42
mengamati perilaku tineliti dalam setting alaminya, 5 Bersifat deskriptif di mana peneliti tertarik pada proses, pemaknaan, dan pemahaman yang diperoleh melalui
kata dan gambar, 6 Prosesnya adalah induktif di mana peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori dari detail Merriam, 1988 dalam Creswell,
1994.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Desa Neglasari, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Desa ini adalah desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bogor, berbatasan
dengan Kabupaten Lebak dan digolongkan sebagai salah satu desa miskin di Kabupaten Bogor. Ciri lain dari desa ini adalah aksesnya yang relatif sulit ke luar
desa karena wilayahnya tidak terjangkau oleh kendaraan umum. Sebagian besar penduduk memiliki kegiatan di bidang pertanian, meski tidak selalu dianggap
sebagai mata pencaharian utama; hasil pertanian di Desa Neglasari sebatas untuk konsumsi pribadi atau dijual dalam lingkup desa atau desa tetangga saja. Sebagian
penduduk Desa Neglasari bekerja di luar desa, baik di Kota Tangerang atau Jakarta sebagai buruh pabrik, karyawan toko dan bengkel, dan asisten rumah
tangga. Ciri sosial budaya yang unik ditemukan di Neglasari adalah lekatnya budaya
santri di desa ini. Berdasarkan informasi dari penduduk sekitar, terdapat pesantren tradisional di Neglasari yang sudah berdiri sejak tahun 1945, sementara Desa
Neglasari yang merupakan hasil pemekaran baru berdiri secara administratif pada sekitar tahun 1980-an. Hal ini menjadikan keberadaan tokoh agama sebagai tokoh
informal yang disegani di kalangan penduduk desa. Penelitian di lapangan dilakukan dengan tinggal di lapangan selama 3-5 hari
untuk beberapa periode pada waktu antara Bulan Juni - November 2011. Total kunjungan lapangan adalah kurang lebih total 3 minggu. Penulisan laporan
dilakukan sementara dan setelah dari lapangan dan selesai pada Bulan November 2011. Sebelum melakukan penelitian di lapangan, peneliti telah lebih dahulu
melakukan studi literatur dan “ketuk pintu” untuk membangun rapport hubungan
baik dengan tineliti.
43
3.3. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini didahului dengan pengumpulan data sekunder mengenai desa studi, lalu
melakukan kunjungan awal untuk memperkenalkan diri sekaligus mengumpulkan informasi awal mengenai desa studi dan menggali keberadaan data sekunder di
desa. Data sekunder lain yang digali antara lain adalah berasal dari data Badan Pusat Statistik BPS, data dari Indonesia Demographic and Health Survey
IDHS, media massa dan penelusuran internet. Tahap berikutnya adalah menggali data primer dengan melakukan observasi
berperan serta, wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Peneliti memilih untuk melakukan observasi berperan serta dalam kegiatan sosial ekonomi
responden, selain untuk membangun rapport juga untuk memperoleh pandangan orang dalam emic atas persepsi, nilai-nilai dan makna yang terbangun di dalam isu
yang diteliti. Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan demi mencapai tujuan
penelitian, yakni demi memperoleh karakteristik relasi gender yang berbeda dan perbedaan fertilitas. Responden yang dipilih adalah pasangan-pasangan dengan
usia perempuan antara 45-59 tahun, sudah menikah dan memiliki anak kandung. Pertimbangan pemilihan responden dengan rentang usia 45-59 tahun adalah:
1. Pada umur tersebut, para perempuan sudah menyelesaikan masa
reproduksinya, sehingga fertilitas antar responden dapat diperbandingkan. 2.
Dengan usia tersebut, responden mengalami proses program Keluarga Berencana yang diinisiasi oleh pemerintah pada tahun 19691970, sejak
gencar-gencarnya sampai mengalami kelemahan saat otonomi daerah. 3.
Responden sudah mengalami berbagai kondisi relasi gender dalam pernikahan mereka.
Aspek kehati-hatian untuk memilah responden perempuan yang sudah mengalami pernikahan lebih dari 1 kali juga diterapkan, untuk menghindari
kerancuan dalam analisis data relasi gender dan jumlah anak. Responden yang diwawancara adalah istri dan suami dalam wawancara yang terpisah. Suami juga
44
diwawancara demi memperoleh gambaran relasi gender yang dipersepsikan oleh masing-masing pihak demi ketebalan informasi.
Selain responden, wawancara juga dilakukan terhadap informan yang dipilih dengan teknik bola salju untuk memperoleh pemahaman atas isu tertentu yang
memerlukan pemahaman di aras komunitas; misalnya nilai-nilai budaya yang dianut mengenai relasi suami istri, jumlah anak, dan nilai anak. Selain responden
dari golongan umur 45-59 tahun, dilaksanakan pula wawancara pada responden dan informan dari pasangan yang lebih muda, yakni di bawah 45 tahun. Tujuan
dari hal ini adalah sebagai perbandingan informasi dan pengkayaan data. Data yang diperoleh dari responden dan informan yang lebih muda juga bermanfaat
untuk mengetahui kecenderungan perbedaan dan perubahan relasi gender dan fertilitas antar generasi di desa studi.
Pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara bersifat mengarahkan pertanyaan yang
diajukan demi upaya mencapai tujuan penelitian. Panduan wawancara dilampirkan pada Lampiran 1.
Upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai data yang dibutuhkan dimulai dengan melakukan permohonan izin secara informal kepada kepala desa.
Sebelum melakukan penelitian untuk kepentingan tesis S2, peneliti telah melakukan penelitian singkat mengenai sebuah program pemberdayaan
perempuan di lokasi penelitian, sehingga pertemuan dengan kepala desa sudah terlebih dahulu dilakukan. Karena itulah, permohonan secara formal sengaja tidak
dipilih untuk dilakukan untuk menghindari kecanggungan. Dalam kunjungan tersebut peneliti juga bertemu dengan Sa seorang
perempuan penduduk desa yang peneliti temui selama penelitian sebelumnya. Selanjutnya, Sa menjadi pendamping dan informan di lapangan yang sangat
penting bagi peneliti. Waktu tempuh dari tempat tinggal peneliti ke lokasi penelitian adalah 1,5 sampai 3 jam, dengan waktu tersebut, sebenarnya peneliti
dapat melakukan penelitian tanpa menginap. Namun strategi menginap dipilih karena peneliti dapat lebih terlibat dalam obrolan informal ibu-ibu setiap pagi dan
sore hari saat mereka mengasuh anak. Pendekatan informal sengaja dipilih karena
45
isu yang dibicarakan merupakan isu sensitif dan tineliti merasa lebih nyaman memberikan informasi dalam situasi informal. Hal ini pernah disebutkan oleh
Randal dan Koppenhaver 2004 bahwa responden akan sulit untuk menjawab secara jujur pertanyaan sensitif terkait seksualitas jika suasana bersifat publik dan
jawaban ditulis secara formal dalam kuesioner. Dalam upaya menghindari ketidaknyamanan ini pulalah, penggunaan kertas pertanyaan dan menuliskan
jawaban langsung di depan responden dihindari oleh peneliti. Untuk menghindari kerancuan data, setiap selesai melakukan 1 wawancara dengan 1 kelompok
responden atau 1 individu responden, peneliti langsung pulang dan menuliskan kembali hasil wawancara dalam buku catatan.
3.4. Teknik Analisis Data