Y
i
= fX
i1
|X
i2
Y
i
= a + b X
i1
Keterangan: Y
i
= Output dari sampel ke-i X
i1
= Input Variabel ke-1 dari sampel ke-i
X
i2
= Input Tetap ke-2 dari sampel ke-i
a = Intersep
b = koefisien
Kelemahan dalam funsi linier sederhana dapat diatasi dengan mengunakan fungsi linier berganda atau model regresi linier berganda. Model linier berganda
mengunakan variabel X lebih dari satu. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Y
i
= f X
i1
,X
i2
,...X
in
Y
i
= b + b
1
X
i1
+ b
2
X
i2
+ b
n
X
in
Keterangan: Y
i
= Output dari sampel ke-i X
i1,
X
i2
,... X
in
= Input variabel ke-1 sampai ke
-
n dari sampel ke-i b
= Intersep b
1
,b
2
...b
n
= Koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n Estimasi model regresi linier berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan
model estimasi tertentu sehingga diperoleh model estimasi yang baik.
3.1.2. Konsep Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan input atau faktor- faktor-faktor produksi lahan atau tanah, modal, pakan, tenaga kerja, pupuk, bibit,
dan pestisida secara efektif dan efisien serta kontinyu agar menghasilkan tingkat produksi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan Hastuti dan
Rahim, 2007. Usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara seseorang atau pelaku usahatani untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal
pada waktu tertentu. Pengalokasian input produksi dikatakan efektif apabila dilakukan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan output produksi yang
maksimal Soekartawi, 2002.
3.1.2.1. Biaya Usahatani
Biaya usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Jadi biaya
usahatani adalah biaya produksi dari suatu proses produksi. Hernanto 1991 dalam Velayati 2013, membedakan biaya produksi menjadi dua yaitu: 1 Biaya
tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani. Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunia tetap
diantaranya pajak lahan, dan sewa lahan. Biaya tunai variabel adalah biaya tunai yang pengunaanya tergantung output produksi, contoh biaya tunai variabel
diantaranya biaya pembelian bibit, pakan, pupuk, dan obat-obatan. 2 Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan dalam melakukan
usahatani. Biaya tidak tunia terdiri atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Contoh biaya tidak tunai tetap dalam usahatani adalah penyusutan
lahan, penyususutan alat, bunga kredit bank, dan lainnya, sedangkan biaya tidak tunia variabel adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.
3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani
Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi 2002 mendefinisikan
pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada
akhirnya produksi tersebut akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan selama masa
produksi. Konsep ini yang dikenal dengan konsep pendapatan usahatani.
3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio RC
Analisis Revenue Cost Ratio RC rasio merupakan perbandingan rasio antara penerimaan revenue dan biaya cost Hastuti dan Rahim, 2007. RC
rasio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani, seberapa besar nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani sehingga memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaat, dan nilai RC rasio tidak memiliki satuan Soeharjo
dan Patong, 1997 dalam Sagala 2012. Apabila RC rasio 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan unutk memperoleh
penerimaan atau untung. Jika RC rasio 1 berarti tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau usaha yang
dilakukan mengalami kerugian.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Produktivitas yang tinggi merupakan salah tujuan utama dalam budidaya tambak udang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak. Pada analisis
ini dikaji tingkat penggunaan input faktor-faktor produksi budidaya tambak udang tradisional yang bertujuan untuk melihat faktor produksi apa saja yang
perpengaruh perhadap produksi budidaya udang vaname. Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini adalah mengkaji
budidaya udang dari sisi produksi, penggunaan input produksi dan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten
Indramayu. Dalam analisis usaha budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara mengkaji pendapatan dengan penerimaan
dan biaya dilihat dari modal usaha pembudidaya. Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Selain itu perbandingan RC rasio juga dilihat jika lahan tambak digunakan unutk budidaya ikan bandeng. Selanjutnya nilai RC
yang diperoleh dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sistem usaha tani ini menguntungkan secara ekonomi dan efisien dalam penggunaan
biaya tunai dan biaya total. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
IV. V.
VI.
VII. VIII.
Sumber : Penulis 2013
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Budidaya udang vaname tradisional di Kecamatan Pasekan
Analisis produksi dan pendapatan
Rekomendasi Faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produksi udang vaname mengestimasi model
dengan mengunakan Model Regresi Linier Berganda
dengan alat bantu software SPSS 16
Perbandingan analisis pendapatan dilihat dari modal usaha sendiri dan
pinjaman dengan pengukuran penerimaan, biaya, tingkat pendapatan,
dan RC rasio mengunakan analisis usaha tani dengan alat bantu software
Microsoft Office Excel 2007.
Modal usaha minim dan peminjaman modal
kepada tengkulak Produksi udang vaname
rendah 500 kghamusim tanam
Budidaya udang vaname yang terus meningkat di Indonesia
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data primer penelitian dilakukan di dua Desa, yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat pada usaha budidaya tambak udang vaname milik petambak, tambak udang vaname yang dikelola secara tradisional. Lokasi pengambilan data
dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa sentral penghasil udang vaname yang sebagian
petambak masih melakukan tambak udang secara tradisional, informasi kedua desa diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan
internet. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2013.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha
budidaya tambak udang, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area tambak udang Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Data primer yang
dikumpulkan meliputi pengunaan sarana produksi, biaya produksi yang dikeluarkan selama satu musim tanam, penerimaan usaha budidaya udang vaname
dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP, Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan literatur yang terkait dengan penelitian.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan responden sampel dilakukan dengan teknik Purposive sampling
, yaitu dilakukan dengan sengaja. Peneliti memilih pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan sebagai responden dalam
penelitian ini. Pengambilan responden di kedua desa dilakukan secara purposive sampling
sebanyak 39 responden yang membudidayakan udang vaname secara tradisional dan monokultur. Responden terdiri dari 21 pembudidaya dengan modal
sendiri mandiri dan 18 responden merupakan pembudidaya dengan modal
pinjaman kepada tengkulak. Jumlah 39 orang dianggap dapat mewakili keseluruhan pembudidaya udang vaname di kedua desa.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor produksi dan
pendapatan usaha pembudidaya udang vaname. Pengolahan data dengan mengunakan alat bantu yaitu software SPSS 16 dan
software
Microsoft Office Excel
2007. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis data ditunjukan pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks Analisis Data
No
Tujuan Penelitian Sumber Data
Analisis Data
1.
Menganalisis faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produksi budidaya tambak udang
vaname secara tradisional. Wawancara dengan
pembudidaya udang vaname di Desa
Karanganyar dan Desa Pagirikan
Estimasi model dengan mengunakan Model
Regresi Linier Berganda dengan alat bantu
software SPSS 16.
2.
Menganalisis perbandingan pendapatan petani usaha
budidaya tambak udang vaname tradisional dengan
modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak
Wawancara dengan pembudidaya udang
vaname di Desa Karanganyar dan
Desa Pagirikan Pengukuran penerimaan,
biaya, tingkat pendapatan, dan RC rasio
mengunakan analisis usaha tani dengan alat
bantu software Microsoft Office Excel
2007.
Sumber : Penulis 2013
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname
Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan digunakan model regresi linier
berganda. Model regresi linier berganda digunakan untuk menduga bagaimana pengaruh jumlah benur atau bibit yang digunakan, pakan, solar dan lamanya
periode pemeliharaan udang vaname terhadap produksi budidaya udang vaname