Karakteristik Udang Vaname Litopenaeus vannamei

demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September 2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton. Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak demfarm . Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm. Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang KKP, 2013. Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014. Salah satu program dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara tradisional agar produksi udang vaname lebih besar.

2.6. Penelitian Terdahulu

Arifianty 2008 melakukan penelitian optimalisasi produksi budidaya udang vanname di UD JHD kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian total produksi udang vannamei yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 125 854.5 kg. Untuk menghasilkan udang tersebut, biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh UD JHD mencapai Rp 842 427 290. Penggunaan input produksi belum berada pada kondisi optimum. Berdasarakan kajian linier, penggunaan input optimum untuk benih sebesar 7 830 667 ekor, 204 387.7 kg pakan, 25 170.9 kg kapur, 503.4 kg pupuk, 75.5 kg vitamin, 683.4 kg probiotik, 4 279.1 kg obat, 1 258.5 jam kerja panen, 104 459.2 liter solar dan 1 200 liter bensin. Dengan penggunaan input produksi bedasarkan hasil kajian linier, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 403 220 000. Dengan demikian, besarnya biaya yang dapat dihemat oleh UD JHD dalam memproduksi udang vannamei sebesar 125 854.5 kg adalah Rp 439 207 294. kajian linier menunjukan bahwa alokasi pembiayaan produksi setiap petak tambak belum optimal, hal ini ditunjukan dari harga bayangan yang sama dengan nol. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo 2007, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani udang windu di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara dan mengevaluasi apakah budidaya udang di tambak di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang. Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa seluruh pendapatan petani udang di Desa Sepatin adalah Rp 5 798 235 667 permusim tanam. Berdasarkan analisis biaya rasio pendapatan itu menunjukkan bahwa nilai RCR 1, yang berarti produksi udang windu di daerah penelitian menguntungkan. Analisis Cobb Douglas menunjukkan bahwa model estimasi fungsi produksi adalah Y= 2.645X 1 0.746 . X 2 -5.10E-02 . X 3 0.197 . X 4 - 4.46E-02 , variabel-variabel bebas luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga kerja dan lama usaha terhadap variabel tidak bebas produksi secara simultan dalam model diketahui dengan mengunakan teknik analis ragamANOVA. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai September 2011 di Usaha tambak udang Kurnia Subur kabupaten Takalar. Bertujuan untuk Menganalisis keuntungan dan manfaat serta kelayakan suatu usaha udang vannamei Litopaneaus Vannamei pada tambak Intensif. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Sensus. Sampel yang diambil berjumlah 26 orang. Hasil penelitian Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial dengan criteria Net Present value NPV yang diperoleh Rp 1 795 791 822, lebih besar dari Nol, Net BC sebesar 1.18 lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return IRR sebesar 26 lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini maka usaha ini layak dikembangkan. Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand Wattanutchariya dan Panayotou, 1981. Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menentukan keuntungan pemeliharaan lele yang dihubungakan dengan besaran usahatani budidaya intensif dan ekstensif di dua propinsi yaitu Propinsi Suphan Buri budidaya intensif dan Propinsi Nakhon Nayoh budidaya ekstensif. Berdasarkan hasil penelitian penerimaan keuntungan tiap kilogram di Nakhon Nayok lebih tinggi dari pada di Suphan Buri. Tapi keuntungan tiap satuan tanah lebih tinggi di Suphan Buri, 26.50 bahtm 2 dibandingkan dengan di Nakhon Nayok yaitu 20.72 bathm 2 . Biaya untuk tiap meter persegi di Suphan Buri lebih dua kali dari biaya di Nakhon Nayok tiap meter perseginya, tetapi biaya tiap satuan keluaran hanya sedikit lebih tinggi, di Suphan Buri yang menerapkan budidaya intensif sebesar 16.66 bathkg dan di Nakhon Nayok dengan teknik ekstensif 14.9 bathkg, oleh karena itu lebih murah menghasilkan satu kilogram lele dengan cara budidaya ekstensif. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dan Ratnawati 2007 adalah melihat faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produktivitas tambak, sedangkan peubah bebasnya adalah faktor-faktor status pembudidaya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri dari 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kghamusim, produksi merupakan total produksi yaitu produksi udang windu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan. Pada penelitian ini total ada 79 peubah dan hanya 37 peubah yang secara nyata dapat digunakan unutk memprediksi produktivitas tambak. Penelitian yang dilakukan oleh Juarno pada tahun 2011 mengkaji produktivitas dan faktor yang mempengaruhi terhadap Total Factor Produktivity TFP tambak udang di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan udang tambak Indonesia periode 1989-2008 lebih karena pertumbuhan inputfaktor produksi bukan karena pertumbuhan TFP. TFP berfluktuasi