87
6.1. Pendahuluan
Pada bab sebelumnya, temuan mengenai fertilitas di desa studi telah dibahas. Selanjutnya, bab ini akan membahas mengenai relasi gender di desa studi
dalam keputusan terkait fertilitas. Sesuai kerangka pikir, relasi gender di desa studi yang telah dibahas adalah 5 aspek otonomi dan kuasa perempuan merujuk
pada Mason dan Smith 2003, yakni kuasa perempuan dalam pengambilan keputusan ekonomi rumahtangga, kuasa perempuan dalam pengambilan
keputusan tentang ukuran keluarga, kebebasan dalam bergerak, sikap gender di level komunitas yang dipahami oleh individu, dan ruang gerak perempuan dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, sebagai pengantar memasuki pembahasan mengenai relasi gender, relasi suami dan istri dalam perkawinan juga akan
dibahas dengan memanfaatkan pola perkawinan Suleeman, 2004. Pada akhir bab juga disampaikan penjelasan mengenai relasi gender pada masing-masing lapisan
sosial. Lebih lanjut, pada bab ini akan dibahas bagaimana kelima aspek otonomi
perempuan tersebut mempengaruhi actual fertility, baik yang melalui desired fertility aborsi dan penggunaan kontrasepsi ataupun langsung ke proximate
determinant tanpa melalui desired fertility usia kawin dan infekundabilitas etelah melahirkan. Meski demikian, proximate determinant yang kemudian akan
dibahas hanyalah penggunaan kontrasepsi dan usia kawin karena alasan berikut. Aborsi tidak ditemukan di desa studi, hal ini dapat dipahami karena ketatnya nilai-
nilai agama di desa studi. Sementara infekundabilitas setelah melahirkan hanya bekerja jika ibu menyusui secara eksklusif dan hanya efektif mencegah kehamilan
sampai bayi berusia 6 bulan. Meski di desa studi ditemukan bahwa para ibu umumnya menyusui bayi secara eksklusif, tetapi terbatasnya waktu efektifitas
metode ini tetap memungkinkan ibu untuk memiliki anak dalam jumlah yang relatif banyak sampai 14 orang anak dengan jarak antar anak berkisar 1-2 tahun
jika ibu tidak menggunakan kontrasepsi.
88
6.2. Relasi Gender dalam Pola Perkawinan