Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN

KABUPATEN INDRAMAYU

YUNI KRISTINA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014 Yuni Kristina NIM H44090001


(4)

(5)

ABSTRAK

YUNI KRISTINA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan

Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh NOVINDRA.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang merupakan komoditas ekspor utama produk perikanan Indonesia. Udang vaname di Indonesia dibudidayakan secara intensif dan tradisional. Salah satu kawasan Indonesia penghasil udang vaname adalah Kabupaten Indramayu. Di Kecamatan Pasekan udang vaname banyak dibudidayakan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional dan menganalisis perbandingan pendapatan budidaya udang vaname berdasarkan sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi budidaya udang vaname(kg/Ha/musim tanam) adalah pakan (kg/Ha/musim tanam), solar (liter/Ha/musim tanam), dan periode pemeliharaan (hari/musim tanam). Berdasarkan analisis pendapatan didapatkan nilai R/C rasio > 1 untuk semua pembudidaya, baik pembudidaya dengan modal sendiri maupun pembudidaya peminjaman kepada tengkulak. R/C rasio pembudidaya modal sendiri lebih kecil jika dibanding pembudidaya dengan modal pinjaman dari tengkulak, sehingga pembudidaya modal pinjaman lebih efisien. Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang vaname, pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang vaname. Sesuai dengan program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu mengenai penyuluhan, pengarahan mengenai penambahan pengunaan pakan, solar, dan pemeliharaan dalam usaha budidaya udang vaname dapat dilakukan secara intensif. Kerjasama antara penyuluh dari dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal pengunaan input produksi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi udang vaname ditingkat pembudidaya. Kata kunci: analisis pendapatan (R/C), faktor produksi, tambak tradisional, udang


(6)

Income of Vannamei Shrimp Fishpond in Pasekan Subdistrict, Indramayu Regency. Supervised NOVINDRA.

Vannamei Shrimp (Litopeanus vannamei) is one of shrimp variety that cultivated in Indonesia. Shrimp is the main export commodity of fishery production in Indonesia. In this country, Vannamei Shrimp is cultivated intensively and traditionally. One of productive regional that yields Vannamei Shrimp is in Indramayu Regency. In one of Subdistrict of Indramayu, Pasekan, Vannamei Shrimp are most traditionally cultivated. The aims of this research are the production factors that have influences toward Vannamei Shrimp fishpond’s production and to analyze the ratio of Vannamei Shrimp fishpond’s income based on the capital finance sources, theyare personal capital finance and capital finance that debt from middleman. Based on the double linier regretion estimate, the factor that influence Vannamei Shrimp fishpond’s production are feed (kilograms), fuel (liter), and the period of cultivation (days). According to the income analysis, in found that the value of R/C ratio > 1 for all cultivations, either of cultivation by personal capital finance or cultivation by personal capital finance or cultivation whit financial source by lending from middleman. The R/C ratio value of farmers who cultivate shrimp by their one capital finance are smaller than farmers who get their capital finance fram middleman. It means that farmwe who use financial from middleman are more afficient. Based on the results of research, to increase production Vannamei Shrimp,increase the use of feed vaname, solar and duration of maintenance Vannamei Shrimp. In accordance with the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu Regency regarding counseling, guidance regarding the use of the addition of feed, fuel, and period of cultivation in Vannamei Shrimp can be intensively. Cooperation between the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu District to middleman in terms of the use of production inputs can be done to increase the production level Vannamei Shrimp cultivators.

Keyword: income analysis, production factor, traditionally fishpond, Vannamei Shrim


(7)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN

KABUPATEN INDRAMAYU

YUNI KRISTINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu

Nama : Yuni Kristina NIM : H44090001

Disetujui oleh

Novindra, S.P., M.Si Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan baik bantuan dan dukungannya kepada:

1. Keluarga tercinta atas doa, dukungan, dan kasih saying selama ini, untuk Mamak (Yustina Rustiyem), Bapak (Robertus Bejo), Mas Yulius Minarso, dan Mbak Tabitha Dwi Parwati.

2. Bapak Novindra, SP., M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan semangat, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nuva, SP, M.Sc atas ketersedian menjadi dosen penguji, terima kasih atas kritik dan sarannya.

4. Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen, dan staf di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

5. Ibu Tosiba, Mbak Fenta, dan Pak Ari, dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Bapak dan Ibu pembudidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan atas ketersediaan waktu dan informasinya, terutama kepada Pak Idris dan sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data dan tempat tinggal selama pengambilan data di lokasi penelitian.

6. Teman-teman satu bimbingan, buat Naelis, Rere, Fitri, Intan, Astari, Alfi, Reina, Diena, dan Anggi.

7. Embet, Putri, Laila, Cimi, Sarah, Nissa, Chara dan temen-teman ESL 46 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaanya dan dukungannya selama ini. Teman-teman di KeMaKI terima kasih buat Amel, Eta, Vinsen, Wiwik dan teman-teman lainnya khususnya KeMaKI 46.

8. Penghuni Pondok Emperor 103, terutama kepada Ibu Kost (Uti dan Mbak Eni), Evi, Tata, dan Firaz, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, terima kasih.

Bogor, Mei 2014 Yuni Kristina


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Udang Vaname ... 8

2.2. Usaha Budidaya Tambak ... 10

2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak ... 11

2.2.2. Kontruksi Tambak ... 11

2.2.3. Persiapan Tambak... 12

2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional ... 12

2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ... 13

2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang ... 13

2.6. Penelitian Terdahulu ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka PemikiranTeoritis ... 19

3.1.1. Konsep Usaha Fungsi Produksi ... 19

3.1.2. Konsep Usahatani ... 20

3.1.2.1. Biaya Usahatani ... 21

3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani ... 21

3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C) ... 21

3.2.Kerangka Pemikiran Oprasional ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.2. Jenisd an Sumber Data... 24

4.3. Metode Pengambilan Sample ... 24

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ... 25

4.4.1.1. Spesifikasi Model ... 26

4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model... 26

4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan ... 32


(14)

5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian ... 35

5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan ... 36

5.4. Karakteristik Responden Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan ... 36

5.4.1. Jenis Kelamin ... 36

5.4.2. Tingkat Umur ... 37

5.4.3. Tingkat Pendidikan ... 37

5.4.4. Jenis Pekerjaan ... 38

5.4.5. Luas Tambak ... 38

5.4.6. Kepemilikan Lahan Tambak ... 39

5.4.7. Pengalaman Menambak ... 39

5.4.8. Modal Usaha ... 40

5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ... 40

5.5.1. Sistem Budidaya ... 41

5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname ... 41

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME ... 44

6.1. Uji Ekonomi ... 44

6.2. Uji Statistika ... 47

6.3. Uji Ekonometrika ... 47

VII. ANALISIS PENDAPATAN BUDIDAYA UDANG VANAME MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ... 49

7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname ... 50

7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan R/C Rasio ... 52

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

8.1. Simpulan ... 56

8.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61


(15)

DAFTAR TABEL

1 Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama tahun 2007- 2011 (1 000 US$)... ... 1 2 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010

(Ton) ... 3 3 ProduksiBudidayaTambakUdangVaname di Indonesia Menurut

PropinsiTahun 2011 ... 3 4 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010

(Ton) ... 4 5 Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011 ... 4 6 Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun

2006-2011 (Ton) ... 9 7 Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008-

2011 (Ton) ... 10 8 Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan

Penelitian yang akan dilakukan ... 18 9 Matriks Analisis Data ... 25 10 Jenis Kelamin Responden Pembudidaya Tambak Udang Vaname di

Lokasi Penelitian ... 37 11 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi

Penelitian ... 37 12 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat

Pendidikan di Lokasi Penelitian ... 38 13 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan

Utama di Lokasi Penelitian ... 38 14 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas Lahan di

Lokasi Penelitian ... 39 15 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan

Lahan Lokasi Penelitian ... 39 16 Sebaran Pembudidaya Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi

Penelitian ... 40 17 Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha di

Lokasi Penelitian ... 40 18 Hasil Estimasi Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ... 44 19 Pengunaan Input dan Output Produksi Pembudidaya Modal Sendiri dan


(16)

21 Perbandingan Total Biaya Budidaya UdangVaname/Hektar/Musim

Tanam ... 51

22 Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-Rata dan R/C Rasio Usaha Budidaya Tambak Udang dan Ikan Bandeng ... 52

23 Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/bulan. 53 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011 ... 63

2 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (ANOVAb) ... 64

3 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang (Model Summary) ... 64

4 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients) ... 64

5 Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname (One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) ... 65

6 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model Summary abs_res) ... 65

7 Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname (Coefficientsa) ... 65

8 Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname ... 66

9 Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname ... 67

10 Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim) ... 68

11 Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman kepada Tengkulak (Rp/Ha/Musim) ... 69


(17)

(18)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal pengembangan industri perikanan baik untuk tujuan ekspor maupun untuk memenuhi gizi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor perikanan. Pada tahun 2011 sumbangan subsektor perikanan sebesar 2.19%, dibawah subsektor tanaman pangan dan hortikultura (6.22%) dan mengungguli subsektor kehutanan (0.70%), peternakan (1.62%), dan perkebunan (1.98%).

Udang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia di sektor perikanan. Untuk nilai ekspor produk perikanan sendiri udang menyumbang angka terbesar. Pada Tabel 1 dapat dilihat tahun 2006-2011 rata-rata kontribusi nilai ekspor udang Indonesia menunjukan nilai yang terbesar dibandingkan produk ekspor perikanan lainnya, yaitu sebesar 40.74%.

Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama Tahun 2007-2011 (1 000 US$)

Komoditi Tahun

Rata-Rata Kontribusi

(%)

2007 2008 2009 2010 2011

Udang 1 029 935 1 165 293 1 007 481 1 056 399 1 309 674 40.74 Tuna,

Cakalang Tongkol

304 348 347 189 352 300 383 230 498 591 13.63 Ikan

Lainnya 568 420 734 392 723 523 898 039 1 100 576

28.86 Kepiting 179 189 214 319 156 993 208 424 262 321 7.39 Lainnya 177 028 238 490 225 904 317 738 349 930 9.37 Total 2 258 920 2 699 683 2 466 201 2 863 830 3 521 092 100.00 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)

Menurut data statistik konsumsi ikan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 2006 konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk Indonesia adalah 25.03 kg dan tahun 2011 konsumsi ikan per kapita per tahun 31.64 kg. Konsumsi ikan termasuk didalamnya udang, jadi peluang pasar untuk udang cukup menjanjikan (BPS, 2012).


(19)

2

Indonesia menempati posisi keempat di dunia berada di bawah China, Thailand, dan Vietnam sebagai negara yang terbanyak dalam hal produksi komoditas udang. Produksi udang China pada 2010 diperkirakan sebanyak 1.3 juta ton, Thailand 560 ribu ton, dan Vietnam 370 ribu ton dan Indonesia sebesar 350 ribu ton. Indonesia pada 2008 pernah mencapai ranking tiga dunia dengan produksi udang 410 ribu ton dan total ekspor mengalami kenaikan hingga 21%. Indonesia telah berupaya meningkatkan jumlah ekspor dengan membuka peluang komoditas tersebut ke sejumlah negara sasaran baru antara lain Rusia, Arab Saudi, dan Kanada (Okezone.com, 2011).

Udang dihasilkan dari kegiatan penangkapan dan budidaya, pada kurun waktu 2000-2004, produksi dari kegiatan penangkapan meningkat sebesar 7% dan budidaya dari budidaya meningkat 28%, dengan demikian produksi udang dari kegiatan budidaya semakin besar peranannya. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi usaha budidaya udang pada lahan baru yang berpotensial, revitalisasi tambak yang terbengkalai, dan melakukan pembudidayaan udang jenis unggul, yaitu jenis udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan yang relatif pendek. Selain bertujuan meningkatkan produksi, revitalisasi tambak juga bertujuan untuk membangkitkan usaha budidaya tambak, memanfaatkan lahan tambak yang terbengkalai dan membuka lapangan kerja (Purnomo dan Siti, 2007).

Udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis udang vaname dan udang windu. Udang Windu banyak dibudidayakan secara tradisional akan tetapi lebih rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan yang lambat dibandingkan udang vaname. Udang vaname telah berhasil dibudidayakan dengan menerapkan teknologi intensif maupun secara tradisional atau tradisional modern, sedangkan udang windu masih dibudidayakan dengan menggunakan teknologi sederhana atau tradisional. Udang vaname termasuk dalam konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data pada Tabel 2, terjadi peningkatan produksi udang hasil budidaya. Berdasarkan varietas, sampai dengan tahun 2006 produksi udang windu mengalami mengalami masih peningkatan, tetapi sejak tahun 2007 produksi udang vaname telah melampaui produksi udang windu.


(20)

Tabel 2. Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010 (Ton) Tahun Udang Windu Udang Putih Udang Vannamei Udang Api-Api Udang Lainnya

2000 93 759 28 965 - 20 453 -

2001 103 603 25 862 - 19 093 -

2002 112 840 24 708 - 21 634 -

2003 133 836 35 249 - 22 881 -

2004 131 399 33 797 53 217 19 928 -

2005 134 682 27 088 103 874 13 731 -

2006 147 867 36 187 141 649 - -

2007 133 113 16 995 179 966 - -

2008 134 930 - 208 648 - 66 012

2009 124 564 22 365 170 971 - 32 549

2010 125 519 16 424 206 578 - 30 804

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya (dalam Juarno, 2012)

Udang vaname banyak dibudidayakan oleh petani tambak udang di Indonesia karena udang vaname memiliki sejumlah keunggulan. Keungulan yang dimiliki udang vaname antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat, rata-rata 30-120 hari per siklus, udang vaname juga hemat pakan (Haliman dan Adijaya, 2005).

Tabel 3. Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname di Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2011

Provinsi Jumlah (Ton) Persentase kontribusi (%)

Sumatera Utara 19 438 7.89

Sumatera Selatan 41 309 16.76

Lampung 44 161 17.92

Jawa Barat 30 600 12.42

Jawa Timur 35 058 14.23

Nusa Tenggara Barat 43 077 17.48

Kalimantan Barat 5 272 2.14

Sulawesi Tenggara 13 056 5.30

Lainnya 1 985 5.86

Total 246 419 100.00

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil udang vaname yang cukup besar. Pada tahun 2011 Jawa Barat menghasilkan lebih dari 30 000 ton udang vaname hasil budidaya tambak, dapat dilihat pada Tabel 3. Petambak


(21)

4

udang vaname di Jawa Barat pada tahun 2010 sudah mulai menerapkan budidaya tambak dengan teknik insentif.

Tabel 4. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Udang Vaname Kabupaten/Kota Jawa Barat (Ton) Tahun 2009-2012

Kabupaten/Kota

Tahun Rata-Rata

Kontribusi (%) 2009 2010 2011 2012*

Kab. Ciamis 0.00 701.81 450.00 450.00 1.45 Kab. Tasikmalaya 13.20 20.57 29.31 32.72 0.17 Kab. Garut 192.98 131.02 147.43 192.14 1.83 Kab. Cianjur 0.00 33.65 192.00 106.00 0.28 Kab. Sukabumi 780.00 543.40 553.90 577.39 7.22 Kab. Subang 150.00 174.72 620.42 715.70 2.39 Kab. Indramayu 2 263.97 18 386.06 23 710.05 22 790.37 73.61 Kab. Cirebon 0.00 5 223.66 4 777.51 4 669.75 13.05 Total 3 400.15 25 214.89 30 480.62 29 534.07 100.00 *Angka Sementara

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat (2013)

Kabupaten Indramayu adalah penghasil udang vaname terbesar di Jawa Barat (Tabel 4). Kontribusi produksi udang vaname Indramayu di Jawa Barat mencapai 73.61%. Produksi udang vaname di Indramayu besar karena 11 kecamatan di Indramayu berada dipesisir dan merupakan wilayah yang berpontesi sebagai area budidaya tambak. Udang vaname merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan dipesisir Indramayu selain ikan bandeng.

Tabel 5. Luas Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011

Kecamatan Luas (Ha) Persentase Kontribusi (%)

Krangkeng 1 181.00 5.29

Pasekan 5 059.00 22.66

Sindang 1 109.00 4.97

Cantigi 6 595.11 29.55

Arakan 1 038.50 4.65

Indramayu 1 654.46 7.41

Lohsarang 4 595.00 20.59

Lainnya 1 089.74 4.88

Total 22 321.81 100.00

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2012

Dapat dilihat pada Tabel 5, kontribusi luas tambak kecamatan Pasekan menyumbang 22.66% dari jumlah seluruh tambak yang ada di Kabupaten Indramayu. Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa tambak di


(22)

Kecamatan Pasekan, hampir sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan petani tambak, petani tambak ikan, udang dan petani tambak polikultur (tumpang sari antara tambak bandeng dan udang).

1.2. Perumusan Masalah

Sebagian tambak udang di daerah pantura termasuk kawasan pesisir Kabupaten Indramayu menjadi salah satu kawasan revitalisasi. Revitalisasi tambak bertujuan untuk meningkatkan produksi tambak udang, peningkatan produksi udang dapat dilakukan dengan menerapkan teknik intensif.

Budidayakan udang vaname secara tradisional tetap menjadi pilihan petambak udang dengan skala modal dan usaha kecil karena budidaya udang secara intensif membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pembudidaya tambak udang secara tradisional hanya mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit udang, pembudidaya udang tradisional sebagian juga tidak membeli kualitas benur yang bagus. Pemberian pakan pada tambak tradisional juga diberikan ketika umur udang memasuki umur 25 hari, karena masih tersedianya pakan dari alam, hal ini dimaksud untuk menekan biaya produksi karena produksi tambak tradisional jauh dibanding tambak intensif.

Pengelolaan tambak udang vaname secara tradisional lebih sederhana dibandingkan dengan pengelolaan tambak intensif. Pada budidaya tambak intensif, pakan, probiotik, padat tebaran benur, bahan bakar, pasokan listrik sebagai pengerak kincir sangat dibutuhkan, sedangkan budidaya udang vaname tradisional probiotik dan kincir tidah dibutuhkan, bahkan ada pembudidaya udang vaname yang tidak memberikan pakan. Pembudidaya tambak tradisional rata-rata merupakan petambak dengan modal kecil yang dilakukan oleh perorangan.

Udang vaname dapat dibudidayakan secara tradisional. Bahkan membudidayakan udang vaname secara tradisional dapat menghasilkan ukuran panen udang vaname yang lebih besar sehingga harga per kilo gram udang vaname menjadi lebih mahal, semakin besar ukuran udang ketika dipanen harga jual udang semakin mahal. Luas area pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar 360 000 hektar, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu dan mengelola tambak secara tradisional (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012).


(23)

6

Udang vaname merupakan udang yang banyak dibudidayakan oleh pembudidaya udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan di Kecamatan Pasekan. Pembudidaya membudidayakan Udang vaname bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Sebagian besar pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan mengelola tambak udang secara tradisional, hal ini disebabkan minimnya modal yang dimiliki oleh petambak. Produksi udang vaname dengan sistem tradisional bisa mencapai 835–1 050 kg/ha/musim tanam (KKP, 2012) sedangkan di tempat penelitian produksi udang vaname masih rendah yaitu rata-rata kurang dari 500 kg/ha/musim tanam.

Keterbatasan modal yang dimiliki untuk biaya produksi menyebabkan banyak petambak yang mengunakan sistem peminjaman modal kepada tengkulak. Peminjaman modal usaha yang diperoleh dari tengkulak memiliki konsekuensi, yaitu harga bahan (benur, solar, pakan dan obat-obatan) lebih tinggi dari harga di pasar. Dengan skala usaha kecil, modal yang kecil dan sistem budidaya tambak udang vaname yang dilakukan secara sederhana apakah pembudidaya udang di kedua desa ini menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional?

2. Bagaimana perbandingan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname secara tradisional oleh pembudidaya dengan modal sendiri dan pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, ada beberapa tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional.

2. Menganalisis perbandingan pendapatan petani usaha budidaya tambak udang vaname tradisional dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk banyak pihak, antara lain:

1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat khususnya dibidang ekonomi pertanian, meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis dalam menganalisis faktor-faktor dan analisis pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname .

2. Bagi pengusaha dan pembudidaya tambak udang, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam hal pengunaan input produksi budidaya tambak udang vaname dan pertimbangan pembudidaya tambak dalam hal peminjaman modal demi tercapainya usaha budidaya tambak udang yang lebih menguntungkan.

3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian bisa menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan pengembangan budidaya udang vaname khususnya, serta pengembangan budidaya tambak udang dan ikan pada umumnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pengambilan data primer dilakukan di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Komoditas yang diteliti adalah udang vaname yang dibudidayakan secara tradisional dengan masa pemeliharaan 1-3 bulan. Tambak tradisional dalam penelitian ini bukan sepenuhnya tambak yang mengandalkan dari alam saja, karena sudah ada perlakukan penambahan tambahan pakan untuk udang. Responden dalam penelitian ini merupakan pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang dengan periode pemeliharan udang vaname dari Januari sampai dengan Juni 2013. Pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan pembudidaya yang membudidayakan udang dengan sumber modal sendiri dan dipinjam kepada tengkulak. Peminjaman modal kepada tengkulak berupa bibit, pakan, solar, dan obat-obatan. Analisis pendapatan budidaya tambak udang vaname dibedakan berdasarkan sumber modal usaha, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman kepada tengkulak.


(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petani tambak berminat untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat, masa pemeliharaan 60-110 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012). Menurut (Haliman, 2005) taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata Infraorder : Peneidea

Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Morfologi udang vaname terdiri atas kepala udang vaname terdiri atas antenula, antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Abdomen terdiri dari dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat-sifat penting udang vaname adalah sebagai berikut : aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaransalinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continousfeeder), menyukai hidup didasar tambak (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreseptor).

Udang vaname diintroduksi ke Indonesia pada tahun 2000 dari Hawai (Amerika Serikat). Udang vaname merupakan udang asli perairan Hawai dan


(26)

Amerika Selatan. Udang vaname telah berhasil dikembangkan di beberapa negara Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Indonesia. Menurut Ghufran (2011), Udang vaname memiliki beberapa keunggulan , yaitu:

1. Pakan yang diberikan kandungan proteinya lebih rendah dibanding dengan pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah.

2. Produktivitasnya tinggi, karena tinggkat kematian rendah, atau tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, yaitu mencapai 90%.

3. Lebih mudah dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu. 4. Waktu pemeliharaan relatif lebih pendek.

5. Relatif lebih tahan penyakit dibandingkan udang jenis lain.

6. Pertumbuhan cepat hingga mencapai size 20, pertumbuhan per minggu bisa mencapai 3 gram meski kepadatan mencapai 100ekor/m2.

7. Tahan hidup pada kisaran salinitas yang luas dan bisa hidup dengan baik pada salinitas rendah.

8. Induknya dapat didomestikasi.

9. Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggi kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi, sehingga rasa dagingnya manis.

Perkembangan produksi udang vaname di Jawa Barat juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pada Tabel 6, produksi udang vaname tahun 2006 hanya 1 290 ton dan pada tahun 2011 produksi udang vaname paling besar dibandingkan produksi udang jenis lain. Udang windu yang dulu banyak dibudidayakan oleh petani tambak, saat ini di Jawa Barat produksi udang windu dibawah udang vanname.

Tabel 6. Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun 2006-2011 (Ton)

Tahun

Jenis Udang 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Udang Windu 14 248 15 953 17 981 18 881 19 371 25 935 Udang Vaname 1 290 1 366 3 451 3 428 25 353 30 600 Udang putih 11 563 4 716 6 829 5 326 3 715 -

Udang lainnya - 8 116 8 053 - 4 982 -


(27)

10

2.2. Usaha Budidaya Tambak

Menurut Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak air payau tapi juga budidaya di laut dan jaring apung di waduk atau danau. Tambak adalah membendung air dengan pemantang sehingga air terkumpul pada suatu tempat dan dijadikan tempat memelihara ikan, udang atau hewan laut lainnya.

Produksi perikanan budidaya di Jawa Barat menurut data statistik dinas perikanan dan kelautan Jawa Barat dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.39%. Peningkatan perikanan budidaya dikarenakan seiring meningkatnya permintaan pasar seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Tambak merupakan salah satu budidaya perikanan di Jawa Barat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi, rata-rata kenaikan produksi perikanan hasil budidaya tambak dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah sebesar 24,45% dibawah kenaikan rata-rata perikanan budidaya kolam darat.

Tabel 7. Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008 - 2011 (Ton)

Sub Sektor Tahun Rata-Rata laju

Kenaikan (%)

2008 2009 2010 2011

Budidaya laut 11 522.61 8 422.45 8 260.59 8 001.74 (10.65) Tambak 102 293.33 126 464.36 170 805.96 195 875.29 24.45 Kolam 137 635.09 151 207.36 233 891.11 283 861.52 28.63

Karamba 922.50 225.08 346.10 491.27 6.70

Sawah 23 309.25 31 885.70 32 436.80 25 567.43 5.78 KolamAir Deras 10 669.45 9 320.74 11 476.51 13 431.42 9.17 Jaring Apung 147 422.75 135 020.20 157 195.10 185 413.46 8.65 Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012

Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, rumput laut, rajungan, kepiting, udang laut, dan hewan laut lainnya yang dapat hidup di air payau. Pada tambak tradisional air yang masuk kedalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang. Keberhasilan usaha pertambakan sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan lokasi. Lokasi tambak harus menjanjikan masa depan yang baik untuk


(28)

budidaya secara berkelanjutan. Untuk memperoleh lokasi yang tepat bagi usaha ini, perlu memperhatikan faktor teknis, ekonomi dan sosial (Sudarmo, 1992).

Udang vaname merupakan salah jenis hasil perikanan budidaya tambak di Jawa Barat. Budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, semi-intensif, intensif dan super intensif. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tambak udang vaname secara tradisional, semi-intensif, intensif maupun super insentif adalah sebagai berikut:

2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vaname harus memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun nonteknis. Persyaratan lokasi tambak udang vaname secara teknis sabagai berikut:

1. lokasi di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter. 2. Jenis tanah sebaiknya liat berpasir unutk menghindari kebocoran air. jenis

tanah gambut akan menyebabkna pH air menjadi asam.

3. Mempunyai sumber air tawar dengan debit dan kapasitas yang cukup besar sehingga kebutuhan air tawar terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus diganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt.

4. Lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai.

Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak yang mendukung produksi tambak udang vannamei sebagai berikut:

1. dekat dengan produsen benih udang vaname. 2. Dekat dengan sumber tenaga kerja.

3. Dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan bahan pokok untuk produksi udang.

4. Lokasi bisa dijangkau oleh saluran listeri atau penerangan dan alat komunikasi.

2.2.2.Kontruksi Tambak

Kontruksi tambak menjadi faktor yang sangat diperlukan. Terutama untuk tambak intensif dan super intensif, tetapi tambak tradisional juga harus


(29)

12

memperhatikan bentuk kedalaman dan saluran pembuangan. Kedalaman dan saluran pembungan yang diajurkan adalah sebagai berikut:

1. Bentuk petakan yang idelal yaitu bujur sangkar dengan ukuran disesuaikan. 2. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei sekitar

150-180 cm.

3. Saluran air tambak budidaya udang vaname terdiri dari dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran keluar. Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah saluran air keluar.

4. Saluran pembungan tengah berfungsi membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam.

2.2.3. Persiapan Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), persiapan tambak baru dilakukan dengan membuang semua jenis kotoran yang membahayakan kelangsungan hidup udang, diantaranya lumpur hitam yang terbentuk dari sisa pakan dan bahan lain yang tidak terdekomposisi secara sempurna. Jika tambak yang akan digunakan merupakan tambak yang sebelumnya merupakan tambak yang digunakan budidaya udang vaname makan yang harus dilakukan adalah membersihkan dan pengeringan tambak dengan bantuan sinar matahari. Pembersihan dilakukan dengan membuang lumpur dan sampah.

Sarana pendukung pada yang digunakan pada budidaya tambak udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) yang harus dilakukan pengecekan setiap akan dilakukan penebaran benih adalah tutup filter, jala pada saluran masuk dan keluar air, paku atau pengunci, pemeriksaan instalansi kincir air dan pompa.

2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional

Tambak ekstensif atau tambak tradisional merupakan cara budidaya perikanan tambak yang dilaukan secara tradisional tanpa atau hanya sedikit dengan mengunakan teknologi modern. Pemilik tambak tradisional sebagian besar adalah petani tambak kecil dengan modal dan biaya produksi yang rendah. produksi atau output yang dihasilkan sangat tergantung dengan alam, keadaan iklim dan cuaca. Tambak tradisional tidak memerlukan pemupukan sebelum tambak digunakan. Budidaya udang secara tradisional tidak memerlukan


(30)

perawatan seperti perlakuan pada tambak intensif, sehingga tenaga kerja tidak begigu dibutukan atau jam kerja tenaga kerja pada tambak teadisional relatif singkat.

Ukuran tambak-tambak udang tradisional umumnya luas, atau lebih dari 1 ha/petakan kolam. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan, biasanya pada umur 25 hari pemberian pakan tambakan diberikan. Padat penebaran benur untuk tambak tradisional biasanya 10 000 - 70 000 ekor/ha atau 1-7 ekor/m2. Produktivitas tambak tradisional hanya

dapat menghasilkan 0,5-2 ton/ha permusim tanam.

2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname

Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor-faktor input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi, faktor produksi pada budidaya udang vaname berupa benur, pakan, bahan bakan dan laman periode pemeliharan udang vaname. Benur merupakan bibit udang yang akan dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak, bahan bakar berupa solar.

Sebagaian besar pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang secara tradisional mengelola tambak sendiri atau hanya dengan bantuan anggota keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan ketika penamanenan udang vaname. Pemanenan udang dilakukan ketika umur udang sudah mencapai satu bulan atau lebih.

2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang

Udang merupakan komoditas unggulan ekpor produk perikanan Indonesia. Udang vaname merupakan salah satu udang yang dibudidayakan di Indonesia dan sebagai komoditas ekspor dan untuk pasar dalam negeri. Program revitalisasi tambak udang yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2012, berhasil meningkatkan produksi udang secara signifikan. Untuk menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa


(31)

14

demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September 2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton.

Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak demfarm. Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm. Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang (KKP, 2013).

Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014). Salah satu program dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara tradisional agar produksi udang vaname lebih besar.

2.6. Penelitian Terdahulu

Arifianty (2008) melakukan penelitian optimalisasi produksi budidaya udang vanname di UD JHD kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian total produksi udang vannamei yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 125 854.5 kg. Untuk menghasilkan udang tersebut, biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh UD JHD mencapai Rp 842 427 290. Penggunaan input produksi belum berada pada kondisi optimum. Berdasarakan kajian linier, penggunaan


(32)

input optimum untuk benih sebesar 7 830 667 ekor, 204 387.7 kg pakan, 25 170.9 kg kapur, 503.4 kg pupuk, 75.5 kg vitamin, 683.4 kg probiotik, 4 279.1 kg obat, 1 258.5 jam kerja panen, 104 459.2 liter solar dan 1 200 liter bensin. Dengan penggunaan input produksi bedasarkan hasil kajian linier, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 403 220 000. Dengan demikian, besarnya biaya yang dapat dihemat oleh UD JHD dalam memproduksi udang vannamei sebesar 125 854.5 kg adalah Rp 439 207 294. kajian linier menunjukan bahwa alokasi pembiayaan produksi setiap petak tambak belum optimal, hal ini ditunjukan dari harga bayangan yang sama dengan nol.

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2007), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani udang windu di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara dan mengevaluasi apakah budidaya udang di tambak di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang. Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa seluruh pendapatan petani udang di Desa Sepatin adalah Rp 5 798 235 667 permusim tanam. Berdasarkan analisis biaya rasio pendapatan itu menunjukkan bahwa nilai RCR > 1, yang berarti produksi udang windu di daerah penelitian menguntungkan. Analisis Cobb Douglas menunjukkan bahwa model estimasi fungsi produksi adalah Y= 2.645X10.746. X2-5.10E-02. X30.197.

X4-4.46E-02, variabel-variabel bebas (luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga

kerja dan lama usaha) terhadap variabel tidak bebas (produksi) secara simultan dalam model diketahui dengan mengunakan teknik analis ragam(ANOVA).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai September 2011 di Usaha tambak udang Kurnia Subur kabupaten Takalar. Bertujuan untuk Menganalisis keuntungan dan manfaat serta kelayakan suatu usaha udang vannamei (Litopaneaus Vannamei) pada tambak Intensif. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Sensus. Sampel yang diambil berjumlah 26 orang. Hasil penelitian Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial dengan criteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp 1 795 791 822, lebih besar dari Nol, Net B/C sebesar 1.18% lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26% (lebih besar dari


(33)

16

tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan.

Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand (Wattanutchariya dan Panayotou, 1981). Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menentukan keuntungan pemeliharaan lele yang dihubungakan dengan besaran usahatani (budidaya intensif dan ekstensif) di dua propinsi yaitu Propinsi Suphan Buri (budidaya intensif) dan Propinsi Nakhon Nayoh (budidaya ekstensif). Berdasarkan hasil penelitian penerimaan keuntungan tiap kilogram di Nakhon Nayok lebih tinggi dari pada di Suphan Buri. Tapi keuntungan tiap satuan tanah lebih tinggi di Suphan Buri, 26.50 baht/m2 dibandingkan dengan di Nakhon

Nayok yaitu 20.72 bath/m2. Biaya untuk tiap meter persegi di Suphan Buri lebih

dua kali dari biaya di Nakhon Nayok tiap meter perseginya, tetapi biaya tiap satuan keluaran hanya sedikit lebih tinggi, di Suphan Buri yang menerapkan budidaya intensif sebesar 16.66 bath/kg dan di Nakhon Nayok dengan teknik ekstensif 14.9 bath/kg, oleh karena itu lebih murah menghasilkan satu kilogram lele dengan cara budidaya ekstensif.

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) adalah melihat faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produktivitas tambak, sedangkan peubah bebasnya adalah faktor-faktor status pembudidaya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri dari 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim, produksi merupakan total produksi yaitu produksi udang windu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan. Pada penelitian ini total ada 79 peubah dan hanya 37 peubah yang secara nyata dapat digunakan unutk memprediksi produktivitas tambak.

Penelitian yang dilakukan oleh Juarno pada tahun 2011 mengkaji produktivitas dan faktor yang mempengaruhi terhadap Total Factor Produktivity (TFP) tambak udang di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan udang tambak Indonesia periode 1989-2008 lebih karena pertumbuhan input/faktor produksi bukan karena pertumbuhan TFP. TFP berfluktuasi


(34)

disebabkan belum berhasil diatasinya permasalahan penyakit. Hasil konfirmasi pada tingkat lapang menggunakan data primer dari 163 petak tambak menunjukkan bahwa serangan penyakit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TFP. Intensifikasi, benur bersertifkat, dan lamanya pendidikan berkorelasi positif, akan tetapi kondisi riil Indonesia berbeda yaitu mayoritas tambak dikelola secara non intensif. Studi ini juga menunjukkan bahwa luas pengusahaan dan sistem kerjasama antara pembudidaya dengan lembaga pemasaran lainnya berpengaruh negatif terhadap TFP. Terkait dengan hal itu, pemerintah perlu memprioritaskan meningkatkan produktivitas dengan mengatasi serangan penyakit melalui penambahan anggaran riset bidang penyakit, penyediaan benur bermutu, peningkatan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, diperlukan regulasi dalam hal pengaturan pola tanam dengan penggantian species yang dapat memutus rantai penyakit. Disamping itu, direkomendasikan agar mengurangi padat penebaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Poetry (2011) bertujuan untuk menganalisis perbandingan efisiensi usahatani, mengestimasi perbandingan pendapatan, serta mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah efisiensi usahatani, analisis pendapatan usahatani, dan analisis regresi. Penelitian ini membandingkan biaya dan pendapatan usahatani padi organik dan padi anorganik pada satu musim tanam periode September-Desember 2010 per hektar. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa usahatani organik lebih efisien dari segi biaya dan pendapatan, nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi organik adalah sebesar 5.87, sedangkan R/C rasio atas biaya total usahatani padi anorganik sebesar 3.43. R/C rasio atas biaya tuni dari usahatani padi organik dan anorganik masing-masing 5.96 dan 3.47. Hasil pendapatan menujukan bahwa pendapatan total rata-rata usahatani padi organik lebih besar dari usahatani padi anorganik, yaitu masing-masing sebesar Rp 7.90 juta dan Rp 6.81 juta. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi organik adalah produksi gabah organik dan harga gabah organik. Pada usahatani padi anorganik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biayanya


(35)

18

adalah jumlah pupuk urea, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pestisida kimia. Pada udahatani padi organik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah biaya tenaga kerja dan produksi gabah anorganik.

Tabel 8. Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Dilakukan

No Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Arifianty, S dkk

(2008)

Optimalisasi Input Produksi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada UD Jasa Hasil Diri(JHD) Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

Komoditas yang diteliti Tujuan penelitian, tempat pengambilan data primer

2. Heru Susilo (2007)

Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Komoditas, tujuan Penelitian

Tempat penelitian, skala penelitian

3. Lawaputri, Andi Tenri (2011)

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopaneaus vannamei) pada Tambak Intensif di Kabupaten Indramayu

Komoditas penelitian

Metode penelitian

4 Sarun

Wattanutchariya dan Theodore Panayotou (1981)

Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand

Tujuan Penelitian

Komoditas penelitian

5 Akhmad Mustafa dan Erna Ratnawati (2007)

Faktor-Faktor Dominan yang mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan

Tujuan penelitian Tempat penelitian, alat analisis

6 Ono Jurno (2011)

Kinerja Produktivitas dan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Total Factor Productivity (TFP) Tambak Udang Indonesia

Tujuan penelitian Cangkupan wilayah penelitian

7 Antari Poetryani (2011)

Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan Anorganik

Tujuan penelitian mengenai analis perbandingan pendapatan

Komoditas penelitian


(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain konsep fungsi produksi konsep usahatani, konsep biaya usaha tani, konsep pendapatan usahatani dan konsep pengukuran keuntungan.

3.1.1. Konsep Fungsi Produksi

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa sering disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan adalah output produksi dan variabel yang menjelaskan adalah output produksi. Fungsi produksi yang baik mempunyai dasar yang logis dan dapat dijelaskan, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 1990):

Yi = f(Xi1,Xi2,...Xin)

Keterangan :

Yi = Output produksi sampel ke-i

Xi1,Xi2,...Xin = Input ke-1 sampai ke-n yang digunakan dalam proses

produksi sampel ke-i

Fungsi produksi telah dikenal dan digunakan dalam berbagai penelitian, tetapi yang umum digunakan fungsi linier terdiri atas fungsi produksi linier sederhana dan berganda. Perbedaan terletak pada jumlah variabel X yang dipakai dalam model. Fungsi produksi linier dikatakan sederhana jika di dalam model hanya terdiri atas satu input variabel X. Pengunaan fungsi produksi linier sederhana banyak dipakai unutk menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan hubungan dua variabel. Funsi produksi linier sederhana sering digunakan karena analisanya dengan mudah dikaukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti secara cepat. Kelemahan fungsi ini terletak pada jumlah variabel X yang digunakan hanya satu saja sehingga tidak memasukkan variabel yang lain, maka penelitian akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan kedalam model tersebut (Soekartawi, 1990):


(37)

20

Yi = f(Xi1|Xi2)

Yi = a + b Xi1

Keterangan:

Yi = Output dari sampel ke-i

Xi1 = Input Variabel ke-1dari sampel ke-i

Xi2 = Input Tetap ke-2dari sampel ke-i

a = Intersep b = koefisien

Kelemahan dalam funsi linier sederhana dapat diatasi dengan mengunakan fungsi linier berganda atau model regresi linier berganda. Model linier berganda mengunakan variabel X lebih dari satu. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Yi = f (Xi1,Xi2,...Xin)

Yi = b0 + b1Xi1 + b2Xi2 + bnXin

Keterangan:

Yi = Output dari sampel ke-i

Xi1, Xi2,... Xin = Input variabel ke-1sampai ke-n dari sampel ke-i

b0 = Intersep

b1,b2...bn = Koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n

Estimasi model regresi linier berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan model estimasi tertentu sehingga diperoleh model estimasi yang baik.

3.1.2. Konsep Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan input atau faktor-faktor-faktor produksi (lahan atau tanah, modal, pakan, tenaga kerja, pupuk, bibit, dan pestisida) secara efektif dan efisien serta kontinyu agar menghasilkan tingkat produksi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan (Hastuti dan Rahim, 2007). Usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara seseorang atau pelaku usahatani untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal


(38)

pada waktu tertentu. Pengalokasian input produksi dikatakan efektif apabila dilakukan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan output produksi yang maksimal (Soekartawi, 2002).

3.1.2.1. Biaya Usahatani

Biaya usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Jadi biaya usahatani adalah biaya produksi dari suatu proses produksi. Hernanto (1991) dalam Velayati (2013), membedakan biaya produksi menjadi dua yaitu: 1) Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani. Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunia tetap diantaranya pajak lahan, dan sewa lahan. Biaya tunai variabel adalah biaya tunai yang pengunaanya tergantung output produksi, contoh biaya tunai variabel diantaranya biaya pembelian bibit, pakan, pupuk, dan obat-obatan. 2) Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan dalam melakukan usahatani. Biaya tidak tunia terdiri atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Contoh biaya tidak tunai tetap dalam usahatani adalah penyusutan lahan, penyususutan alat, bunga kredit bank, dan lainnya, sedangkan biaya tidak tunia variabel adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.

3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi (2002) mendefinisikan pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada akhirnya produksi tersebut akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan selama masa produksi. Konsep ini yang dikenal dengan konsep pendapatan usahatani.

3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C rasio) merupakan perbandingan rasio antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost) (Hastuti dan Rahim, 2007). R/C rasio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani, seberapa besar nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani sehingga memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaat, dan nilai R/C rasio tidak memiliki satuan (Soeharjo


(39)

22

dan Patong, 1997) dalam Sagala (2012). Apabila R/C rasio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan unutk memperoleh penerimaan atau untung. Jika R/C rasio < 1 berarti tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau usaha yang dilakukan mengalami kerugian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Produktivitas yang tinggi merupakan salah tujuan utama dalam budidaya tambak udang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak. Pada analisis ini dikaji tingkat penggunaan input faktor-faktor produksi budidaya tambak udang tradisional yang bertujuan untuk melihat faktor produksi apa saja yang perpengaruh perhadap produksi budidaya udang vaname.

Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini adalah mengkaji budidaya udang dari sisi produksi, penggunaan input produksi dan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Dalam analisis usaha budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara mengkaji pendapatan dengan penerimaan dan biaya dilihat dari modal usaha pembudidaya. Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Selain itu perbandingan R/C rasio juga dilihat jika lahan tambak digunakan unutk budidaya ikan bandeng. Selanjutnya nilai R/C yang diperoleh dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sistem usaha tani ini menguntungkan secara ekonomi dan efisien dalam penggunaan biaya tunai dan biaya total. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.


(40)

IV. V. VI.

VII. VIII.

Sumber : Penulis (2013)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Budidaya udang vaname tradisional di Kecamatan Pasekan

Analisis

produksi dan pendapatan

Rekomendasi Faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi produksi udang vaname mengestimasi model

dengan mengunakan Model Regresi Linier Berganda dengan alat bantu software

SPSS 16

Perbandingan analisis pendapatan dilihat dari modal usaha sendiri dan

pinjaman dengan pengukuran penerimaan, biaya, tingkat pendapatan,

dan R/C rasio mengunakan analisis usaha tani dengan alat bantu software

Microsoft Office Excel 2007. Modal usaha minim dan peminjaman modal

kepada tengkulak Produksi udang vaname

rendah (< 500 kg/ha/musim tanam)

Budidaya udang vaname yang terus meningkat di Indonesia


(41)

24

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data primer penelitian dilakukan di dua Desa, yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada usaha budidaya tambak udang vaname milik petambak, tambak udang vaname yang dikelola secara tradisional. Lokasi pengambilan data dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa sentral penghasil udang vaname yang sebagian petambak masih melakukan tambak udang secara tradisional, informasi kedua desa diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan internet. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha budidaya tambak udang, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area tambak udang Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Data primer yang dikumpulkan meliputi pengunaan sarana produksi, biaya produksi yang dikeluarkan selama satu musim tanam, penerimaan usaha budidaya udang vaname dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan literatur yang terkait dengan penelitian.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden (sampel) dilakukan dengan teknik Purposive sampling, yaitu dilakukan dengan sengaja. Peneliti memilih pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan sebagai responden dalam penelitian ini. Pengambilan responden di kedua desa dilakukan secara purposive sampling sebanyak 39 responden yang membudidayakan udang vaname secara tradisional dan monokultur. Responden terdiri dari 21 pembudidaya dengan modal sendiri (mandiri) dan 18 responden merupakan pembudidaya dengan modal


(42)

pinjaman kepada tengkulak. Jumlah 39 orang dianggap dapat mewakili keseluruhan pembudidaya udang vaname di kedua desa.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor produksi dan pendapatan usaha pembudidaya udang vaname. Pengolahan data dengan mengunakan alat bantu yaitu software SPSS 16 dan software Microsoft Office Excel 2007. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis data ditunjukan pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1. Menganalisis faktor-faktor

produksi yang

mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional.

Wawancara dengan pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan

Estimasi model dengan mengunakan Model Regresi Linier Berganda dengan alat bantu software SPSS 16.

2. Menganalisis perbandingan pendapatan petani usaha budidaya tambak udang vaname tradisional dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak

Wawancara dengan pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan

Pengukuran penerimaan, biaya, tingkat pendapatan, dan R/C rasio

mengunakan analisis usaha tani dengan alat bantu software Microsoft Office Excel 2007. Sumber : Penulis (2013)

4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname

Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan digunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda digunakan untuk menduga bagaimana pengaruh jumlah benur atau bibit yang digunakan, pakan, solar dan lamanya periode pemeliharaan udang vaname terhadap produksi budidaya udang vaname


(43)

26

per hektar permusim tanam. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Yi = b0 + b1Xi1 + b1Xi2 + b3 Xi3+ b4 Xi4+ εi

Keterangan :

Yi = Produksi udang vaname dari sampel ke-i (Kg/Ha/musim

tanam

Xi1 = Jumlah benur dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)

Xi2 = Jumlah pakan dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)

Xi3 = Solar dari sampel ke-i(liter/Ha/musim tanam)

Xi4 = Umur panen dari sampel ke-i (hari/musim tanam)

b0 = Variabel intersep

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel

εi = Error term dari sampel ke-i 4.4.1.1. Spesifikasi Model

Model adalah representasi dari fenomena aktual yang berupa sistem aktual atau proses aktual. Fenomena aktual adalah reprensentasi dari model untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrolnya (Intriligator, 1996). Spesifikasi model meliputi: (1) penentuan variabel bebas dan variabel tak bebas yang termasuk kedalam persamaan dalam model, (2) harapan secara teori mengenai tanda dan persamaan parameter estimasi dari setiap persamaan, dan (3) bentuk model matematis terkait dengan jumlah persamaan, bentuk persamaan linier atau non linier, dan lain-lain. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistika, dan kriteria ekonometrika.

4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model

Pengujian model dalam penelitian ini meliputi uji secara ekonomi, uji statistika dan uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan berdasarkan tanda pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistika terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Kemudian uji secara ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji


(44)

a. Uji Ekonomi

Uji ekonomi dalam penelitian ini adalah melihat kesesuaian tanda untuk setiap variabel bebas dalam pendugaan model produksi. Tanda pada setiap variabel bebas dalam penelitian ini harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan pengunaan setiap input produksi setiap satu unit (sampai kondisi optimal) akan meningkatkan produksi udang vaname.

b. Uji Statistika

Uji statistika dilakukan terhadap parameter dari model produksi dalam penelitian ini. Uji statistika dalam penelitian ini terdiri atas uji F, uji t, dan uji R2

(R-squared).

b.1. Uji Statistika-F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel dependent (tak bebas). Hipotesis yang dilakukan untuk uji F, secara matematis adalah sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname

H1 : minimal ada satu bj ≠ 0 ; artinya minimal satu variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.

Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut:

F Hitung = �2/ − −�2 / Keterangan:

m = jumlah pengamatan (i = 1, 2, ..., m) k = jumlah variabel termasuk intersep (n+1) Kriteria pengujian:

P-value uji F > α (0.05), maka terima H0, variabel bebas dalam model secara

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.


(1)

Lampiran 5. Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname

(One-Sample Kolmogrov- Smirnov Test)

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 39

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.49878870E2

Most Extreme Differences Absolute .116

Positive .116

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .722

Asymp. Sig. (2-tailed) .674

a. Test distribution is Normal.

Lampiran 6. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model

Summary abs_res)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change Sig. F Change

1 .627a .393 .322 77.36010 .393 .002

a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar b. Dependent Variable: abs_res

Lampiran 7. Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya

Tambak Udang Vaname (Coefficients

a

)

Model

Sig.

Collinearity Statistics

VIF

(Constant)

.126

Benur

.010

1.064

Pakan

.151

1.250

Solar

.572

1.727

Umur

.075

1.736


(2)

Lampiran 8. Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname

No

Nama

Responden

Umur

Jenis

Kelamin

Pendidikan

Kepemilikan

Lahan

Sumber

Modal Usaha

1 Warsa

50 L

TS

Milik Sendiri Tengkulak

2 Carmadi

60 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

3 Sarwan

45 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

4 Asiran

42 L

SD

milik Sendiri Tengkulak

5 Casdi

36 L

SD

milik Sendiri Tengkulak

6 Duryana

39 L

SD

Sewa

Tengkulak

7 Suja

39 L

SD

Sewa

Tengkulak

8 V'on

45 L

SD

Sewa

Tengkulak

9 Hari

55 L

D3

Sewa

Sendiri

10 Tasman

60 L

TS

Milik Sendiri Sendiri

11 Desi

40 P

SD

Sewa

Sendiri

12 Roedi

65 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

13 Ba'da

40 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

14 Suwandi

45 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

15 Tahono

50 L

TL

Milik Sendiri Tengkulak

16 Answar

40 L

SD

Sewa

Tengkulak

17 Wargan

45 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

18 Nur Hasan

31 L

D3

Milik Sendiri Sendiri

19 Didi

35 L

SMA

Bagi Hasil

Tengkulak

20 Dawud

70 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

21 Carmin

31 L

SD

Sewa

Tengkulak

22 Jai'di

29 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

23 Daskam

45 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

24 Tarjan

33 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

25 Humaidi

50 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

26 Uman

38 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

27 Kadori

38 L

SD

Milik Sendiri Tengkulak

28 Castiman

50 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

29 Warli

35 L

SMP

Milik Sendiri Sendiri

30 Ahmad B.

38 L

SMA

Sewa

Sendiri

31 Deden A. S.

20 L

SMA

Milik Sendiri Sendiri

32 Hasan Bisri

38 L

SD

Sewa

Sendiri

33 M. Iskandar

25 L

SMA

Milik Sendiri Tengkulak

34 Umaya

42 L

SD

Milik Sendiri Sendiri

35 Idris

35 L

SD

Sewa

Tengkulak

36 Juanaidi

30 L

SMP

Sewa

Sendiri

37 Sukardi

50 L

TS

Milik Sendiri Sendiri

38 Jainudin

36 L

SD

Milik Sendiri Sendiri


(3)

Lampiran 9. Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname

No

Nama

Responden

Input Produksi

Produksi

(Kg)

Benur

(Ekor)

Pakan

(Kg)

Solar

(Liter)

Luas

Tambak

(m2)

Umur Udang

(Hari)

1

Warsa

10 000

100

50

3 750

60

200

2

Carmadi

10 000

200

75

3 750

90

250

3

Sarwan

100 000

800

200

15 000

90

1000

4

Asiran

20 000

150

120

5 000

90

550

5

Casdi

60 000

250

50

12 500

40

450

6

Duryana

40 000

200

35

5 000

55

350

7

Suja

40 000

200

40

5 000

58

370

8

V'on

50 000

50

45

15 000

40

245

9

Hari

20 000

320

30

2 500

50

180

10

Tasman

150 000

150

100

10 000

25

250

11

Desi

10 000

100

15

5 000

28

85

12

Roedi

30 000

75

50

3 750

45

100

13

Ba'da

50 000

300

50

7 500

40

500

14

Suwandi

50 000

0

50

7 500

50

160

15

tahono

40 000

100

40

7 500

30

200

16

Answar

14 000

75

30

3 750

70

150

17

Wargan

20 000

100

50

5 000

60

130

18

Nur Hasan

100 000

400

60

7 500

37

421

19

Didi

75 000

400

100

12 500

48

455

20

Dawud

50 000

80

10

2 500

60

80

21

Carmin

30 000

75

50

5 000

60

325

22

Jai'di

100 000

100

50

10 000

50

300

23

Daskam

50 000

100

50

10 000

30

300

24

Tarjan

200 000

1 100

100

15 000

60

1 800

25

Humaidi

100 000

120

20

10 000

30

425

26

Uman

50 000

80

30

7 500

40

200

27

Kadori

50 000

80

50

7 500

60

400

28

castiman

70 000

80

22

15 000

30

170

29

Warli

30 000

100

22

7 500

40

160

30

Ahmad B

40 000

0

30

5 000

47

130

31

Deden Agus

150 000

180

40

10 000

45

300

32

Hasan Bisri

30 000

0

10

5 000

27

52

33

M. Iskandar

53 000

160

50

6 250

64

325

34

Umaya

60 000

60

80

10 000

38

255

35

Idris

70 000

40

150

7 500

60

500

36

Juanaidi

50 000

250

25

7 500

50

320

37

Sukardi

300 000

350

100

25 000

50

1 700

38

jainudin

100 000

150

70

10 000

40

180


(4)

Lampiran 10. Penerimaan dan Biaya oleh Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim Tanam)

No.

Penerimaan Udang (Rp/Ha/Musim)

Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim) Biaya Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim)

Biaya Non tunai Variabel

(Rp/Ha/Musim) Biaya Non Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim) Benur Pakan Solar

Obat-obatan TKLK Sewa Lahan Biaya Pajak TKDK Penyusutan Alat Penyusutan Lahan 1 33333333 1533333 4333333 666667 41667 233333 0 17260 1566667 115982 328767

2 25200000 1840000 11200000 600000 0 6840000 1150685 0 0 564384 0

3 6250000 3450000 1200000 500000 0 420000 0 4795 1300000 120548 91324

4 3910000 460000 1500000 150000 0 300000 613699 0 1600000 246027 0

5 19646667 3066667 4666667 400000 893333 4188667 0 7096 66667 173881 135160 6 12800000 4600000 2800000 200000 0 800000 0 11507 6200000 597260 219178

7 10500000 2400000 820000 250000 0 1600000 0 9589 0 141096 182648

8 6000000 1200000 820000 250000 0 1010000 0 5753 0 124658 109589

9 42000000 3200000 6013333 666667 0 1246667 0 11507 0 99543 219178

10 8500000 2400000 780000 100000 0 250000 0 5753 800000 124658 109589

11 9600000 1600000 874667 200000 0 266667 0 7671 1400000 177169 146119

12 2493333 1073333 426667 73333 0 133333 0 5753 533333 83105 109589

13 6826667 960000 960000 146667 200000 266667 0 7671 1400000 177169 146119

14 9360000 1920000 0 300000 300000 100000 901370 0 2080000 277260 0

15 10500000 3450000 1575000 200000 0 400000 0 8630 1175000 136986 164384

16 2600000 1380000 0 100000 0 200000 369863 0 1180000 244384 0

17 7650000 1260000 525000 400000 0 150000 0 7288 1000000 131233 138813

18 13653333 1533333 2266667 166667 0 333333 913242 0 1733333 188128 0

19 21760000 2760000 1148000 200000 100000 360000 0 9589 624000 56438 182648 20 4860000 2400000 1230000 350000 200000 400000 0 7671 1050000 132877 146119

21 7575758 2909091 993939 606061 0 0 0 4603 3818182 725612 87671


(5)

Lampiran 11. Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman/Ha/Musim Tanam

No

Penerimaan

(Rp/Ha/Musim)

Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim)

Biaya Tunai Tetap

(Rp/Ha/Musim)

Biaya Non Tunai

Variabel

(Rp/Ha/Musim)

Biaya Non Tunai Tetap

(Rp/Ha/Musim)

Benur

Pakan

Bahan

Bakar

Obat-obatan

TKLK

Sewa

Lahan

Pajak Lahan

TKDK

Penyusutan Alat

Penyusutan Lahan

1

18666667

720000

2453333

733333

853333

933333

0

11507

4133333

398174

219178

2

33333333

720000

4906667

1100000

853333

933333

0

17260

6133333

463927

328767

3

55000000

1080000

3000000

1320000

125000

400000

0

17260

4600000

347945

328767

4

12600000

1296000

1840000

220000

0

400000

0

7671

840000

106301

146119

5

24500000

2240000

3700000

385000

0

500000

1205479

0

2850000

290411

0

6

25900000

2240000

3700000

440000

0

400000

1271233

0

3000000

295342

0

7

6043333

866666

400000

165000

100000

200000

730594

0

706666

88584

0

8

13333333

2400000

1840000

733333

213333

266667

0

8630

3133333

365297

164384

9

26666667

1800000

3800000

733333

0

266667

0

7671

1400000

177169

146119

10

8533333

2000000

0

366667

106667

133333

0

9589

1466667

188128

182648

11

9333333

1493333

1200000

293333

133333

200000

0

5753

1133333

166210

109589

12

20000000

1045333

1840000

440000

0

533333

1703014

0

4800000

420091

0

13

9360000

1200000

1840000

550000

300000

400000

0

11507

3100000

298630

219178

14

12740000

1620000

3040000

440000

0

280000

0

9205

1040000

111562

175342

15

27300000

1740000

1380000

550000

0

500000

1150685

0

3100000

298630

0

16

17066667

1866667

1040000

366667

0

333333

0

11507

2066667

199087

219178

17

24960000

2374400

2368000

440000

640000

320000

0

12274

2640000

244164

233790

18

23333333

2800000

506666

1100000

0

800000

1095890

0

2066667

199087

0


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yuni Kristina lahir di Sarko, Jambi pada tanggal 01 Juni

1991. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Robertus Bejo

dan Yustina Rustiyem. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1996 di TK Tunas

Mulya. Pada tahun 1997-2003 penulis menempuh pendidikan di SD Negeri

257/IV Air Batu 1, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 5 Tabir Ilir lulus pada

tahun 2006. Tahun 2006 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pelepat Ilir dan

lulus pada tahun 2009.

Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan ke di Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti

beberapa kepanitian kegiatan seperti Bina Desa FEM, FEM Mengajar,

ESL

day,

dan MPD dan mengikuti unit kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa

Katolik IPB (KeMaKI) sebagai pengurus pada periode 2011-2012. Penulis pernah

mengikuti kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB, “IPB goes to field” pada

tahun 2011 di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan mengikuti lomba karya

tulis ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul

Pengembangan Kawasan Wisata Candi Gedung Songo Berbasis

Co-Management

dalam Rangka Pelestarian Cagar Budaya dan

Income Generating

dengan