Rp 25.00ekor.