perawatan seperti perlakuan pada tambak intensif, sehingga tenaga kerja tidak begigu dibutukan atau jam kerja tenaga kerja pada tambak teadisional relatif
singkat. Ukuran tambak-tambak udang tradisional umumnya luas, atau lebih dari 1
hapetakan kolam. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan, biasanya pada umur 25 hari pemberian pakan
tambakan diberikan. Padat penebaran benur untuk tambak tradisional biasanya 10 000 - 70 000 ekorha atau 1-7 ekorm
2
. Produktivitas tambak tradisional hanya dapat menghasilkan 0,5-2 tonha permusim tanam.
2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname
Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor-faktor input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi,
faktor produksi pada budidaya udang vaname berupa benur, pakan, bahan bakan dan laman periode pemeliharan udang vaname. Benur merupakan bibit udang
yang akan dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan
alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak, bahan bakar berupa solar.
Sebagaian besar pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang secara tradisional mengelola tambak sendiri atau hanya dengan bantuan anggota
keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan ketika penamanenan udang vaname. Pemanenan udang dilakukan ketika umur udang sudah mencapai
satu bulan atau lebih.
2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang
Udang merupakan komoditas unggulan ekpor produk perikanan Indonesia. Udang vaname merupakan salah satu udang yang dibudidayakan di Indonesia dan
sebagai komoditas ekspor dan untuk pasar dalam negeri. Program revitalisasi tambak udang yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP sejak
tahun 2012, berhasil meningkatkan produksi udang secara signifikan. Untuk menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil
mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa
demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September
2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton.
Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak
demfarm . Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini
mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm.
Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan
Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga
mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang KKP, 2013.
Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya
Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard
garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014. Salah satu program
dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini
berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara tradisional agar produksi udang vaname lebih besar.
2.6. Penelitian Terdahulu
Arifianty 2008 melakukan penelitian optimalisasi produksi budidaya udang vanname di UD JHD kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian
total produksi udang vannamei yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 125 854.5 kg. Untuk menghasilkan udang tersebut, biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh UD JHD mencapai Rp 842 427 290. Penggunaan input produksi belum berada pada kondisi optimum. Berdasarakan kajian linier, penggunaan